Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
masih cenderung mempergunakan model pembelajaran langsung, karena dinilai lebih praktis dan lebih mudah mencapai tujuan pembelajaran.
3
Guru hanya menyampaikan pelajaran sains sebagai produk dan peserta didik menghafal
informasi faktual yang diperolehnya. Akibatnya pembelajaran lebih berpusat pada guru, sehingga pelajaran sains sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh
dalam pembelajaran. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan disetiap jenjang pendidikan
sekolah adalah sains IPA. Menurut Sund dalam Usman, sains merupakan kumpulan pengetahuan dan juga kumpulan proses.
4
Laksmi Prihantoro dkk dalam Trianto, Pada hakikatnya IPA dibangun produk, proses, dan aplikasi. Sebagai
produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai proses IPA merupakan proses yang digunakan untuk
mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains. Sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi
kemudahan bagi kehidupan.
5
Laksmi Prihantro dalam Trianto menyebutkan terdapat tiga nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA, antara lain: a kecakapan
bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah, b keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,
mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah, c memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya
dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan.
6
Implementasi hakikat IPA ini diwujudkan dalam pembelajaran IPA yang disusun melalui suatu kurikulum. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan No. 64 Tahun 2013 pada Standar Isi Muatan Biologi untuk peminatan matematika dan ilmu-ilmu alam Mata Pelajaran Biologi bahwa
3
Anas, Kurniawan, “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Keterampilan
Berpikir Kritis da n Sikap Terkait Sains Siswa SMP”, Jurnal Penelitian Pascasarjana
UNDIKSHA, Vol. 2, 2012, h. 4
4
Usman, Samatowa. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks, 2011, h. 8.
5
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, Cet. 2, h.137.
6
Ibid.,. h.142
penerapan proses kerja ilmiah dan keselamatan kerja di laboratorium biologi dalam pengamatan dan percobaan. Di tingkat SMAMASMALBPAKET C
diharapkan untuk mengaitkan biologi dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat dalam memahami permasalahan biologi pada berbagai objek dan
bioproses.
7
Dalam Kompetensi Inti dalam ranah pengetahuan disebutkan siswa diharapkan mampu memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
8
Sains Teknologi Masyarakat merupakan usaha untuk menyajikan IPA dengan mempergunakan masalah-masalah dari dunia nyata. Seringkali pendekatan
sains teknologi masyarakat memanfaatkan konteks sosial untuk menggali dan menganalisis isu, serta memecahkan masalah sebagai dampak dari sains dan
teknologi. Contoh aplikasi dalam penggunaan pendekatan STM ini yaitu, bioteknologi. Bioteknologi adalah pemanfaatan prinsip-prinsip dan kerekayasaan
terhadap organisme, sistem, atau proses biologis untuk menghasilkan atau meningkatkan potensi organisme maupun menghasilkan produk dan jasa bagi
kepentingan hidup
manusia.
9
Bioteknologi umumnya
menggunakan mikroorganisme seperti bakteri, yang dalam pembelajaran IPA termasuk dalam
konsep Archaebacteria dan Eubacteria. Penerapan konsep Archaebacteria dan Eubacteria dengan pembelajaran
Sains Teknologi Masyarakat misalnya, pembuatan makanan, permasalahan lingkungan serta upaya untuk membuat obat dalam mengobati berbagai macam
7
Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. h.67
8
Kompetensi Dasar Sekolah Menengah AtasSMA Madrasah Aliyah MA. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013. h,. 115
9
Diah Aryulina dkk. Biologi 3 SMA dan MA untuk Kelas XII. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2007, h.,273
penyakit. Dalam hal pembuatan makanan contohnya pembuatan yogurt dan nata de coco, permasalahan lingkungan contohnya upaya mengatasi pencemaran
dengan bioremediasi, dan pembuatan antibiotik untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Contoh tersebut menunjukan kepada kita bahwa
penemuan teknologi membawa dampak pada lahirnya konsep, teori, serta hukum sains. Dengan mengetahui manfaat dan bahaya Archaebacteria dan Eubacteria
bagi kehidupan,
siswa dapat
mengetahui pemanfaatannya
dan penanggulangannya.
Pembelajaran melalui model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat bersifat kontekstual, artinya langsung mengaitkan dengan kehidupan nyata siswa.
Manfaat pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat diantaranya kegiatan belajar menjadi lebih menarik dan tidak membosankan, sehingga motivasi belajar siswa
akan lebih tinggi, hakikat belajar akan lebih bermakna. Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat sebagai salah satu model pembelajaran inovatif yang
memanfaatkan isu lingkungan dalam proses pembelajaran, secara teori mampu membentuk individu memiliki kemampuan untuk menumbuhkan pemahaman
konsep dan keterampilan berpikir.
10
Wowo Sunaryo membagi definisi berpikir dalam dua kelompok, yaitu definisi deskriptif dan definisi normatif. Definisi deskriptif cenderung bersifat
psikologis, yang memandangnya sebagai keterampilan kognitif dan proses mental yang terlibat dalam berbagai aspek pemikiran. Sedangkan definisi berpikir
normatif adalah berpikir kritis, berhubungan erat dengan pemikiran yang mengandung makna nilai-nilai.
11
Dewey dalam Alec Fisher menjelaskan bahwa berpikir kritis sebagai proses aktif, dimana dapat berpikir lebih dalam atas suatu
hal, mengajukan pertanyaan, menemukan informasi yang relevan.
12
Berpikir kritis
10
Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, Cet. 3, h. 127.
11
Wowo sunaryo, Taksonomi Berpikir, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h. 18
12
Alec Fisher, Berpikir Kritis sebuah Pengantar, Terj. dari Critical Thingking: An Introduction oleh Benyamin Hadinata, Jakarta: Erlangga, 2009, h. 2.
dapat mengembangkan kemampuan berpikir terhadap isu-isumasalah dan membangun argumen yang baik.
13
Kenyataan di lapangan terutama pada mata pelajaran sainsIPA, sebagian besar siswa belum bisa untuk merumuskan masalah saat diberikan suatu materi
pada pembelajaran IPA, masih rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa terutama dalam hal memberikan ide-idependapat dalam proses pembelajaran,
siswa kurang dalam menyimpulkan materi dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
14
Hal ini tentunya menyebabkan rendahnya keterampilan berpikir kritis IPA.
Anna Poedjadi menjelaskan bahwa berpikir kritis dapat berkembang jika siswa dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang dirancang dalam
konteks kehidupan sehari-hari siswa, yaitu dengan pembelajaran berbasis sains teknologi masyarakat.
15
Dalam usaha meningkatkan keterampilan berpikir kritis, diperlukan penerapan teknik extended essay uraian bebas. Menurut Arikunto, tes
uraian merupakan bentuk tes yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.
16
Tes ini sesuai dengan lima aspek keterampilan berpikir kritis yang diajukan Ennis, yaitu memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar,
kesimpulan, membuat penjelasan lebih lanjut dan strategi taktik. Dari lima aspek tersebut dibagi menjadi indicator-indikator disetiap aspeknya yang menuntun
siswa untuk melatih keterampilan berpikir kritis. Tes uraian bebas memiliki kelebihan dibandingkan dengan tes objektif,
terutama dalam hal meningkatkan menalar dikalangan siswa.
17
Secara umum, tes ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk
13
Lesley-Jane dkk., Critical Thingking Skills for Education Student, London: SAGE, 2013, Cet. 2, h. 1-2
14
Lampiran 24
15
Anna Poedjiadi, Sains Teknologi Masyarakat, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, Cet.3, h. 132.
16
Suharsimi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2012, h. 177.
17
Nana Sudjana, Penilaian Hasil dan Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, Cet. 15, h.36.
menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
18
Oleh karena itu, peneliti memilih teknik uraian bebas dalam mengukur berpikir kritis karena diharapkan siswa dapat menjawab pertanyaan dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri melalui proses bernalar sehingga mampu memecahkan isu-isu atau masalah yang akan dihadapi.
Penelitian yang dilakukan senada dengan penelitian Nurchayati yang menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan
berpikir kritis dan sikap sains antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dengan siswa yang menggunakan
model pembelajaran langsung. Akan tetapi pada prinsipnya penelitian ini memiliki perbedaan yang terletak dalam penilaian sikap dan sampel yang
digunakan, dimana penelitian ini menilai sikap sains dan sampel yang digunakan yakni siswa Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 1 Bangorejo.
19
Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat terhadap keterampilan berpikir kritis dengan penerapan teknik
extended essay uraian bebas pada konsep Archaebacteria dan Eubacteria pada siswa Sekolah Menengah Atas SMA. Pembelajaran yang dilakukan melalui
model pembelajaran STM bersifat kontekstual, artinya langsung mengaitkan dengan kehidupan nyata siswa. Melalui pembelajaran STM ini diharapkan dapat
memunculkan keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis dapat dikembangkan dengan menerapkan teknik tes uraian bebas. Dengan tes uraian
bebas ini, siswa dituntut untuk menjawab pertanyaan dengan menggunakan kata- katanya sendiri melalui proses bernalar. Oleh karena itu, teknik uraian bebas
diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan
berpikir kritis
melalui
18
Harun Rasyid dan Mansyur. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: CV Wacana Prima, 2001,.
h.188.
19
Nurchayati, “Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat terhadap
keterampilan berpikir kritis dan sikap sains siswa SMP ”, Jurnal ilmiah progresif, Vol. 10, 2013,
h. 29
permasalahan-permasalahan yang dirancang dalam konteks kehidupan sehari-hari siswa. Maka dari itulah, penelitian ini disusun.