elastisitas sebesar 0,33. Jika kontribusi sektor manufaktur meningkat 1 persen, maka disparitas akan menurun sebesar 0,33 persen, ceteris paribusTabel 37.
6.7. Perbandingan Disparitas antar Provinsi di Beberapa Koridor di
Indonesia
Estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat disparitas wilayah antar provinsi dibeberapa koridor ekonomi di Indonesia, ternyata bervariasi dipengaruhi
oleh variabel yang tidak sama. Keadaan ini terjadi, baik disparitas antar provinsi di Indonesia maupun di koridor lainnya. Keadaan ini juga bervariasi dari
pendekatan variabel dependen koefisien variasi berdasarkan PDRB per kapita maupuan berdasarkan pengeluaran rumah tangga. Berdasarkan Tabel 38 terlihat
bahwa tingkat disparitas antar provinsi di Indonesia dengan pendekatan koefisien variasi Williamson berdasarkan PDRB per kapita dipengaruhi oleh variabel share
tenaga kerja berpendidikan SMA keatas secara negatif, dan infrastruktur telepon secara negatif.
Tingkat disparitas antar provinsi di koridor ekonomi Sumatera hanya dipengaruhi oleh variabel infarastruktur telepon secara negatif. Koridor Jawa
dipengaruhi oleh share manufaktur dan infrastruktur jalan secara positif. Koridor Kalimantan dipengaruhi infrastruktur listrik secara positif. Koridor Sulawesi
dipengaruhi oleh share tenaga kerja berpendidikan SMA keatas secara negatif. Gabungan koridor Bali-Nusa Tenggara dan Papua-Kep. Maluku hanya
dipengaruhi oleh variabel pengeluaran rutin pemerintah secara negatif.
Tabel 38
Perbandingan Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Disparitas Wilayah antar Provinsi di Beberapa Koridor di
Indonesia Pendekatan PDRB per Kapita, 2006-2010
Coeff Prob
Coeff Prob
Coeff Prob
Coeff Prob
Coeff Prob
Coeff Prob
ln govexp 0,029
0,941 -0,060
0,755 0,337
0,082 0,142
0,605 0,006
0,960 -0,5585
0,045
ln agri 0,108
0,207 -0,034
0,927 0,087
0,271 0,327
0,301 -0,133
0,338 ln manu
-0,1097 0,338
-0,182 0,464
0,758 0,002
-0,161 0,731
ln edu
-0,3094 0,007
-0,361 0,153
-0,004 0,982
-0,864 0,021
-0,259 0,322
ln electric 0,043
0,601 0,140
0,459 0,710
0,043 0,107
0,762 ln water
-0,0953 0,492
0,106 0,670
-0,545 0,176
-0,079 0,831
ln phone -0,2379
0,000 -0,322
0,004 -0,224
0,208 -0,442
0,122 -0,215
0,120 ln road
0,002 0,764
-0,139 0,456
0,698 0,000
-0,056 0,909
-0,044 0,422
0,306 0,139
cons 0,426
0,494 0,988
0,653 -3,0379
0,245 -4,630
0,100 2,232
0,113 3,713
0,105 R-squared
F-statistic Prob F-statistic
Hausman
1 2
3 4
6 5
0,349 49,180
0,000 0,389
2,550 0,028
0,331 2,280
0,080 0,740
62,480 0,000
0,310 5,830
0,442
0,000 FE
Variable
0,468RE 0,001 FE
0,437 RE 0,614 RE
0,709 RE
0,492 22,270
0,001
Catatan: 1 = Indonesia, 2 = Koridor Sumatera, 3 = Koridor Jawa, 4 = Koridor
Kalimantan, 5 = Koridor Sulawesi, 6 = Koridor Bali-Nusa Tenggara dan Papua-Kep. Maluku; signifikan pada
α 5; signifikan pada α 10
Jika dilihat dari share tenaga kerja berpendidikan SMA keatas di koridor Jawa lebih tinggi dibandingkan koridor Sulawesi, namun variabel tersebut tidak
berpengaruh terhadap penurunan disparitas secara signifikan pada tingkat 5 persen di koridor Jawa. Pada koridor Sulawesi justru variabel tersebut berpengaruh
terhadap penurunan disparitas pendapatan dengan pendekatan PDRB per kapita. Penelitian serupa mengenai disparitas wilayah juga pernah dilakukan di
Canada oleh Desjardins 2011 yang menganalisis faktor-faktor penyebab disparitas wilayah di Kanada yang dibagi menjadi beberapa wilayah yaitu mayor
metro, metro menengah, metro kecil, dan bukan metro atau pedesaan. Penelitian tersebut juga membandingkan antar provinsi di Kanada dengan menggunakan
variable independen tingkat pengangguran, pertumbuhan penduduk, rata-rata penghasilan tenaga kerja, serta tingkat pendidikan yang ditamatkan. Hasil
penelitiannya menyebutkan bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan adalah tingkat pengangguran dan pertumbuhan penduduk wilayah, namun R-
square yang dihasilkan juga kecil yaitu 0,249 dan 0,235. Menurut Gujarati 2003, dalam penelitian dengan menggunakan data panel, nilai R-square yang kecil tidak
dipermasalahkan dengan kata lain masih diperbolehkan dalam suatu penelitian.
Tabel 39
Perbandingan Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Disparitas Wilayah antar Provinsi di Beberapa Koridor di
Indonesia Pendekatan Pengeluaran Rumah Tangga, 2006-2010
Coeff Prob
Coeff Prob
Coeff Prob
Coeff Prob
Coeff Prob
Coeff Prob
ln govexp -0,1368
0,300 -0,310
0,305 0,049
0,847 0,128
0,589 -0,278
0,273 -0,333 0,029
ln agri -0,0879
0,746 0,944
0,113 0,024
0,820 0,311
0,258 ln manu
0,449 0,0760
0,380 0,332
0,558 0,076
0,118 0,839 -0,231
0,081
ln edu 0,854
0,698 -0,188
0,627 -0,0282 0,911
0,155 0,598
ln electric -0,2038
0,347 0,410
0,168 0,706
0,036 0,014
0,968 ln water
-0,7313 0,0090
-0,246 0,525
-0,601 0,256 -0,099
0,754 ln phone
-0,3604 0,0000
-0,695 0,000
-0,049 0,833
0,447 0,101
-0,532 0,029
-0,191 0,340
ln road 0,029
0,670 -0,015
0,959 0,595
0,02 0,016
0,849 cons
1,658 0,436
-2,601 0,448
-2,037 0,554 -5,444
0,014 0,493
0,835 -0,012
0,993 R-squared
F-statistic Prob F-statistic
Hausman 4,640
0,000 0,484 RE
6,260 0,282
18,670 0,002
4,390 0,001
0,429 RE 0,435 RE
0,979 RE 26,890
0,000 0,010 FE
0,007 FE 4
5
0,191 5,910
0,206 6
Variable
0,230 0,550
0,392 0,309
0,523 1
2 3
Catatan: 1 = Indonesia, 2 = Koridor Sumatera, 3 = Koridor Jawa, 4 = Koridor Kalimantan, 5 = Koridor Sulawesi, 6 = Koridor Bali-Nusa Tenggara dan
Papua-Kep. Maluku; signifikan pada α 5; signifikan pada α 10
Tingkat disparitas antar provinsi di Indonesia dengan pendekatan koefisien variasi Williamson berdasarkan pengeluaran rumah tangga per kapita dipengaruhi
oleh variabel infrastruktur air bersih secara negatif, dan infrastruktur telepon secara negatif. Tingkat disparitas antar provinsi di koridor ekonomi Sumatera
hanya dipengaruhi oleh variabel infarastruktur telepon secara negatif, koridor Jawa dipengaruhi oleh infrastruktur jalan secara positif, koridor Kalimantan
dipengaruhi infrastruktur listrik secara positif, koridor Sulawesi dipengaruhi oleh infrastruktur telepon secara negatif, dan gabungan koridor Bali-Nusa Tenggara
dan Papua-Kep. Maluku hanya dipengaruhi oleh variabel pengeluaran rutin pemerintah secara negatif Tabel 39.
Koridor ekonomi Jawa PDRB tinggi, tetapi kemiskinannya juga tinggi. Hal ini disebabkan Jawa merupakan wilayah yang dekat dengan pusat pemerintahan
dan pusat perekonomian dimana pelayanan infrastrukturnya lebih baik. Keadaan ini sebagai faktor pendorong bagi wilayah lain untuk bermigrasi ke Jawa,
sehingga terjadi arus urbanisasi. Dalam bermigrasi, mereka tidak dipersiapkan dalam hal pendidikan atau keahlian dalam mencari lapangan pekerjaan di Jawa.
Keadaan ini berakibat ke pekerjaan di sektor informal, bahkan banyak terjadi tidak mendapatkan pekerjaan. Akibatnya banyak penduduk yang tinggal di
wilayah kumuh, bantaran sungai, dan lainnya. Berakibat pula angka kemiskinan yang tinggi di Jawa.
6.8. Pengembangan Potensi Wilayah Koridor Ekonomi Dalam MP3EI