76
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuasi eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuasi eksperimen menekankan adanya
hubungan sebab-akibat serta pemberian suatu perlakuan pada kelompok atau kelas tertentu McMillan and Schumacher, 2006: 24. Penelitian kuasi
eksperimen dapat digunakan untuk penelitian yang sulit mendapatkan kelompok kontrol Sugiyono, 2013: 77. Penelitian kuasi eksperimen yang
dilaksanakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan media model “bola pecahan” terhadap kemampuan pemahaman konsep
pecahan pada siswa tunantera kelas III di SLB-A Yaketunis Yogyakarta.
B. Desain Penelitian
1. Jenis Desain Penelitian Desain kuasi eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
one group pre-test post-test design. Menurut Graziano Raulin 2010: 206, one group pre-test post-tes design merupakan desain penelitian kuasi
eksperimen yang dilakukan dengan satu kelompok tanpa menggunakan kelompok pembanding. One group pre-test post-tes design dilakukan
dengan mengukur variabel terikat sebelum diberikan perlakuan, memberikan perlakuan treatment, kemudian dilakukan pengukuran
kembali variabel terikat sesudah diberikan perlakuan sebagai upaya perbandingan.
77 Adapun one group pre-test post-tes design adalah sebagai berikut:
O
1
X O
2
Menurut Graziano and Raulin 2010: 206 Keterangan:
O
1
: Pre-test X : Perlakuan Treatmen
O
2
: Post-test a. Pre-test merupakan suatu kegiatan mengumpulkan informasi yang
dilakukan sebelum perlakuan diberikan. Tujuannya untuk mengetahui kondisi awal dari siswa.
b. Perlakuan Treatmen merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh peneliti yang dapat mengakibatkan adanya perubahan dari variabel
terikat. Perlakuan memberikan hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan terikat. Pelaksanaan perlakuan disesuaikan dengan media yang
akan diuji terkait dengan keefektifan media tersebut bila diterapkan. c. Post-test merupakan kegiatan yang dilaksanakan sesudahperlakuan
diberikan kepada siswa. Post-test bertujuan untuk mengetahui hasil atau perubahan sebagai akibat pemberian perlakuan. Post-test berfungsi
sebagai pembanding selisih antara kondisi sebelum dan kondisi sesudah perlakuan diberikan.
2. Penerapan Desain Adapun penerapan one group pre-test post-tes design pada
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
78 a. Pre-test
Pelaksanaan pre-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa tunanetra dalam pemahaman konsep pecahan sebelum
diberikan perlakuan. Pre-test dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan dengan jangka waktu sekitar 2x35 menit. Pre-test dilaksanakan pada
minggu pertama pelaksanaan penelitian sebelum media model “bola pecahan” digunakan pada pembelajaran konsep pecahan di kelas III SLB-
A Yaketunis Yogyakarta. Jarak waktu pelaksanaan pre-test dari perlakuan selama satu minggu.
Pre-test dilaksanakan melalui tes hasil belajar konsep pecahan. Tes yang dilaksanakan yaitu pengerjaan soal objektif yang berjumlah 10
buah soal. Soal objektif berupa soal isian materi pecahan dengan menggunakan tulisan Braille.
b. Perlakuan Treatment Perlakuan dilaksanakan pada saat pembelajaran matematika
mengenai konsep pecahan dengan menggunakan media model “bola pecahan”. Perlakuan dilakukan oleh peneliti dan berkoordinasi dengan
guru kelas III. Hal ini atas pertimbangan bahwa peneliti pernah mengajar di kelas III, siswa telah mengenal peneliti, serta kesepakatan antara guru
kelas dan peneliti. Perlakuan dilaksanakan pada minggu kedua dan minggu ketiga. Perlakuan diberikan selama empat kali pertemuan dengan
jangka waktu sekitar 2x35 menit per perlakuan. Hal ini atas kesepakatan dengan guru kelas dan pertimbangan kesesuaian banyaknya materi ajar
79 yang akan disampaikan dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan,
sehingga pemberian perlakuan dalam waktu yang lama akan mengganggu pelaksanaan pembelajaran materi selanjutnya.
Pelaksanaan perlakuan berpedoman pada tiga buah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dengan rincian pelaksanaan perlakuan
pertama dan kedua tergabung dalam satu RPP dan perlakuan ketiga serta keempat masing-masing terdiri dari satu RPP. Adapun langkah-langkah
perlakuan yaitu sebagai berikut: 1 Kegiatan awal
Peneliti sebagai guru menyiapkan materi konsep pecahan serta membawa media model “bola pecahan”. Guru juga
mengkondisikan kelas dengan cara meminta siswa duduk tenang dan rapi serta meminta siswa memimpin doa sebelum pembelajaran
dimulai. 2 Kegiatan inti
Kegiatan yang dilaksanakan pada langkah ini meliputi: a Guru menjelaskan materi konsep pecahan melalui media model
“bola pecahan” serta sifat dan fungsi media dengan cara bimbingan taktual dan verbal.
b Siswa diminta meraba masing-masing media model “bola pecahan” dengan nilai pecahan 1,
ଵ ଶ
ǡ
ଵ ଷ
ǡ
ଵ ସ
ǡ
ଵ ହ
ǡ dan
ଵ
secara bergantian dengan bimbingan guru secara taktual dan verbal. Siswa diminta meraba
“bola pecahan” secara utuh, kemudian membaca nilai pecahan
80 dengan tulisan Braille yang tercantum pada permukaan “bola
pecahan”, serta membelah “bola pecahan” sehingga menjadi irisan- irisan “bola pecahan”.
c Siswa diminta mengidentifikasi dan menyebutkan bagian-bagian pecahan dengan cara membedakan posisi penulisan pembilang dan
penyebut serta memaknainya dengan menggunakan irisan “bola pecahan”. Posisi penulisan pembilang terletak setelah tanda angka
dalam Braille dan posisi penulisan penyebut terletak setelah
tanda per atau garis miring dalam Braille . Guru menunjukan
salah satu irisan “bola pecahan” kemudian secara bergiliran siswa diminta mengidentifikasi pembilang dan penyebut pecahan
tersebut. Siswa lainnya memperhatikan dan memberikan tanggapan terhadap jawaban temannya.
d Siswa diminta berlatih membaca, membilang, dan menulis nilai pecahan dengan bimbingan guru secara taktual dan verbal. Guru
menunjukan salah satu irisan “bola pecahan”, kemudian secara bergiliran siswa diminta membaca, membilang, dan menulis nilai
pecahan tersebut. Siswa lainnya memperhatikan dan memberikan tanggapan terhadap jawaban temannya.
e Siswa diminta menentukan pecahan senilai dengan bimbingan guru. Siswa mengalikan suatu pecahan dengan pecahan yang
memiliki pembilang dan penyebut sama. Siswa kemudian
81 membuktikan dengan menggunakan irisan “bola pecahan” pada
masing-masing pecahan secara bergantian. f Siswa diminta meraba dua buah irisan “bola pecahan” yang
memiliki penyebut sama secara bergiliran dengan bimbingan guru. Siswa melakukan perbandingan nilai pecahan dengan cara
membandingkan besar nilai kedua pembilang serta menggunakan dua buah irisan “bola pecahan”, kemudian siswa diminta
menentukan tanda perbandingan yang tepat. Tanda perbandingan lebih besar
3c
digunakan apabila suatu pecahan memiliki pembilang lebih besar dari pembilang pecahan lainnya. Tanda
perbandingan lebih kecil
3-
digunakan apabila suatu pecahan memiliki pembilang lebih kecil dari pembilang pecahan lainnya.
Tanda perbandingan sama dengan
33
digunakan apabila kedua pecahan memiliki pembilang atau nilai pecahan yang sama besar.
Siswa lainnya memperhatikan dan memberikan tanggapan terhadap jawaban temannya.
g Siswa melakukan operasi hitung penjumlahan dan pengurangan sederhana pecahan berpenyebut sama dengan cara menjumlahkan
atau mengurangkan nilai pembilang yang memiliki penyebut sama. Siswa dapat menggunakan media model “bola pecahan” dengan
cara menjumlahkan atau mengurangkan irisan “bola pecahan” sesuai dengan nilai pecahan secara bergiliran. Siswa lainnya
82 memperhatikan dan memberikan tanggapan terhadap jawaban
temannya. h Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai materi konsep
pecahan melalui media model “bola pecahan”. 3 Kegiatan penutup
Siswa dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan materi pelajaran konsep pecahan. Siswa diminta menyebutkan dan
menjelaskan bagian-bagian pecahan, membaca pecahan, membilang pecahan, menulis pecahan, menentukan pecahan senilai,
membandingkan pecahan berpenyebut sama, serta penjumlahan dan pengurangan sederhana pecahan berpenyebut sama sesuai dengan
pemahamannya secara bergantian. Guru memberi tambahan pada jawaban siswa yang kurang tepat, mengulas kembali kesulitan yang
dihadapi oleh siswa, memberikan tugas, dan menjelaskan cara menyimpan media model “bola pecahan”, dan meminta salah satu
siswa untuk memimpin doa setelah selesai pembelajaran. c Post-test sesudah perlakuan
Post-test dilaksanakan pada minggu keempat pelaksanaan penelitian sesudah perlakuan selesai diberikan kepada siswa tunanetra
kelas III. Post-test bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa tunanetra dalam pemahaman konsep pecahan sesudah diberikan
perlakuan berupa pembelajaran konsep pecahan dengan menggunakan
83 media model “bola pecahan”. Post-test dilaksanakan sebanyak satu kali
pertemuan dengan jangka waktu sekitar 2x35 menit. Post-test dilaksanakan dengan teknik tes hasil belajar konsep
pecahan. Tes dilaksanakan secara individual dengan cara tertulis. Tes hasil belajar konsep pecahan terdiri dari tes objektif sebanyak 10 buah
soal isian. Soal diberikan dengan menggunakan tulisan Braille.
C. Waktu dan Tempat Penelitian