Aspek Keterampilan Berpikir Kritis

Tabel 2.2 Indikator Berpikir Kritis Aspek berpikir kritis Sub aspek berpikir kritis Indikator 1. Memberikan penjelasan sederhana Elementary clarification 1. Memfokuskan pertanyaan a. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan b. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin c. Menjaga kondisi pikiran 2. Menganalisis argument a. Mengidentifikasi kesimpulan b. Mengidetifikasi alasan yang ditanyakan c. Mengidetifikasi alasan yang tidak dinyatakan d. Mencari persamaan dan perbedaan e. Mengidetifikasi relevan atau tidak f. Mencari struktur argument g. Merangkum 3. Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan a. Mengapa? b. Apa intinya? c. Apa artinya? d. Apa contohnya? e. Apa yang bukan contohnya__ f. Bagaimana menerapkan pada konsep tersebut? g. Perbedaan apa yang menyebabkan? h. Apa faktanya? i. Benarkah apa yang anda katakan? j. Mengatakan lebih pada apa yang dibicarakan 2. Membangun ketrampilan dasar basic support 4. Mempertimbangk an kredibilitas suatu sumber a. Keahlian b. Tidak ada konflik interest c. Kesepakatan antara sumber d. Reputasi e. Mempertimbangkan prosedur yang tersedia f. Mempertimbangkan resiko g. Kemampuan memberikan alasan h. Kehati-hatian 5. Mengobservasi dan mempertimbangk an hasil observasi a. Ikut terlibat dalam menyimpulkan b. Jeda waktu antara mengamati dan melaporkan c. Dilaporkan oleh pengamat d. Mencatat hal-hal yang diinginkan e. Penguatan f. Kemungkinan penguatan g. Kondisi akses yang baik h. Penggunaan tes yang kompeten i. Kepuasan observer yang kredibilitas Keterampilan berpikir kritis menurut Alec Fisher mencakup Sembilan buah indikator yaitu; a Mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, khususnya alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan, b Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi, c Mengklarifikasi dan menginterpretasi pertanyaan-pertanyaan dan gagasan-gagasan, d Menilai akseptabilitas, khususnya kredibilitas, klaim-klaim, e Mengevaluasi argument-argumen yang beragam jenisnya, f Menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan penjelasan- Aspek Berpikir Kritis Sub Aspek Berpikir Kritis Indikator 3. Kesimpulan 6. Membuat deduksi dan mempertimbangk an hasil deduksi a. Kelompok yang logis b. Kondisi yang logis c. Interpretasi pertanyaan 7. Membuat induksi dan mempertimbangk an induksi a. Membuat generalisasi b. Membuat kesimpulan hipotesis c. Investigasi d. Kriteria berdasarkan asumsi 8. Membuat dan mempertimbangk an nilai keputusan a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi c. Penerapan prinsip-prinsip d. Mempertimbangkan alternatif e. Penimbangan, pertimbangan, dan memutuskan 4. Membuat penjelasan lebih lanjut 9. Mendefinisikan istilah a. Mengklasifikasi dan memberi contoh b. Strategi teknisi c. Isi 10. Mengidentif ikasi asumsi a. Alasan yang tidak dinyatakan b. Alasan yang dinyatakan 5. Strategi dan taktik 11. Memutuska n suatu tindakan a. Mengidentifikasi masalah b. Menyeleksi kriteria untuk membuat solusi c. Merumuskan alternatif d. Memutuskan hal yang akan dilakukan e. Menelaah f. Memonitor 12. Berinteraksi dengan orang lain a. Menyenangkan b. Strategi logis c. Strategi retorika d. Presentasi penjelasan, g Menganalisis, mengevaluasi, dan membuat keputusan-keputusan, h Menarik inferensi-inferensi, i Menghasilkan argumen-argumen 33 Adi W Gunawan menyebutkan bahwa berpikir kritis meliputi 34 ; a keahlian berpikir induktif sebab akibat, problem yang banyak kemungkinan pemecahan, analogi, membuat kesimpulan, relasi, dan pemecahan masalah, b keahlian berpikir deduktif menggunakan logika, mengerti kontradiksi, silogisme, dan permasalahan yang bersifat spasial, c keahlian berpikir evaluatif fakta opini, sumber yang kredibel, mengidentifikasi persoalan dan permasalahan pokok, mengenali asumsi-asumsi, mendeteksi bias, mengevaluasi hipotesis, menggolongkan data, memprediksi konsekuensi, pengurutan, keahlian membuat keputusan, mengenali propaganda, kesamaan dan perbedaan, dan mengevaluasi argumentasi. Berdasarkan indikator-indikator dari beberapa ahli yang telah dipaparkan, dalam penelitian ini akan digunakan indikator yang dikemukakan oleh Ennis karena indikatornya sudah jelas dan spesifik. Dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat, peneliti menggunakan sebelas sub indikator yang digunakan dalam penelitiannya kecuali subindikator berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dikarenakan dalam indicator berinteraksi dengan orang lain dapat di lakukan dalam presentasi kelompok dalam tahap pemantapan konsep Sains Teknologi Masyarakat yang dijelaskan dalam RPP. 35 Berikut akan dijelaskan sub indikator melalui penjelasan lima aspek berpikir kritis. Aspek pertama berpikir kritis adalah memberikan penjelasan sederhana. yang meliputi tiga subaspek; memfokuskan pertanyaan, menganalisis argument, dan bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan. Secara umumnya, aspek ini digunakan untuk mengidentifikasi kesimpulan sementara. Dalam sebuah argument, memulai dengan memberikan kesimpulan 33 Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata dan Gugi Sagara, Jakarta: Erlangga, 2009, h.8 34 Adi W. Gunawan. Genius Learning Strategy.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003, h. 178 35 Lampiran 1 adalah ide bagus untuk memulai suatu presentasi. 36 Dalam buku Alec Fisher kata karena since dan because merupakan indikator alasan, dan kata oleh karena itu dan sehingga merupakan indikator kesimpulan. 37 Indikator yang digunakan pada indikator-indikator alasan dan kesimpulan merupakan indikator yang digunakan dalam menganalisis argument. 38 Aspek kedua yaitu membangun keterampilan dasar, yang meliputi dua subaspek, yaitu: mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber dan mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber digunakan ketika mengetahui kebenaran sebuah klaim. 39 Namun, kredibilitas juga tidak menjamin kebenaran sumbernya, maka kita harus menjaga kondisi pikiran tentang klaim tersebut. Menurut Alec Fisher, dalam suatu kasus terdapat lima jenis klaim yang berbeda, yaitu klaim faktual, pertimbangan nilai, definisi, penjelasan sebab-akibat, dan rekomendasi yang kelimanya harus dievaluasi dengan cara-cara yang berbeda agar dapat memutuskan apakah klaim tersebut dapat diterima. 40 Ada beberapa bahasa yang digunakan untuk melihat seberapa kuat klaim tersebut, antara lain: “intuisikeyakinanopinipandangantesis saya adalah…”, “saya yakinsaya tidak bisa membuktikannya tetapi saya percaya…”, “faktanya ialahmenunjukan….”,”saya mengamatimelihat…”, dan lain-lain. 41 Pernyataan pada observasi biasanya mendukung suatu alasan pada argument. Pada umumnya observasi lebih dapat dipercaya daripada kesimpulan yang berdasar. 42 Jika pada observasi yang telah dilakukan ada dua bukti, keduanya harus saling menguatkan. Supaya bukti itu saling menguatkan, bukti tersebut harus independen, dapat dipercaya dan mendukung klaim yang dibicarakan. 43 36 Robert Ennis, Critical Thingking, New York, Printice Hall, 1996, h. 5 37 Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, Jakarta: Erlangga, 2009, h. 24. 38 Ibid., h. 22 39 Robert Ennis, Critical Thingking, New York, Printice Hall, 1996, h. 57 40 Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, Jakarta: Erlangga, 2009, h. 80 41 Ibid., h 82 42 Robert Ennis, Critical Thingking, New York, Printice Hall, 1996, h74 43 Alec Fisher, op.cit., h. 102. Aspek ketiga yaitu kesimpulan inferentia. Inferensia adalah bagian dari proses berpikir kritis dimana kita akan memulai mengumpulkan pengetahuan yang sudah ada dengan apa yang akan kita dapatkan, dengan kata lain membuat pengetahuan yang baru. 44 Argument selalu terdiri atas alasan dan inferensi, dimana inferensi merupakan perpindahan yang dibuat dari alasan hingga kesimpulan. Bahasa yang sering digunakan yaitu “berdasarkan alasan-alasan ini saya menyimpulkan bahwa…,oleh karena itu…” dengan tingkat kepercayaan yang bervariasi. 45 Aspek keempat yaitu membuat penjelasan lebih lanjut, yang meliputi sub- aspek mendefinisikan istilah dan mengidentifikasi asumsi. Kata kunci dari seluruh proses agar menjadi pemikir kritis yang baik adalah dapat menjelaskan alasan dengan benar dan jelas, harus berpikir dengan jernih dan dapat dipahami oleh para pendengar. 46 Alec Fisher menjelaskan bahwa supaya penalaran yang bersifat menjelaskan sampai pada sasarannya, maka penalaran itu harus: a mempertimbangkan alternatif-alternatif yang masuk akal, b menemukan bukti- bukti yang menyingkirkan penjelasan-penjelasan lain yang mungkin dan mendukung penjelasan yang diinginkan, c cocok benar dengan hal lain yang kita tahu. 47 Aspek yang terakhir yaitu strategi dan taktik, yang meliputi memutuskan suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain. Pemikiran yang dilakukan dalam memutuskan apa yang harus dilakukan, atau merekomendasikan rangkaian tindakan, atau mempertimbangkan rekomendasi orang lain, memerlukan perhatian khusus karena sangat umum, dan harus dievaluasi menurut cara tertentu. Oleh karena itu harus memahami dengan jelas apa permasalahannya, sehingga dapat 44 Lesley-Jane dkk., Critical Thingking Skills for Education Student, London: SAGE, 2013, Cet. 2, h. 8. 45 Alec Fisher, op.cit., h. 106. 46 Ibid., h. 9 47 Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, Jakarta: Erlangga, 2009, h. 142 mempertimbangkan kumpulan opsi yang masuk akal dan akibat-akibat yang mungkin sebelum kita mengambil suatu kesimpulan. 48 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sebelas sub-aspek keterampilan berpikir kritis. Berikut sub-aspek beserta indikatornya yang digunakan dalam Instrumen penelitian pada Tabel 2.3: Tabel 2.3 Instrumen Penelitian Keterampilan Berpikir Kritis Aspek Berpikir Kritis Sub Aspek Berpikir Kritis Indikator 1. Memberikan penjelasan sederhana 1. Memfokuskan pertanyaan a. a. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin 2. Menganalisis argument a. Mengidentifikasi kesimpulan b. Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan c. Mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan d. Mencari persamaan dan perbedaan 3. Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan a. Mengapa? b. Perbedaan apa yang menyebabkan? 2. Membangun keterampilan dasar 4. Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber a. Kemampuan memberikan alasan 5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi a. Mencatat hal-hal yang diinginkan b. Penguatan 3. Kesimpulan 6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi c. Interpretasi pertanyaan 7. Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi a. Membuat generalisasi 8. Membuat dan mempertimbangkan nilai keputusan a. Mempertimbangkan alternatif 4. Membuat penjelasan lebih lanjut 9. Mendefinisikan istilah a. Mengklasifikasi dan memberi contoh 10. Mengidentifikasi asumsi a. Alasan yang tidak dinyatakan b. Alasan yang dinyatakan 5. Strategi dan taktik 11. Memutuskan suatu tindakan a. Menyeleksi kriteria untuk membuat solusi b. Memutuskan hal yang akan dilakukan 48 Ibid., 166

3. Pengertian

Extended Essay Uraian Bebas Dalam Zulfiani dkk, istilah Extended Essay disebutkan sebagai tes uraian bebas. 49 Suharsimi Arikunto menjelaskan tes bentuk essay adalah sejenis tes yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. 50 Menurut Nana Sudjana, secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakkan kata-kata dan bahasa sendiri. 51 Kusaeri menjelaskan soal uraian bebas merupakan suatu soal yang jawabannya menuntut siswa mengingat dan mengorganisasi gagasan-gagasan dengan cara mengemukakan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis. 52 Dalam hal inilah kekuatan atau kelebihan tes essay dari alat penilaian lainnya. 53 Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam hal mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan. Nana Sudjana menjelaskan dengan melihat karakteristiknya, pertanyaan bentuk uraian bebas ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk 54 : a mengungkapkan pandangan para siswa terhadap suatu masalah sehingga dapat diketahui luas dan intensitasnya, b mengupas suatu persoalan yang kemungkinan jawabannya beraneka ragam sehingga tidak ada satu pun jawaban yang pasti, c mengembangkan daya analisis siswa dalam melihat suatu persoalan dari berbagai segi atau dimensinya. Tes uraian dalam banyak hal mempunyai kelebihan daripada tes objektif, terutama dalam hal meningkatkan kemampuan penalaran dikalangan peserta didik 49 Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, Cet. 1, h. 78 50 Suharsimi arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012, Cet. 1, h.177 51 Nana Sudjana, Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, Cet.14, h.35 52 Kusaeri Suprananto, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, Cet. 1, h.136 53 Harun, Rasyid dan Mansyur, Penilaian Hasil Belajar, Bandung: CV Wacana Prima, 2009, h. 188. 54 Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses belajar Mengajar,Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2010, Cet. 15, h. 37 mahasiswa dan siswa. 55 Menurut Nana Sudjana, melalui tes uraian ini para peserta didik dapat mengungkapkan aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisis- evaluasi-mencipta, baik secara lisan maupun secara tulisan. Siswa juga dibiasakan dengan kemampuan memecahkan masalah Problem solving, mencoba merumuskan hipotesis, menyusun dan mengekspresikan gagasannya, dan menarik kesimpulan dari pemecahan masalah. 56 Pokok uji uraian bebas tidak menyangkut satu masalah yang spesifik, melainkan masalah yang menuntut jawaban yang sangat terbuka, sehingga memberi kesempatan bagi siswa untuk secara bebas memperlihatkan keluasan pengetahuan dan kedalaman pemahaman pada pengetahuan itu, serta kemampuan mengorganisasikan pikiran dan mengungkapkannya didalam bentuk karangan. 57 Tes hasil belajar bentuk uraian sebagai salah satu alat pengukur hasil belajar, tepat dipergunakan apabila pembuat soal guru, dosen, panitia ujian dan lain-lain disamping ingin mengungkap daya ingat dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang ditanyakan dalam tes, juga dikehendaki untuk mengungkap kemampuan siswa dalam memahami berbagai macam konsep berikut aplikasinya. 58 Pada prinsipnya, perbedaan antara soal bentuk uraian objektif dan non- objektif terletak pada kapasitas penyekorannya. Pada soal bentuk objektif, kunci jawaban dan pedoman penyekorannya lebih pasti, dengan komponen-komponen yang akan diskor diuraikan secara jelas dan ditentukan besarnya skor untuk setiap komponen. Pada soal bentuk non-objektif, skornya dinyatakan dalam bentuk “rentangan” karena komponen yang diskor hanya diuraikan secara garis besar dan berupa kriteria tertentu. Karena kriteria penyekoran belum jelas seperti halnya 55 Harun, Rasyid dan Mansyur, Penilaian Hasil Belajar, Bandung: CV Wacana Prima, 2009, h. 189 56 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, Cet. 15,h 36 57 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006, Cet. 1, h. 64 58 Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013, Cet. 13, h 101