34 pecahan yang membagi satu unit atas beberapa bagian yang sama atau
pecahan sebagai skala. Pecahan kuosien dapat dilambangkan dengan contoh 2 : 3. Pecahan rasio merupakan bilangan pecahan yang membandingkan
suatu objek dengan objek lain. Pecahan rasio dapat dilambangkan dengan contoh 5 : 2.
Penerapannya dalam penelitian ini, yaitu memahami konsep pecahan sederhana untuk siswa tunanetra kelas III dengan menggunakan
jenis pecahan bagian-keseluruhan serta dijelaskan dengan pengalaman konkret. Pengenalan konsep pecahan dengan jenis bagian-keseluruhan
dalam bentuk tulisan Braille dilambangkan dengan contoh
ab
untuk pecahan
ଵ ଶ
. Pengenalan pecahan juga dijelaskan melalui pengalaman konkret dengan penggunaan media model “bola pecahan”. Pembelajaran dengan
pengalaman konkret akan lebih membantu siswa tunanetra kelas III dalam memahami materi pembelajaran secara optimal.
2. Kurikulum Matematika tentang Materi Pecahan untuk Siswa Tunanetra
Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan pembelajaran di sekolah luar biasa pada saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan KTSP. KTSP merupakan “kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan atau
sekolah” Masnur Muslich, 2001: 17. Konsep pecahan dalam KTSP termasuk ke dalam salah satu materi yang dipelajari pada mata pelajaran
matematika. Konsep pecahan pada satuan pendidikan SDLB khusus
35 tunanetra termasuk ke dalam ruang lingkup aspek bilangan. Menurut
Departemen Pendidikan Nasional dalam BNSP, 2006: 344 tujuan pembelajaran matematika termasuk konsep pecahan adalah agar siswa
tunanetra memiliki kemampuan diantaranya sebagai berikut: a. Siswa tunanetra memiliki kemampuan dalam memahami konsep
pecahan. b. Siswa tunanetra mampu menjelaskan keterkaitan antar konsep pecahan.
c. Siswa tunanetra mampu mengaplikasikan konsep pecahan dalam pemecahan masalah.
d. Siswa tunanetra memiliki sikap menghargai kegunaan konsep pecahan dalam kehidupan sehari-hari seperti: rasa ingin tahu, perhatian, minat
dalam mempelajari konsep pecahan, ulet, serta percaya diri dalam pemecahan masalah.
Adapun standar isi konsep pecahan di kelas III pada satuan pendidikan SDLB khusus tunanetra bagian A yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Standar Isi Konsep Pecahan untuk SDLB khusus Tunanetra Bagian A Kelas III
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Memahami pecahan sederhana dan
penggunaannya dalam pemecahan masalah
3.1 Mengenal pecahan sederhana 3.2 Membandingkan pecahan sederhana
3.3 Memecahkan masalah yang berkaitan
dengan pecahan sederhana Sumber: BSNP untuk SDLB khusus tunanetra 2006: 347
Berdasarkan pada standar isi konsep pecahan SDLB khusus tunanetra kelas III terdapat tiga kompetensi yang harus dipahami oleh siswa.
Kompetensi tersebut meliputi pengenalan nilai pecahan, membandingkan
36 pecahan, serta melakukan pemecahan masalah yang berkaitan dengan
konsep pecahan. Modifikasi materi yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu membatasi materi hanya pada mengenal nilai pecahan,
membandingkan pecahan berpenyebut sama, serta operasi hitung pecahan berpenyebut sama. Modifikasi ini dilaksanakan berdasarkan kesesuaian
media yang diuji dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Materi konsep pecahan yang akan disampaikan pada penelitian ini
mengacu pada sumber belajar yang berasal dari Nur Fajariyah dan Defi Triratnawati 2008: 136-148 serta Suharyanto dan C. Jacob 2009: 86-97.
Materi konsep pecahan yang dipelajari untuk siswa kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta pada penelitian ini dibatasi pada materi nilai
pecahan, bagian-bagian pecahan, pecahan senilai, perbandingan pecahan berpenyebut sama, serta operasi hitung penjumlahan dan pengurangan
sederhana pecahan berpenyebut sama sampai nilai pecahan
ଵ
. Penjelasan materi tentang konsep pecahan yaitu sebagai berikut:
a. Nilai pecahan Nilai pecahan merupakan perbandingan dua bilangan cacah
yang terdiri dari penyebut dan pembilang. Adapun contoh dari nilai pecahan yaitu sebagai berikut:
Gambar 2. Nilai Pecahan Satu bagian
Satu bagian dibagi dua. Tiap bagian nilainya
ଵ ଶ
37 Dari gambar diatas dapat dijabarkan bahwa satu bagian utuh di
bagi menjadi dua bagian sama besar. Lambang bilangannya adalah
ଵ ଶ
,
dapat dibaca satu perdua, seperdua, maupun setengah. Pada bilangan
ଵ ଶ
,
nilai 1 disebut sebagai pembilang dan nilai 2 disebut penyebut. b. Pecahan senilai
Nilai pecahan senilai merupakan nilai pecahan yang memiliki nilai penyebut sama walaupun dengan nominal angka berbeda. Mencari
pecahan senilai dapat diketahui dengan cara mengalikan pecahan dengan suatu pecahan lain yang memiliki pembilang dan penyebut sama.
Gambar 3. Pecahan Senilai c. Perbandingan pecahan berpenyebut sama
Perbandingan pecahan berpenyebut sama merupakan upaya membandingan dua nilai pecahan yang memiliki nilai penyebut sama.
Dua bilangan dapat dibandingkan dengan menggunakan tanda: 1 Lebih besar , misalnya a b, artinya bilangan a lebih besar dari
bilangan b. 2 Lebih kecil , misalnya a b, artinya bilangan a lebih kecil dari
bilangan b.
ͳ ʹ
ʹ Ͷ
=
ଵ ଶ
= ...
ଵ ଶ
x
ଶ ଶ
=
ଶ ସ
maka,
ଵ ଶ
=
ଶ ସ
38 3 Sama dengan =, misalnya a = b, artinya kedua bilangan a dan b,
nilainya sama besar. Adapun contoh membandingkan pecahan berpenyebut sama
sebagai berikut:
Gambar 4. Perbandingan Pecahan Berpenyebut Sama d. Operasi hitung pecahan berpenyebut sama
Operasi hitung pecahan terdiri dari operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sederhana pecahan berpenyebut sama. Prinsip
pengerjaan operasi hitung penjumlahan atau pengurangan pecahan berpenyebut sama adalah menjumlah atau mengurangi nilai pembilang
dan tidak menjumlahkan atau mengurangi nilai penyebut. Adapun contoh operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama
yaitu sebagai berikut: 1 Operasi hitung penjumlahan pecahan berpenyebut sama
Gambar 5. Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama 1
ͳ ʹ
1 bagian lebih besar dari
ଵ ଶ
bagian
,
maka ditulis 1
ଵ ଶ
...
+
ͳ Ͷ
ʹ Ͷ
Cara pengerjaannya sebagai berikut:
ଵ ସ
ଶ ସ
ଵାଶ ସ
ൌ
ଷ ସ
39 2 Operasi hitung pengurangan pecahan berpenyebut sama
Gambar 6. Pengurangan Pecahan Berpenyebut Sama Hal yang perlu diperhatikan dalam operasi hitung penjumlahan
dan pengurangan pecahan berpenyebut sama adalah penulisan penyebut yang sama. Dua penyebut yang sama harus ditulis menjadi satu penyebut.
Tujuannya adalah agar terbentuk pemikiran dari siswa bahwa nilai penyebut harus sama dan tidak bisa dijumlahkan atau dikurangi.
C. Kajian tentang Pemahaman Konsep Pecahan pada Siswa Tunanetra 1. Pengertian Pemahaman Konsep Pecahan
Menurut Gulo 2002: 8 belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik
tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat. Salah satu perubahan tingkah laku dalam berpikir adalah pemahaman. Menurut Anas Sudijono
2012: 50 bahwa: “pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti
atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Seseorang dikatakan paham apabila mampu memberikan
penjelasan atau memberi uraian yang lebih terperinci tentang hal itu dengan kata katanya sendiri.”
ʹ Ͷ
ͳ Ͷ
Cara pengerjaannya sebagai berikut:
ଶ ସ
െ
ଵ ସ
െ
ଶାଵ ସ
ൌ
ଵ ସ
40 Pendapat lain dikemukakan oleh Sudaryono 2012: 44 bahwa
pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu yang telah diingat. Pemahaman mencangkup kemampuan untuk
menangkap makna atau arti dari bahan yang dipelajari. Pemahaman dapat dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu bacaan atau mengubah
data yang disajikan dari bentuk tertentu ke bentuk lainya. Menurut Daryanto 2012: 106 pemahaman merupakan
kemampuan untuk mengerti sesuatu yang telah diajarkan, mengetahui sesuatu yang dikomunikasikan, dan dapat memanfaatkan isinya tanpa
keharusan menghubungkan dengan hal-hal lain. Pemahaman terdiri dari kemampuan menerjemahkan, menginterpretasi, dan mengekstrapolasi.
Beberapa pengertian di atas dapat ditegaskan bahwa pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti, memahami, dan
mengetahui sesuatu yang telah diingat. Pemahaman terdiri dari kemampuan menerjemahkan, menginterpretasi, dan mengekstrapolasi. Seseorang
dikatakan paham apabila mampu mengungkapkan kembali secara detail sesuatu yang telah diingat serta mengubah isi ke dalam bentuk yang lainnya.
Pemahaman dimaksud pada penelitian ini yaitu suatu kemampuan siswa tunanetra kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta untuk mengerti,
memahami, dan mengetahui materi tentang konsep pecahan. Pemahaman dapat menjadi kemampuan seseorang dalam mengerti,
memahami, dan mengetahui suatu konsep tertentu. Gagne Briggs 1979: 64 mengemukakan bahwa “a concept is a capability that make it possible
41 for an individual to identify a stimulus as a member of a class having some
characteristic in common, even though such stimuli may otherwise differ from each other markedly”. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep
adalah kemampuan yang memungkinkan bagi seorang individu untuk mengidentifikasi stimulus sebagai anggota suatu kelas yang memiliki
beberapa karakteristik yang sama, walaupun rangsangan tersebut berbeda satu sama lain.
Pendapat lain dikemukakan oleh Rosser dalam Ratna Wilis Dahar, 2011: 63 bahwa “konsep merupakan suatu abstraksi yang mewakili suatu
kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama”. Menurut Ratna Wilis Dahar 2011: 64 bahwa “konsep
merupakan suatu abstraksi mental yang mewakili satu kelas stimulus”. Beberapa pendapat di atas, maka dapat ditegaskan bahwa konsep
merupakan suatu abstraksi stimulus sebagai anggota suatu kelas yang memiliki beberapa karakteristik yang sama. Konsep tersebut dapat berupa
objek, kejadian, kegiatan, atau suatu hubungan. Pemahaman konsep yang dimaksud pada penelitian ini yaitu kemampuan siswa tunanetra kelas III di
SLB-A Yaketunis Yogyakarta untuk mengerti, memahami, dan mengetahui tentang nilai pecahan, membandingkan pecahan berpenyebut sama, serta
melakukan operasi hitung sederhana pecahan berpenyebut sama. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk membuat pembelajaran
konsep pecahan mudah dipahami oleh siswa Pitadjeng, 2006: 49-58, diantaranya yaitu memastikan kesiapan siswa untuk belajar pecahan, tingkat
42 kesulitan soal diberikan sesuai dengan kemampuan siswa dan menyangkut
kegiatan sehari-hari, memberi kebebasan kepada siswa untuk mencari penyelesaian masalah dengan caranya sendiri, serta pemakaian media
belajar yang mempermudah pemahaman siswa, seperti media konkret. Salah satu upaya yang dilakukan pada penelitian yaitu penggunaan media model
“bola pecahan” dalam pembelajaran konsep pecahan untuk siswa tunanetra kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta.
2. Prinsip Pembelajaran Pemahaman Konsep Pecahan pada Siswa Tunanetra