134
3.  Deskripsi  Data  Hasil  Observasi  selama  Perlakuan  pada  Siswa Tunanetra Kelas III
Observasi  dilaksanakan  pada  saat  perlakuan  berlangsung. Pelaksanaan observasi bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman
konsep  pecahan  siswa  tunanetra  kelas  III  dengan  menggunakan  media model  “bola  pecahan”.  Observasi  juga  bertujuan  untuk  mengetahui
keaktifan  dan  partisipasi  siswa  tunanetra  kelas  III  dalam  mengikuti pembelajaran  konsep  pecahan.  Pengamatan  dilakukan  oleh  guru  kelas
sebagai  hasil  kesepakatan  antara  guru  kelas  dengan  peneliti.  Hasil pengamatan  diolah  bersama-sama  oleh  guru  kelas  dan  peneliti  untuk
mencocokan perilaku yang muncul pada siswa tunanetra kelas III. Adapun  skor  hasil  observasi  pembelajaran  konsep  pecahan  pada
siswa  tunanetra  kelas  III  di  SLB-A  Yaketunis  Yogyakarta  yaitu  sebagai berikut:
Tabel 14. Hasil Observasi Pembelajaran Konsep Pecahan Siswa Tunanetra Kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta
No.  Subjek Pertemuan 1  Pertemuan 2  Pertemuan 3  Pertemuan 4
Skor
Skor Skor
Skor
1. FR
48 80
50 83,3
53 88,3
50 89,3
2. DW
47 78,3
49 81,7
52 86,7
50 89,3
3. GN
41 68,3
45 75
49 81,7
48 85,7
Gambaran jelas dari tabel 14 yaitu sebagai berikut:
135 a.  Subjek 1 FR
1 Pertemuan 1 Pada  pertemuan  pertama,  subjek  memperhatikan  penjelasan
dari peneliti dengan baik. Subjek sesekali duduk malas apabila sedang menunggu giliran penjelasan secara taktual oleh peneliti. Subjek aktif
dalam  bertanya  meskipun  terdapat  beberapa  pertanyaan  yang  tidak sesuai. Subjek memiliki minat yang baik dalam pembelajaran konsep
pecahan  dengan  menggunakan  media  model  “bola  pecahan”.  Subjek mampu mengeksplorasi berbagai pertanyaan mengenai nilai pecahan,
sehingga  subjek  banyak  berlatih  menentukan  nilai  pembilang  dan penyebut. Subjek mendapatkan bantuan dari peneliti secara verbal dan
taktual  saat  menggunakan  “bola  pecahan”.  Subjek  masih  mengalami kesulitan untuk membongkar pasang irisan “bola pecahan”.
Pada  saat  mengerjakan  soal,  subjek  masih  kurang  teliti. Subjek masih sering terganggu dan tidak  fokus. Subjek juga masing
mengalami  kesalahan  dalam  menulis  pecahan  Braille.  Siswa  mampu menentukan pembilang dan penyebut dengan benar meskipun dengan
bantuan  peneliti.  Subjek  terkadang  membalik  posisi  pembilang  dan penyebut  sehingga  jawaban  yang  ditunjukkan  tidak  tepat.  Subjek
memperoleh  skor  total  observasi  perilaku  dan  kemampuan pemahaman  konsep  pecahan  yaitu  48  dengan  persentase  pencapaian
sebesar 80 dan termasuk kategori baik. Terlampir halaman 197
136 2 Pertemuan 2
Pada pertemuan kedua, subjek menerima informasi dari guru atau subjek lain dengan fokus. Subjek mampu memberikan tangapan
dan  pendapat  terhadap  informasi  yang  diperoleh  secara  mandiri. Subjek  mampu  mengekplorasi  konsep  pecahan  dengan  baik  dengan
cara  memberikan  contoh  dan  beberapa  pecahan  yang  memiliki  nilai sama.  Subjek  juga  mampu  menunjukkan  pecahan  senilai
menggunakan  irisan  “bola  pecahan”  meskipun  dengan  mendapat bantuan dari peneliti. Subjek aktif dalam bertanya dan memiliki minat
belajar yang tinggi. Pada saat menyebutkan bagian pecahan, subjek lebih paham
dari  subjek  lainnya.  Subjek  mengerjakan  tugas  dengan  tekun meskipun pada beberapa bagian subjek kurang teliti dalam membaca
soal  dan  menulis  angka  Braille.  Subjek  memperoleh  skor  total observasi perilaku dan kemampuan pemahaman konsep pecahan yaitu
50  dengan  persentase  pencapaian  sebesar  83,3  dan  termasuk kategori baik. Terlampir halaman 199
3 Pertemuan 3 Pada pertemuan ketiga, subjek memperhatikan informasi dari
peneliti  dan  subjek  lain  dengan  fokus.  Subjek  tidak  banyak mengganggu teman dan lebih aktif dalam proses tanya jawab. Subjek
memiliki minat  yang tinggi dalam menggunakan media model “bola pecahan”.  Subjek  beberapa  kali  meminta  kepada  temannya  untuk
137 segera bergantian menggunakan media model “bola pecahan”. Subjek
mampu  mengeksplorasi  perbandingan  pecahan  dengan  beberapa contoh pecahan. Subjek senang dalam membandingkan suatu pecahan
terhadap  pecahan
ଵ ଶ
.  Subjek  bertanya  dan  memastikan  bahwa  suatu pecahan tertentu memiliki perbandingan lebih besar, lebih kecil, atau
sama dengan pecahan
ଵ ଶ
. Subjek  mampu  membandingkan  pecahan  berpenyebut  sama
dengan  menggunakan  media  model  “bola  pecahan”  meskipun  masih dengan  bantuan.  Subjek  telah  mampu  membedakan  suatu
perbandingan  pecahan  berpenyebut  sama  dan  menentukan  tanda perbandingan. Subjek terkadang kurang teliti dalam menentukan besar
dari  nilai  suatu  pecahan.  Subjek  memperoleh  skor  total  observasi perilaku  dan  kemampuan  pemahaman  konsep  pecahan  yaitu  53
dengan  persentase  pencapaian  sebesar  88,3  dan  termasuk  kategori sangat baik. Terlampir halaman 201
4 Pertemuan 4 Pada  pertemuan  keempat,  subjek  memperhatikan  informasi
dari  peneliti  dan  subjek  lain  dengan  fokus  meskipun  sesekali  sikap duduk  malas.  Subjek  berpartisifasi  aktif  dalam  pembelajaran
meskipun  setelah  diperingatkan  oleh  guru.  Subjek  memiliki  minat belajar baik yang ditunjukkan dengan keaktifan dalam kegiatan tanya
jawab serta keaktifan memberikan ide dan tanggapan. Subjek mampu memahami  instruksi  dengan  baik  pada  saat  menggunakan  media
138 model “bola pecahan”. Subjek juga mampu melakukan operasi hitung
penjumlahan  dan  pengurangan  dengan  menggunakan  irisan  “bola pecahan” meskipun dengan bantuan peneliti.
Pada  saat  mengerjakan  soal  operasi  hitung,  subjek  mampu menjawab  soal  lebih  cepat,  baik  menggunakan  media  maupun  tanpa
media.  Subjek  mampu  menjawab  soal  dengan  tepat  secara  mandiri tanpa bergantung pada bantuan peneliti. Subjek memperoleh skor total
observasi perilaku dan kemampuan pemahaman konsep pecahan yaitu 50  dengan  persentase  pencapaian  sebesar  89,3  dan  termasuk
kategori sangat baik. Terlampir halaman 203 Adapun  gambaran  hasil  observasi  perilaku  dan  kemampuan
pemahaman konsep pecahan subjek 1 FR sebagai berikut:
Gambar 9. Hasil Observasi Perilaku dan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Subjek 1 FR
80 83,30
88,30 89,30
74 76
78 80
82 84
86 88
90
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Pertemuan 3 Pertemuan 4
Persentase pencapaian hasil observasi
139 Gambar 9. menunjukkan bahwa subjek 1 FR memperoleh hasil
observasi  pembelajaran  konsep  pecahan  yang  lebih  baik  di  setiap pertemuan.  Hal  ini  menunjukkan  perubahan  yang  semakin  baik  pada
kemampuan pemahaman konsep pecahan serta keaktifan dan partisipasi dalam mengikuti pembelajaran konsep pecahan.
b.  Subjek 2 DW 1 Pertemuan 1
Pada  pertemuan  pertama,  subjek  memperhatikan  informasi dari  peneliti  dan  subjek  lain  dengan  fokus  meskipun  sesekali  duduk
malas.  Subjek  berpartisipasi  aktif  dalam  kegiatan  tanya  jawab  serta mampu mengeksplorasi konsep pecahan meskipun dengan peringatan
dari  guru.  Subjek  memiliki  minat  baik  yang  ditunjukkan  dengan kemampuan  subjek  dalam  aktif  dalam  mengikuti  pembelajaran,
mengungkapkan ide dan memberikan tangapan. Subjek  masih  mendapat  bantuan  dari  peneliti  dalam
menggunakan  media  model  “bola  pecahan”.  Subjek  mampu membedakan  bagian  pecahan  meskipun  beberapa  kali  keliru  dan
tertukar antar pembilang dan penyebut. Subjek juga mampu membaca, membilang,  dan  menulis  pecahan  meskipun  sesekali  masih  keliru
dalam  menulis  Braille.  Subjek  memperoleh  skor  total  observasi perilaku  dan  kemampuan  pemahaman  konsep  pecahan  yaitu  47
dengan  persentase  pencapaian  sebesar  78,3  dan  termasuk  kategori baik. Terlampir halaman 197
140 2 Pertemuan 2
Pada pertemuan kedua, subjek memperhatikan informasi dari peneliti dan subjek lainnya dengan fokus. Subjek berpartisipasi aktif
meskipun  dengan  peringatan  dari  peneliti.  Subjek  memiliki  minat belajar baik  yang dibuktikan dengan aktif bertanya  dan memberikan
tanggapan  secara  mandiri.  Subjek  mampu  mengeksplorasi  konsep pecahan  dan  menggunakan  media  model  “bola  pecahan”  dengan
bantuan dari peneliti. Subjek  masih  mengalami  kesulitan  dalam  menentukan  nilai
pecahan senilai, sehingga masih membutuhkan bantuan dari peneliti. Subjek  mampu  membedakan  penyebut  dan  pembilang  dengan  benar
serta  mampu  membaca,  membilang,  dan  menulis  pecahan  dengan benar  tanpan  bergantung  pada  peneliti.  Sesekali  subjek  mendapat
bantuan  apabila  kurang  teliti  dan  keliru  menjawab  soal,  terutama dalam  menentukan  pecahan  senilai.  Subjek  memperoleh  skor  total
observasi perilaku dan kemampuan pemahaman konsep pecahan yaitu 49  dengan  persentase  pencapaian  sebesar  81,7  dan  termasuk
kategori baik. Terlampir halaman 199 3 Pertemuan 3
Pada pertemuan ketiga, subjek memperhatikan informasi dari peneliti dan subjek lainnya dengan fokus. Subjek berpartisipasi aktif
dalam  kegiatan  belajar.  Subjek  aktif  bertanya  dan  menjawab  serta mampu mengungkapkan ide juga tanggapan dengan benar meskipun
141 sesekali  setelah  mendapat  peringan  dari  guru.  Subjek  mampu
mengeksplorasi  perbandingan  pecahan  dengan  baik  serta menggunakan media model “bola pecahan” dalam menentukan tanda
perbandingan yang tepat, meskipun masih dengan bantuan peneliti. Pada  saat  melakukan  perbandingan  pecahan  berpenyebut
sama,  subjek  mengalami  perubahan  yang  lebih  baik.  Subjek  mampu membandingkan  suatu  pecahan  tanpa  tertukar  arah  perbandingan.
Subjek  meletakkan  dua  nilai  pecahan  dengan  menggunakan  irisan “bola  pecahan”  di  kedua  tangan.  Anak  kemudian  membandingakan
pecahan  pertama  yang  berada  di  tangan  kanan  dan  pecahan  kedua yang ada di tangan kiri dengan menghitung dan membandingan irisan
“bola  pecahan”.  Subjek  juga  lebih  antusias  dalam  menggunakan media model “bola pecahan”. Subjek memperoleh skor total observasi
perilaku  dan  kemampuan  pemahaman  konsep  pecahan  yaitu  52 dengan  persentase  pencapaian  sebesar  86,7  dan  termasuk  kategori
sangat baik. Terlampir halaman 201 4 Pertemuan 4
Pada pertemuan keempat, subjek memperoleh informasi dari peneliti  dan  subjek  lainnya  dengan  fokus  meskipun  sesekali  duduk
malas.  Subjek  aktif  dalam  proses  pembelajaran  dan  memiliki  minat belajar yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan partisipasi aktif dalam
menjawab dan mengajukan pertanyaan serta mengungkapkan ide dan pendapat  meskipun  dengan  peringatan  dari  peneliti.  Subjek  mampu
142 mengeksplorasi  operasi  hitung  pecahan  berpenyebut  sama  dan
menggunakan  media  model  “bola  pecahan”  dengan  baik  dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama.
Siswa  menjumlahkan  dan  mengurangkan  pecahan berpenyebut sama dengan menggunakan irisan “bola pecahan”  secara
mandiri  dengan  tepat.  Subjek  lebih  teliti  dalam  melakukan  operasi hitung  dan  mengerjakan  soal  secara  mandiri  tanpa  bergantung  pada
bantuan dari peneliti. Subjek memperoleh skor total observasi perilaku dan  kemampuan  pemahaman  konsep  pecahan  yaitu  50  dengan
persentase  pencapaian  sebesar  89,3  dan  termasuk  kategori  sangat baik. Terlampir halaman 203
Adapun  gambaran  hasil  observasi  perilaku  dan  kemampuan pemahaman konsep pecahan subjek 2 DW sebagai berikut:
Gambar 10. Hasil Observasi Perilaku dan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Subjek 2 DW
78,30 81,70
86,70 89,30
72 74
76 78
80 82
84 86
88 90
92
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Pertemuan 3 Pertemuan 4
Persentase pencapaian hasil observasi
143 Gambar  10.  menunjukkan  bahwa  subjek  2  DW  memperoleh
hasil  observasi  pembelajaran  konsep  pecahan  yang  lebih  baik  di  setiap pertemuan.  Hal  ini  menunjukkan  perubahan  yang  semakin  baik  pada
kemampuan pemahaman konsep pecahan serta keaktifan dan partisipasi dalam mengikuti pembelajaran konsep pecahan.
c.  Subjek 3 GN 1 Pertemuan 1
Pada  pertemuan  pertama,  subjek  memperhatikan  informasi dari peneliti dan subjek lainnya dengan sikap duduk malas, sehingga
mendapat  teguran  dari  peneliti.  Subjek  berpartisipasi  dengan  aktif setelah  mendapat  peringatan  dari  guru.  Subjek  terkadang  aktif
bertanya  meskipun  tidak  sesuai  dengan  materi  yang  disampaikan. Subjek  juga  mampu  menjawab  pertanyaan  dan  mengungkapkan  ide
dan tangapan setelah mendapat bantuan dari peneliti. Subjek masih kurang dalam mengeksplorasi konsep pecahan.
Subjek  juga  masih  membutuhkan  pendampingan  dari  peneliti  pada saat  menggunakan  media  model  “bola  pecahan”.  Subjek  mampu
membaca,  membilang,  dan  menulis  pecahan  dengan  tepat  meskipun dengan  bantuan  dari  peneliti.  Subjek  mendapat  pendampingan  yang
intensif  dalam  menentukan  pembilang  dan  penyebut  suatu  pecahan. Subjek  memperoleh  skor  total  observasi  perilaku  dan  kemampuan
pemahaman  konsep  pecahan  yaitu  41  dengan  persentase  pencapaian sebesar 68,3 dan termasuk kategori baik. Terlampir halaman 197
144 2 Pertemuan 2
Pada pertemuan  kedua, subjek memperhatikan informasi dari peneliti dan subjek lainnya dengan sikap duduk malas, tetapi memiliki
minat belajar yang baik. Subjek berpartipasi aktif dalam pembelajaran meskipun  dengan  peringatan  dari  peneliti.  Subjek  mampu  bertanya,
menjawab,  mengungkapkan  ide  dan  tanggapan  dengan  bantuan  dari peneliti.  Subjek  mampu  mengeksplorasi  pecahan  dengan
menggunakan media model “bola pecahan” dengan bantuan dari guru. Subjek  mampu  membedakan  nilai  pembilang  dan  penyebut
meskipun  sesekali  keliru  dalam  menentukan  nilai  tersebut.  Subjek telah  mampu  membaca  dan  membilang  pecahan  serta  memaknainya
ke  dalam  irisan  “bola  pecahan”.  Subjek  sesekali  kurang  teliti  dan keliru  dalam  menulis  pecahan  Braille.  Subjek  masih  mengalami
kesulitan  pada  saat  menentukan  suatu  nilai  pecahan  dengan  cara mengalikan  berpembilang  dan  berpenyebut  sama.  Subjek  cenderung
menjumlahkan  dan  tidak  mengalikan,  sehingga  membutuhkan bantuan.  Subjek  memperoleh  skor  total  observasi  perilaku  dan
kemampuan pemahaman konsep pecahan yaitu 45 dengan persentase pencapaian  sebesar  75  dan  termasuk  kategori  baik.  Terlampir
halaman 199 3 Pertemuan 3
Pada pertemuan ketiga, subjek memperhatikan informasi dari peneliti  dan  subjek  lainnya  dengan  fokus.  Subjek  memiliki  minat
145 belajar  baik  yang  ditunjukkan  dengan  partisipasi  aktif  dalam
pembelajaran meskipun dengan peringatan dari peneliti. Subjek aktif bertanya  cara  membandingkan  pecahan  berpenyebut  sama  dengan
media model “bola pecahan”. Subjek juga aktif memberikan ide dan tanggapan meskipun dnegan bantuan.
Subjek  masih  mengalami  kesulitan  dalam  mengeksplorasi perbandingan  pecahan  dan  menentukan  tanda  perbandingan  yang
tepat.  Pada  peerbandingan  lebih  besar  dan  lebih  kecil,  subjek terkadang  keliru  dan  kurang  teliti  dalam  menentukan  besar  nilai
pecahan. Pada perbandingan pecahan yang sama besar, subjek mampu mengerjakannya  secara  mandiri.  Subjek  memperoleh  skor  total
observasi perilaku dan kemampuan pemahaman konsep pecahan yaitu 49  dengan  persentase  pencapaian  sebesar  81,7  dan  termasuk
kategori baik. Terlampir halaman 201 4 Pertemuan 4
Pada  pertemuan  keempat,  subjek  memperhatikan  informasi dari  peneliti  dan  subjek  lainnya  dengan  fokus  meskipun  sesekali
duduk  dengan  malas.  Subjek  aktif  dalam  proses  pembelajaran  dan memiliki  minat  belajar  yang  tinggi.  Subjek  paling  antusias  apabila
pembelajaran  menggunakan  media  model  “bola  pecahan”.  Subjek mampu mengajukan dan menjawab pertanyaan dengan peringatan dari
peneliti.  Subjek  mampu  memberikan  tanggapan  dan  mengeksplorasi operasi hitung pecahan berpenyebut sama dengan bantuan peneliti.
146 Subjek  mampu  menggunakan  media  model  “bola  pecahan”
lebih  baik  daripada  pertemuan  sebelumnya.  Subjek  antusias  dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut sama
dengan menggunakan irisan “bola pecahan”. Subjek terkadang keliru dalam penjumlahan pecahan berpenyebut sama karena menjumlahkan
nilai  penyebut,  sehingga  subjek  mendapat  pendampingan  yang intensif.  Subjek  juga  terkadang  kurang  teliti  dalam  mengidentifikasi
tanda operasi hitung. Subjek memperoleh skor total observasi perilaku dan  kemampuan  pemahaman  konsep  pecahan  yaitu  48  dengan
persentase  pencapaian  sebesar  85,7  dan  termasuk  kategori  baik. Terlampir halaman 203
Adapun  gambaran  hasil  observasi  perilaku  dan  kemampuan pemahaman konsep pecahan subjek 3 GN sebagai berikut:
Gambar 11. Hasil Observasi Perilaku dan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Subjek 3 GN
68,30 75,00
81,70 85,70
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Pertemuan 3 Pertemuan 4
Persentase pencapaian hasil observasi
147 Gambar  11.  menunjukkan  bahwa  subjek  3  GN  memperoleh
hasil  observasi  pembelajaran  konsep  pecahan  yang  lebih  baik  di  setiap pertemuan.  Hal  ini  menunjukkan  perubahan  yang  semakin  baik  pada
kemampuan pemahaman konsep pecahan serta keaktifan dan partisipasi dalam mengikuti pembelajaran konsep pecahan.
4.  Deskripsi Data Kemampuan Akhir Pemahaman Konsep Pecahan pada Siswa Tunanetra Kelas III berdasarkan Post-Test
Data  kemampuan  akhir  diperoleh  dari  hasil  tes  kemampuan pemahaman konsep pecahan pada saat post-test. Post-test dilaksanakan pada
minggu  keempat  penelitian.  Pelaksanaan  post-test  dilakukan  oleh  peneliti dengan  cara  memberikan  soal  pemahaman  konsep  pecahan  kepada  siswa
tunanetra kelas III. Tes yang diberikan berupa tes objektif sebanyak 10 buah soal  isian  dengan  jangka  waktu  pengerjaan  sekitar  2x35  menit.  Tes  yang
diberikan  meliputi  3  buah  soal  nilai  pecahan,  3  buah  soal  perbandingan pecahan  berpenyebut  sama,  serta  4  buah  soal  operasi  hitung  penjumlahan
dan  pengurangan  sederhana  pecahan  berpenyebut  sama.  Adapun  data kemampuan akhir konsep pecahan pada siswa kelas III sebagai berikut:
Tabel 15. Kemampuan Akhir Konsep Pecahan pada Siswa Tunanetra Kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta
No. Subjek
Total Skor Soal
Total Skor yang Diperoleh
Persentase Pencapaian
1. FR
50 44
88 2.
DW 50
43 86
3. GN
50 39
78
Total Skor Kelas 126
252 Rata-Rata Kelas
42 84
148 Tabel 15. menunjukkan bahwa kemampuan akhir konsep pecahan
pada siswa tunanetra kelas III yang dilaksanakan melalui post-test yaitu FR memperoleh  skor  sebesar  44  dengan  peresentase  pencapaian  88,  DW
memperoleh  skor  sebesar  43  dengan  persentase  pencapaian  sebesar  86, dan GN memperoleh skor sebesar 39 dengan persentase pencapaian sebesar
78.  Skor rata-rata kemampuan awal konsep pecahan pada siswa tunanetra kelas III yaitu 42 dengan persentase pencapaian sebesar 84. Berdasarkan
data kemampuan awal tersebut, ketiga orang siswa tunanetra kelas III telah mencapai  persentase  pencapaian  KKM  sebesar  70  serta  menunjukkan
rata-rata  kelas  yang  juga  telah  mencapai  persentase  pencapaian  KKM sebesar 70. Adapun deskripsi kemampuan akhir konsep pecahan masing-
masing  siswa  tunanetra  kelas  III  yang  diperoleh  melalui  post-test  yaitu sebagai berikut:
a.  Subjek 1 FR Hasil  tes  kemampuan  akhir  konsep  pecahan  siswa  tunanetra
meliputi  soal  nilai  pecahan,  perbandingan  pecahan  berpenyebut  sama, serta operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan berpenyebut
sama.  Pada  soal  nilai  pecahan,  subjek  telah  menguasai  materi sepenuhnya. Subjek mampu menjawab ketiga soal dengan benar. Subjek
mampu membedakan posisi pembilang dan penyebut dengan tepat serta mampu  menentukan nilai pembilang dan penyebut dengan tepat. Subjek
juga mengerjakan tes tanpa bantuan atau bertanya kepada peneliti.
149 Pada  soal  perbandingan  pecahan  berpenyebut  sama,  subjek
belum menguasai materi sepenuhnya. Subjek mampu menjawab dua dari tiga  soal  dengan  benar.  Subjek  masih  mengalami  kesulitan  dalam
membandingkan dua pecahan berpenyebut sama dan memberikan tanda perbandingan  yang  tepat.  Kesalahan  pengerjaan  yang  dialami  subjek
yaitu membandingkan pecahan dengan tanda perbandingan lebih kecil. Pada  soal  operasi  hitung  penjumlahan  dan  pengurangan
sederhana  pecahan  berpenyebut  sama,  subjek  telah  menguasai  materi sepenuhnya.  Subjek  mampu  menjawab  keempat  soal  dengan  benar.
Subjek  mampu  menjumlahkan  atau  mengurangkan  dua  pembilang dengan  benar  tanpa  mengoperasikan  kedua  penyebut  pecahan  tersebut.
Kesalahan pengerjaan yang dialami oleh subjek yaitu kurang teliti dalam menulis tanda angka Braille.
Pada saat mengerjakan tes kemampuan akhir, subjek lebih teliti dan tekun dibandingkan pada tes kemampuan awal. Subjek beberapa kali
bertanya kepada peneliti mengenai penggunaan tanda perbandingan yang tepat serta memastikan kejelasan soal. Skor yang diperoleh subjek pada
tes  kemampuan  akhir  yaitu  44  dengan  pencapaian  persentase  88  dan termasuk kategori baik sekali. Terlampir halaman 192
b.  Subjek 2 DW Hasil  tes  kemampuan  akhir  konsep  pecahan  siswa  tunanetra
meliputi  soal  nilai  pecahan,  perbandingan  pecahan  berpenyebut  sama, serta  operasi  hitung  penjumlahan  dan  pengurangan  sederhana  pecahan
150 berpenyebut  sama.  Pada  soal  nilai  pecahan,  subjek  telah  menguasai
materi sepenuhnya dan  mampu menjawab 3 soal dengan benar. Subjek mampu membedakan posisi pembilang dan penyebut dengan tepat serta
mampu menentukan nilai pembilang dan penyebut dengan tepat. Subjek juga mengerjakan tes tanpa bantuan atau bertanya kepada peneliti.
Pada  soal  perbandingan  pecahan  berpenyebut  sama,  subjek belum menguasai materi sepenuhnya. Subjek mampu menjawab dua dari
tiga  soal  dengan  benar.  Subjek  masih  mengalami  kesulitan  dalam membandingkan dua pecahan berpenyebut sama dan memberikan tanda
perbandingan  yang  tepat.  Subjek  telah  mampu  membandingkan  dua pecahan  berpenyebut  sama  dan  menentukan  tanda  perbandingan  sama
dengan dan lebih kecil dengan benar. Kesalahan pengerjaan yang dialami subjek yaitu belum mampu menentukan tanda perbandingan lebih besar
dengan tepat. Subjek juga tidak teliti dalam menulis tanda Braille. Pada  soal  operasi  hitung  penjumlahan  dan  pengurangan
sederhana  pecahan  berpenyebut  sama,  subjek  juga  belum  menguasai materi  sepenuhnya.  Subjek  mampu  menjawab  tiga  dari  empat  soal
dengan  benar.  Subjek  mengalami  kesulitan  dalam  mengoperasikan  dua pecahan  berpenyebut  sama  terutama  pengurangan  sederhana  pecahan
berpenyebut sama. Kesalahan pengerjaan yang dialami oleh subjek yaitu kekeliruan dan kurang teliti dalam mengurangkan nilai pembilang.
Subjek mengerjakan soal dengan tenang dan tidak mengganggu temannya.  Pada  tes  kemampuan  akhir,  subjek  tidak  bertanya  kepada
151 peneliti  dan  mengerjakan  soal  secara  mandiri.  Skor  yang  diperoleh
subjek pada tes kemampuan akhir yaitu 43 dengan pencapaian persentase 86 dan termasuk kategori baik sekali. Terlampir halaman 193
c.  Subjek 3 GN Hasil  tes  kemampuan  akhir  konsep  pecahan  siswa  tunanetra
meliputi  soal  nilai  pecahan,  perbandingan  pecahan  berpenyebut  sama, serta  operasi  hitung  penjumlahan  dan  pengurangan  sederhana  pecahan
berpenyebut  sama.  Pada  soal  nilai  pecahan,  subjek  belum  menguasai materi sepenuhnya. Subjek mampu menjawab dua dari tiga soal dengan
benar.  Subjek  mengalami  kesulitan  dalam  menentukan  nilai  pembilang dan  penyebut.  Kesalahan  pengerjaan  yang  dialami  subjek  berupa
membalik nilai pembilang dan penyebut serta kurang teliti dalam menulis tanda Braille.
Pada  soal  perbandingan  pecahan  berpenyebut  sama,  subjek belum menguasai materi sepenuhnya. Subjek mampu menjawab dua dari
tiga  soal  dengan  benar.  Subjek  mengalami  kesulitan  dalam membandingkan dua pecahan berpenyebut sama dan memberikan tanda
perbandingan yang tepat. Subjek telah mampu membandingkan pecahan berpenyebut sama dan  menentukan tanda  perbandingan lebih besar dan
lebih  kecil  dengan  benar.  Kesalahan  pengerjaan  yang  dialami  subjek yaitu kekeliruan dalam menyederhanakan nilai pecahan, sehingga keliru
dalam  membandingkan  pecahan  berpenyebut  sama  dan  menentukan tanda perbandingan sama dengan.
152 Pada  soal  operasi  hitung  penjumlahan  dan  pengurangan
sederhana  pecahan  berpenyebut  sama,  subjek  juga  belum  menguasai materi  sepenuhnya.  Subjek  mampu  menjawab  tiga  dari  empat  soal
dengan benar. Subjek masih mengalami kesulitan dalam mengoperasikan pengurangan  pecahan  berpenyebut  sama.  Kesalahan  pengerjaan  yang
dialami oleh subjek yaitu kurang teliti dalam melihat tanda operasi hitung pengurangan, sehingga keliru dalam mengoperasikan nilai pembilang.
Pada  saat  mengerjakan  tes  kemampuan  akhir,  subjek menunjukkan  beberapa  perilaku  seperti:  bertanya  dan  kurang  tenang.
Subjek beberapa kali bertanya kepada peneliti  atau temannya mengenai kejelasan soal dan cara pengerjaan. Skor yang diperoleh subjek pada tes
kemampuan  akhir  yaitu  39  dengan  pencapaian  persentase  78  dan termasuk kategori baik sekali. Terlampir halaman 194
Berikut  gambaran  hasil  kemampuan  akhir  konsep  pecahan  pada siswa tunanetra kelas III:
Gambar 12. Kemampuan Akhir Konsep Pecahan pada Siswa Tunanetra Kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta
88 86
78
72 74
76 78
80 82
84
86 88
90
Subjek 1 FR Subjek 2 DW
Subjek 3 GN
Kemampuan Akhir Pemahaman Konsep Pecahan
153 Gambar  12.  menunjukkan  bahwa  FR  memperoleh  pencapaian
persentase sebesar 88, DW memperoleh pencapaian persentase sebesar 86,  dan  GN  memperoleh  pencapaian  persentase  sebesar  78.  FR
memperoleh skor terbesar yaitu 88 dan GN memperoleh skor terendah yaitu 78. Berdasarkan hasil kemampuan akhir konsep pecahan tersebut,
masing-masing skor ketiga siswa termasuk ke dalam kategori baik sekali dan telah memenuhi persentase pencapaian KKM sebesar 70.
5.  Perbandingan  Data  Kemampuan  Pemahaman  Konsep  Pecahan  pada Siswa Tunanetra Kelas III berdasarkan Pre-Test dan Post-Test
Data  kemampuan  awal  pemahaman  konsep  pecahan  pre-test diperoleh sebelum perlakuan diberikan. Data kemampuan akhir pemahaman
konsep  pecahan  post-test  diperoleh  sesudah  perlakuan  diberikan. Perbandingan data kemampuan pemahaman konsep pecahan pre-test dengan
post-test dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perubahan kemampuan pemahaman  konsep  pecahan  pada  siswa  tunanetra  kelas  III  sebelum  dan
sesudah  diberikan  perlakuan.  Adapun  perbandingan  data  kemampuan pemahaman konsep pecahan pre-test dan post-test sebagai berikut:
Tabel 16. Perbandingan Data Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Pre-Test dengan Post-Test pada Siswa Tunanetra Kelas III
di SLB-A Yaketunis Yogyakarta
No.  Subjek Pre-test
Post-test Selisih post-test
dan pre-test Arah
Perubahan Skor
Skor Skor
1. FR
26 52
44 88
18 36
+ 2.
DW 27
54 43
86 16
32 +
3. GN
22 44
39 78
17 34
+
Total Skor 75
150  126  252 51
102 Rata-rata
25 50
42 84
17 34
154 Tabel  16.  menunjukkan  bahwa  FR  memperoleh  skor  pre-test
sebesar 26 dengan persentase pencapaian sebesar 52 dan memperoleh skor post-test  sebesar  44  dengan  persentase  pencapaian  sebesar  88.  FR
memperoleh selisih skor lebih baik antara pre-test dengan post-test sebesar 18  dan  selisih  persentase  pencapaian  sebesar  36.  DW  memperoleh  skor
pre-test  sebesar  27  dengan  persentase  pencapaian  sebesar  54  dan memperoleh skor post-test sebesar 43 dengan persentase pencapaian sebesar
86. DW memperoleh selisih skor lebih baik antara pre-test dengan post- test  sebesar  16  dan  selisih  persentase  pencapaian  sebesar  32.  GN
memperoleh skor pre-test sebesar 22 dengan persentase pencapaian sebesar 44  dan  memperoleh  skor  post-test  sebesar  39  dengan  persentase
pencapaian sebesar 78. GN memperoleh selisih skor lebih baik antara pre- test  dengan  post-test  sebesar  17  dan  selisih  persentase  pencapaian  sebesar
34. Terlampir halaman 195 Tabel  16.  menunjukkan  rata-rata  skor  kelas  pada  pre-test  sebesar
25  dengan  persentase  pencapaian  sebesar  50  dan  memperoleh  rata-rata skor kelas pada post-test sebesar 42 dengan persentase pencapaian sebesar
84. Rata-rata skor kelas memperoleh selisih lebih baik pada saat pre-test dengan post-test sebesar 17 dan selisih persentase pencapaian sebesar 34.
Berdasarkan  data  tersebut  maka  dapat  ditegaskan  bahwa  ketiga  subjek mengalami perubahan lebih baik pada skor kemampuan pemahaman konsep
pecahan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Rata-rata skor kelas juga
155 mengalami perubahan lebih baik kemampuan pemahaman konsep pecahan
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Berikut  gambaran  perbandingan  data  kemampuan  pemahaman
konsep pecahan pre-test dengan post-test pada siswa tunanetra kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta:
Gambar 13. Perbandingan Data Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Pre-Test dengan Post-Test pada Siswa Tunanetra Kelas III
di SLB-A Yaketunis Yogyakarta
Gambar  13.  menunjukkan  bahwa  ketiga  subjek  mengalami perubahan  lebih  baik  pada  skor  post-test  dibandingkan  pada  skor  pre-test.
FR memperoleh skor selisih terbesar yaitu 36 dan DW memperoleh skor selisih terendah yaitu 32.
52 54
44 88
86 78
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Subjek 1 FR Subjek 2 DW
Subjek 3 GN
Pre-test Post-test
156
D. Uji Hipotesis Penelitian