14
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang pendidikan anak berkebutuhan khusus ABK mengenai penggunaan
media model terhadap kemampuan pemahaman materi konsep pecahan untuk siswa tunanetra.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi siswa Hasil penelitian ini dapat membantu meningkatkan kemampuan
siswa dalam pemahaman konsep pecahan serta meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran meteri konsep pecahan.
Pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih menyenangkan dan mengurangi kesan sulit terhadap materi pecahan.
b. Manfaat bagi guru Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu model pemanfaatan
media dalam pembelajaran materi konsep pecahan bagi siswa tunanetra serta membantu guru dalam memberikan alternatif penyampaian materi
yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret serta menyenangkan bagi siswa tunanetra.
c. Manfat bagi sekolah Hasil penelitian ini sebagai upaya peningkatan kompetensi dan
kualitas dalam pembelajaran materi konsep pecahan pada siswa tunanetra
15 dengan pemanfaatan media model “bola pecahan”. Peningkatan pada
kemampuan siswa dan kualitas pembelajaran dapat mendorong
peningkatan terhadap mutu sekolah. G. Definisi Operasional
1. Siswa tunanetra adalah siswa yang memiliki hambatan penglihatan sehingga membutuhkan suatu layanan pendidikan khusus. Siswa tunanetra dalam
penelitian ini berjumlah dua orang siswa tunanetra buta total blind dan satu orang siswa tunanetra kurang lihat low vision yang hanya mampu
mengidentifikasi cahaya. Siswa tersebut duduk di kelas III SLB-A Yaketunis Yogyakarta. Ketiga orang siswa tunanetra mengalami kesulitan
dalam pemahaman konsep pecahan, menggunakan tulisan Braille dalam pelaksanaan pembelajaran, serta telah mengenal konsep angka, konsep
operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sederhana. 2. Kemampuan pemahaman konsep pecahan merupakan kemampuan siswa
tunanetra untuk mengerti konsep pecahan sehingga mampu menjelaskan nilai pecahan, membandingkan pecahan, serta melakukan operasi hitung
sederhana pecahan. Indikator dari kemampuan tersebut yaitu siswa mampu mengidentifikasi dan membedakan nilai-nilai pecahan sederhana,
membandingkan pecahan berpenyebut sama, serta melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sederhana pecahan berpenyebut sama sampai
ଵ
sebanyak 10 soal setelah mendengarkan penjelasan guru dengan menggunakan media model “bola pecahan”. Data kemampuan pemahaman
konsep pecahan pada siswa tunanetra dilakukan dengan cara tes hasil
16 belajar. Tes hasil belajar konsep pecahan diberikan dalam bentuk isian tes
objektif. Data kemampuan pemahaman konsep pecahan juga dilakukan dengan cara pengamatan terhadap kemampuan pemahaman konsep pecahan
serta keaktifan dan partisipasi siswa pada saat mengikuti pembelajaran konsep pecahan.
3. Media model “bola pecahan” merupakan media tiga dimensi sebagai manipulasi dari konsep pecahan. Media model “bola pecahan” berbentuk
irisan berukuran sama besar yang dapat dibuka pasang. Media model “bola pecahan” dibuat oleh peneliti dari bahan kayu yang dilengkapi dengan nilai
pecahan dalam tulisan Braille. Media model “bola pecahan” di uji validasi isi oleh ahli media yaitu tenaga pengajar Prodi Teknologi Pendidikan FIP
UNY. Penggunaan media model “bola pecahan” mengacu pada prinsip penggunaan media untuk siswa tunanetra total. Hal ini berdasarkan kondisi
dan karaketristik siswa tunanetra kelas III. Siswa tunanetra menggunakan media tersebut secara taktual dengan meraba tulisan Braille serta ukuran
yang berbeda pada masing-masing irisan maupun secara keseluruhan “bola pecahan”. Penggunaan media model “bola pecahan” terbagi menjadi enam
tahap yakni: a. Guru menyiapkan materi dan media pembelajaran yang akan digunakan.
b. Siswa diberikan penjelasan mengenai sifat-sifat media model “bola pecahan”.
c. Siswa diberikan kesempatan unutk meraba media model “bola pecahan” dengan bimbingan guru, kemudian membaca nilai pecahan dengan
17 tulisan Braille yang tercantum pada permukaan “bola pecahan”, serta
membelah bola pecahan sehingga menjadi irisan-irisan “bola pecahan”. d. Siswa diberikan penjelasan mengenai cara pemanfaatan media model
“bola pecahan” dan pelaksanaan penanaman konsep pecahan melalui media model “bola pecahan” dengan cara sebagai berikut: 1 Siswa
diminta mengidentifikasi dan menyebutkan bagian-bagian pecahan dengan cara membedakan posisi penulisan pembilang dan penyebut serta
memaknainya dengan menggunakan irisan “bola pecahan”. 2 Siswa diminta berlatih membaca, membilang, dan menulis nilai pecahan dengan
bimbingan guru secara taktual dan verbal. 3 Siswa diminta menentukan pecahan senilai dengan bimbingan guru secara bergantian dengan
bimbingan guru. Siswa mengalikan suatu pecahan dengan pecahan yang memiliki pembilang dan penyebut sama, kemudian membuktikan dengan
menggunakan irisan “bola pecahan”. 4 Siswa diminta meraba dua buah irisan “bola pecahan” yang memiliki penyebut sama secara bergantian
dengan bimbingan guru. Siswa membandingkan nilai pecahan dengan menggunakan dua buah irisan “bola pecahan”, kemudian siswa diminta
menentukan tanda perbandingan , , atau = yang tepat. 5 Siswa melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sederhana
pecahan berpenyebut sama dengan cara menjumlahkan atau mengurangkan nilai pembilang. Siswa juga dapat menggunakan media
model “bola pecahan” dengan cara menjumlahkan atau mengurangkan irisan “bola pecahan” sesuai nilai pecahan secara bergantian.
18 e. Siswa diberikan latihan dan bersama guru menyimpulkan materi
pelajaran konsep pecahan. f. Siswa diberikan penjelasan cara menyimpan media model “bola
pecahan”. Adapun gambaran media model “bola pecahan” adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Media Model “Bola Pecahan”
4. Keefektifan diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu dengan tujuan yang akan dicapai. Keefektifan
media model “bola pecahan” merupakan tingkat pencapaian penggunaan media model “bola pecahan” terhadap kemampuan pemahaman konsep
pecahan siswa tunanetra kelas III. Keefektifan media model “bola pecahan” dapat diindikasikan dengan kesesuaian penggunaan media terhadap tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Keefektifan ini dapat dilihat dari perubahan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi dan membedakan
nilai pecahan sederhana, membandingkan pecahan berpenyebut sama, serta melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sederhana pecahan
berpenyebut sama. Kemampuan pemahaman siswa diukur melalui evaluasi hasil belajar berupa pengamatan terhadap pembelajaran konsep pecahan
serta tes hasil belajar konsep pecahan. Hasil pengamatan selanjutnya Irisan yang dapat di buka pasang
sebagai representasi dari pembilang Bagian keseluruhan bola sebagai
representasi dari penyebut Magnet
Tulisan Braille
19 dijelaskan secara deskriptif setelah mempersentasekan hasil skor akhir dan
memasukan ke dalam kategori. Tes hasil belajar konsep pecahan dijelaskan dengan cara mempersentasekan hasil skor akhir dan memasukkan kedalam
kategori penilaian, kemudian dirumuskan menjadi selisih antara hasil pre- test dan post-test. Media model “bola pecahan” efektif terhadap kemampuan
pemahaman siswa tunanetra kelas III apabila hasil post-test lebih baik dari pada hasil pre-test, capaian hasil belajar berada di atas persentase
pencapaian KKM skor sebesar 70, serta adanya perubahan perilaku dan kemampuan pemahaman konsep pecahan siswa tunanetra menjadi lebih
baik pada saat pembelajaran konsep pecahan.
20
BAB II KAJIAN PUSTAKA