2.7. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan, tujuan dan alur kerangka pemikiran di atas maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Diduga, ketimpangan antar wilayah koridor ekonomi dan di dalam koridor ekonomi terjadi di Indonesia.
2. Diduga, ketimpangan yang terjadi di koridor Jawa lebih tinggi dibanding lima koridor ekonomi lainnya Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali-
Nusa Tenggara, dan Papua-Kep. Maluku. 3. Diduga, konvergensi yang dihitung dari pendekatan PDRB per kapita
maupun pengeluaran rumahtangga terjadi dalam koridor ekonomi di Indonesia.
4. Diduga, penyediaan infrastruktur listrik, air bersih, telepon, dan jalan diharapkan akan mengurangi disparitas antar wilayah koridor ekonomi di
Indonesia. 5. Diduga, tingkat pendidikan tenaga kerja yang mendorong peningkatan
produktivitas ekonomi diharapkan juga dapat mengurangi ketimpangan wilayah.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder tahun 2006 – 2010, yang terdiri dari:
1. PDRB kabupatenkota atas dasar harga konstan 2000. 2. Pengeluaran rumah tangga yang diagregasi dari data KOR Susenas
untuk wilayah kabupatenkota dan telah dideflasi dengan menggunakan tahun dasar 2000, yang diperoleh dari deflator PDRB.
3. Investasi kabupatenkota, yang merupakan penggabungan dua variabel: i. Investasi pemerintah berupa belanja barang modal pemerintah
kabupatenkota ii. Investasi perumahan yang dilakukan oleh rumah tangga, yang
diperoleh dari data KOR Susenas untuk wilayah kabupatenkota. 4. Jumlah tenaga kerja kabupatenkota.
5. PDRB perkapita kabupatenkota dan provinsi atas dasar harga konstan 2000, yang dihitung dengan membagi nilai PDRB dengan jumlah
penduduk. 6. Pengeluaran rumah tangga perkapita kabupatenkota dan provinsi, yang
dihitung dengan cara membagi pengeluaran rumah tangga dengan jumlah penduduk.
7. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB total kabupatenkota sebagai variabel instrumen untuk analisis konvergensi dan data
kontribusi sector pertanian terhadap PDRB total pada level provinsi untuk analisis disparitas.
8. Kontribusi sektor manufaktur terhadap PDRB total kabupatenkota sebagai variabel instrumen untuk analisis konvergensi, dan data
kontribusi sektor manufaktur terhadap PDRB total pada level provinsi untuk analisis disparitas.
9. Tingkat pendidikan tenaga kerja kabupatenkota, yang diproksi dengan share tenaga kerja yang berpendidikan SMA ke atas terhadap jumlah
tenaga kerja. Alasan penggunaan variabel ini digunakan sebagai