93 4 Menyimpulkan dengan menentukan kategori skor butir tersebut.
Penentuan kategori skor butir dirancang sendiri oleh peneliti. Penentuan kategori skor dilakukan dengan: 1 menentukan skor terbesar
yaitu 60 dan skor terkecil yaitu 14, 2 menentukan kategori, yaitu sangat baik, baik, cukup, dan kurang, dan 3 menentukan interval dengan cara:
ൌ ݏ݇ݎݐ݁ݎݐ݅݊݃݃݅ െ ݏ݇ݎݐ݁ݎ݈݇݁ܿ݅
ݎ݁݊ݐܽ݊݃݇ܽݐ݁݃ݎ݅
ൌ
ሺିଵସሻ ସ
ൌ
ସ ସ
ൌ ͳͳǡͷdibulatkan menjadi 12 Adapun kategori skor observasi kemampuan pemahaman konsep
pecahan adalah sebagai berikut: Tabel 9. Kategori Skor Hasil Observasi Kemampuan Pemahaman Konsep
Pecahan Siswa Tunanetra Kelas III SLB-A Yaketunis Yogyakarta
Skor Persentase
Kategori
49 – 60 81 – 100
Sangat Baik 37 – 48
61 – 80 Baik
25 – 36 41 – 60
Cukup 12 – 24
20 – 40 Kurang
H. Uji Validitas Penelitian
Validitas adalah “suatu derajad ketepatan instrumen alat ukur yang berarti instrumen yang digunakan tepat dalam mengukur apa yang diukur”
Zainal Arifin, 2011: 244. Instrumen yang valid adalah instrumen yang dapat mengukur dengan tepat keadaan yang ingin diukur Purwanto, 2007: 125.
Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas isi dan validitas kontruk.
Validitas isi adalah validitas untuk mengukur instrumen berbentuk tes yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur
94 efektivitas pelaksanaan program dan tujuan Sugiyono, 2013: 176. Validitas
isi digunakan untuk mengukur instrumen tes hasil belajar serta media pembelajaran. Validitas isi dilakukan dengan menyesuaikan tujuan penelitian
dengan indikator maupun materi yang akan dicapai. Validitas konstruk adalah derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk sementara
Sukardi, 2007: 123. Validitas konstruk digunakan untuk mengukur tingkah laku. Validitas konstruk pada penelitian ini digunakan untuk mengukur
instrumen observasi. Uji validitas instrumen dalam penelitian ini, dilakukan oleh uji
validitas ahli expert judgemend. Uji validitas ahli merupakan pengujian validitas yang dilakukan dengan meminta pertimbangan kepada orang yang
memiliki kompetensi dalam suatu bidang tertentu untuk menilai ketepatan isi butir instrumen Purwanto, 2007: 126. Uji ahli dilakukan oleh guru mata
pelajaran matematika siswa tunanetra kelas III dan dosen ahli media. Validitas yang dilakukan berupa mengamati semua aspek yang divaliditas, kemudian
mengkoreksi dan mempertimbangkan aspek yang diujikan. Instrumen tes hasil belajar dan observasi diuji oleh guru kelas III di SLB-A Yaketunis yang
bernama Ibu Sri Wahyuni Endaryani, S. Pd. Alasan pemilihan uji ahli tersebut yaitu dengan pertimbangan sebagai berikut: berprofesi guru mata pelajaran
Matematika serta menjadi wali kelas III di SLB-A Yaketunis. Aspek instrumen tes hasil belajar yang divalidasi berupa: kesesuaian soal tes dengan standar
kompetensi, kesesuaian soal tes dengan materi pembelajaran konsep pecahan, dan kesesuaian soal tes dengan kemampuan anak tunanetra kelas III. Aspek
95 instrumen observasi yang divalidasi berupa: kesesuaian isi butir dengan tujuan
pengamatan berupa aspek kemampuan pemahaman konsep pecahan serta keaktifan dan partisipasi siswa tunanetra dalam pembelajaran.
Instrumen untuk perlakuan berupa media pembelajaran diuji oleh Ibu Isniatun Munawaroh, M. Pd. Alasan pemilihan uji ahli tersebut adalah dengan
pertimbangan sebagai berikut: berprofesi tenaga pengajar Prodi Teknologi Pendidikan FIP UNY dan lulusan Magister Pengembangan Kurikulum. Aspek
instrumen media yang divalidasi berupa: kesesuaian bentuk bola dan irisan media model “bola pecahan” dengan tujuan pembelajaran konsep pecahan,
tampilan media, kemudahan penggunaan media, keawetan media, keamanan media bagi siswa tunanetra.
Uji validitas dilakukan melalui permintaan saran tertulis, diskusi, dan perbaikan instrumen. Pemaknaan hasil uji validitas dilakukan dengan cara
deskriptif. Validitas instrumen tes hasil belajar, observasi, dan media pembelajaran dikategorikan valid apabila telah memenuhi kriteria kesesuaian
antara tujuan yang akan dicapai dengan isi instrumen serta nilai dari masing- masing aspek yaitu minimal baik.
Uji validiasi instrumen tes dan observasi dilaksanakan sebanyak satu kali konsultasi. Hasil konsultasi tersebut yaitu instrumen tes dan observasi
yang dibuat oleh peneliti sudah baik, sehingga dapat langsung digunakan dalam penelitian tanpa harus diperbaiki. Uji validitas media dilaksanakan
sebanyak dua kali konsultasi. Hasil konsultasi pertama yaitu pemberian saran berupa irisan “bola pecahan” kurang presisi, magnet harus diperkuat,
96 lampirkan panduan penggunaan media, serta perdalam tempat penyimpanan
media. Konsultasi kedua yaitu pengujian setelah media diperbaiki dan diperoleh hasil bahwa media yang dibuat oleh peneliti telah baik, sehingga
dapat langsung digunakan dalam penelitian tanpa harus diperbaiki. Berdasarkan uji validitas instrumen yang telah dilakukan oleh guru
dan dosen diperoleh hasil validitas bahwa semua aspek instrumen memperoleh hasil penilaian baik dan sangat baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa
instrumen tes, observasi, dan media telah memenuhi kriteria minimun instrumen dikategorikan valid yaitu baik. Intrumen telah dinyatakan valid oleh
uji ahli serta dapat digunakan dalam penelitian. Hasil uji validitas instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu sebagai berikut: Tabel 10. Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Hasil Belajar Konsep Pecahan
untuk Siswa Tunanetra Kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta
No. Aspek
Hasil Keterangan
1. Kesesuaian soal tes
dengan standar
kompetensi Baik
Soal tes telah sesuai dengan standar kompetensi, sehingga tes pemahaman
konsep pecahan dikatakan valid
2. Kesesuaian soal tes
dengan materi
pembelajaran konsep
pecahan Baik
Soal tes telah sesuai dengan cakupan materi, sehingga tes pemahaman
konsep pecahan dikatakan valid
3. Kesesuaian soal tes
dengan kemampuan anak tunanetra kelas III
Baik Soal tes telah sesuai untuk mengukur
kemampuan siswa tunanetra kelas III sesuai dengan kondisinya, sehingga
tes pemahaman konsep pecahan dikatakan valid
97 Hasil uji validitas instrumen observasi yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut: Tabel 11. Hasil Uji Validitas Instrumen Observasi Pembelajaran Konsep pecahan
siswa Tunanetra kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta
No. Aspek
Hasil Keterangan
Kesesuaian butir observasi dengan tujuan pengamatan
1. Kemampuan siswa dalam
menyebutkan nilai pecahan Baik
Butir observasi telah sesuai dengan tujuan pengamatan,
sehingga butir
observasi dikatakan valid
2. Kemampuan siswa dalam
membandingkan nilai
pecahan berpenyebut sama Baik
Butir observasi telah sesuai dengan tujuan pengamatan,
sehingga butir
observasi dikatakan valid
3. Kemampuan siswa dalam
melakukan operasi hitung penjumlahan
dan pengurangan
sederhana pecahan berpenyebut sama
Baik Butir observasi telah sesuai
dengan tujuan pengamatan, sehingga
butir observasi
dikatakan valid
4. Kedisiplinan siswa dalam
mengikuti pembelajaran Baik
Butir observasi telah sesuai dengan tujuan pengamatan,
sehingga butir
observasi dikatakan valid
5. Partisipasi siswa secara aktif
dalam pembelajaran Baik
Butir observasi telah sesuai dengan tujuan pengamatan,
sehingga butir
observasi dikatakan valid
6. Siswa
aktif bertanya,
menjawab, dan memberikan tanggapan terhadap topik
yang dibahas Baik
Butir observasi telah sesuai dengan tujuan pengamatan,
sehingga butir
observasi dikatakan valid
7. Ketelitian dan ketekunan
siswa dalam mengerjakan tugas
Baik Butir observasi telah sesuai
dengan tujuan pengamatan, sehingga
butir observasi
dikatakan valid
98 Hasil uji validitas media model “bola pecahan” yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut: Tabel 12. Hasil Uji Validitas Instrumen Media Model “Bola Pecahan”
No. Aspek
Hasil Keterangan
Kesesuaian Media
1. Kesesuaian media jika
digunakan oleh siswa tunanetra kelas III
Baik Media dapat digunakan oleh siswa
tunanetra kelas III, sehingga media dikatakan valid
2. Kesesuaian
bentuk media
Baik Bentuk media telah sesuai dengan
tujuan penelitian dan kondisi siswa tunanetra kelas III, sehingga media
dikatakan valid
Tampilan Media
3. Ukuran media Sangat
baik Ukuran media sangat sesuai dengan
kondisi siswa tunanetra kelas III, sehingga media dikatakan valid.
4. Tekstur Media Baik
Tekstur media telah sesuai dengan kondisi siswa tunanetra kelas III,
sehingga media dikatakan valid.
5. Tampilan
tulisan Braille
Baik Tampilan tulisan Braille telah sesuai
dengan kondisi siswa tunanetra kelas III, sehingga media dikatakan valid.
Kemudahan Penggunaan Media
6. Kemudahan
penggunaan media Sangat
baik Media sangat mudah digunakan oleh
siswa tunanetra kelas III, sehingga media dikatakan valid.
7. Kemudahan
memidahkan dan
membawa media Sangat
baik Media sangat mudah dipindahkan dan
dibawa oleh siswa tunanetra kelas III, sehingga media dikatakan valid.
8. Kemudahan
penyimpanan dan
perawatan media Sangat
baik Media sangat mudah disimpan dan
dirawat oleh siswa tunanetra kelas III, sehingga media dikatakan valid.
Keawetan Media
9. Keawetan media Baik
Media tidak mudah rusak dan awet digunakan beberapa kali pertemuan,
sehingga media dikatakan valid
Keamanan Media
10. Keamanan media bila
digunakan Baik
Media aman digunakan oleh siswa tunanetra sehingga dikatakan valid
99
I. Teknik analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data kuantitatif. Menurut Suharsimi Arikunto 2010: 282 analisis data kuantitatif dalam
penelitian eksperimen diolah dengan rumus-rumus statistik yang sudah disediakan, baik secara manual maupun menggunakan jasa komputer. Teknik
analisis data dalam penelitian kuantitatif terdiri dari teknik analisis data statistik deskriptif dan statistik inferensial Sugiyono, 2013: 147. Data tes hasil
belajar konsep pecahan pada penelitian ini diolah menggunakan teknik analisis statistik inferensial dengan uji statistik non-paramertik. Data hasil observasi
kemampuan pemahaman konsep pecahan pada siswa tunanetra diolah menggunakan teknik analisis statistik deskriptif.
Adapun langkah teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Analisis data data tes hasil belajar konsep pecahan a. Persiapan
Pengecekan kelengkapan data tes hasil belajar konsep pecahan siswa tunanetra. Langkah ini dilakukan untuk menyortir dan memilih
data yang akan diolah dan dianalisis. b. Tabulasi Data
Data dari hasil tes belajar diberikan skor pada setiap item butir dan dihitung jumlah skor akhir. Data kemudian dipersentasekan dan
dimasukan kedalam kategori penilaian. Hasil presentase menjadi data untuk dilakukan perbandingan antara hasil post-test dengan hasil pre-test.
100 c. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan melalui teknik statistik non- parametrik tes wilcoxon. Menurut Siegel 1996: 93-94 bahwa tes
wilcoxon dapat mengungkapkan data mengenai perbedaan bobot dari dua pasangan yang berbeda kondisi. Tes Wilcoxon dapat digunakan untuk
membuat penilaian antara dua skor yang berbeda dari dua pasang data. Adapun langkah-langkah dalam menguji data dengan menggunakan tes
wilcoxon yaitu sebagai berikut: 1 Menentukan formulasi hipotesis
H
o
: Tidak ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep pecahan siswa tunanetra kelas III sebelum dan sesudah diberikan perlakuan,
sehingga penggunaan media model “bola pecahan” tidak efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep pecahan siswa tunanetra
kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta. H
a
: Ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep pecahan siswa tunanetra kelas III sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, sehingga
penggunaan media model “bola pecahan” efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep pecahan siswa tunanetra kelas III di
SLB-A Yaketunis Yogyakarta. 2 Menentukan taraf signifikan α yaitu 0,05 atau 5
3 Menentukan kriteria pengujian H
o
diterima apabila T
hitung
T
tabel
H
o
ditolak apabila T
hitung
≤ T
tabel
101 4 Menentukan statistik uji
Menentukan statistik uji dilakukan dengan langkah berikut: a Membandingkan dan menentukan tanda hasil pre-test dan post-test
masing-masing subjek sehingga diperoleh nilai d
i
. b Memberikan ranking pada d
i
, dari yang terkecil sampai terbesar tanpa melihat tanda negatif - dan positif +, sehingga diperoleh
ranking d. Bila d
i
= 0, maka dikeluarkan dari perhitungan. Bila d
i
sama, maka pemberian ranking dilakukan dengan membuat ranking rata-rata dari skor yang sama.
c Menetapkan nilai T yaitu jumlah yang lebih kecil dari kedua kelompok ranking negatif - atau positif + yang memiliki tanda
sama. d Menentukan nilai T
tabel
dengan melihat kebenaran uji tes wilcoxon yaitu Tabel G.
5 Membuat kesimpulan Membuat
kesimpulan dilakukan
dengan cara
membandingkan nilai T
hitung
dengan nilai T
tabel
, kemudian menyimpulkan hasil uji statistik untuk data tes hasil belajar dengan uji
tes wilcoxon sebagai berikut: a Apabila H
o
ditolak dan H
a
diterima, maka dapat diartikan bahwa ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep pecahan siswa
tunanetra kelas III sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, sehingga penggunaan media model “bola pecahan” efektif terhadap
102 kemampuan pemahaman siswa tunanetra kelas III di SLB-A
Yaketunis Yogyakarta. b Apabila H
o
diterima dan H
a
ditolak, maka dapat diartikan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan pemahaman konsep pecahan
siswa tunanetra kelas III sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, sehingga penggunaan media model “bola pecahan” tidak efektif
terhadap kemampuan pemahaman siswa tunanetra kelas III di SLB- A Yaketunis Yogyakarta.
2. Analisis data observasi kemampuan observasi kemampuan pemahaman konsep pecahan pada siswa tunanetra
1. Persiapan Pengecekan kelengkapan data observasi kemampuan observasi
kemampuan pemahaman konsep pecahan pada siswa tunanetra. Langkah ini dilakukan untuk memilih data yang akan diolah dan dianalisis.
2. Tabulasi Data Data dari hasil observasi diberikan skor pada setiap item butir
dan dihitung jumlah skor akhir. Adapun cara penskoran sebagai berikut: 1 Menjumlahkan banyaknya centangan pada masing-masing kolom
pilihan. 2 Mengalikan banyaknya centangan dengan nilai skor.
3 Menjumlahkan semua hasil kali skor pada semua kolom. 4 Mempersentasekan hasil akhir skor dan memasukan ke dalam kategori
penilaian yang telah disusun.
103 3. Membuat kesimpulan
Membuat kesimpulan dilakukan dengan cara mendeskripsikan perilaku siswa tunanetra pada saat pembelajaran konsep pecahan
perlakuan berlangsung sesuai dengan skor observasi yang diperoleh selama pembelajaran. Kategori skor terdiri dari sangat baik, baik, cukup,
dan kurang.
J. Kriteria Keefektifan Penggunaan Media Model “Bola Pecahan”