s
poor
s
rich
dan k
poor
k
rich
, seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pada kondisi awal k0
poor
k0
rich
. Secara empiris, dapat dijelaskan bahwa negara-negara yang mempunyai tingkat pendapatan per kapita yang tinggi cenderung memiliki tingkat
tabungan yang lebih tinggi. Jika mereka mempunyai tingkat tabungan yang sama, maka jarak antara s
i
. fkk dengan garis n+ δ akan lebih tinggi untuk daerah yang
miskin berlaku
rich poor
k k
k k
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛
. .
. Sebaliknya, apabila daerah kaya memiliki tingkat tabungan yang lebih tinggi, perekonomian di daerah tersebut akan
tumbuh lebih cepat daripada daerah miskin. Oleh karena itu, model yang digunakan untuk memprediksi konvergensi bersyarat menunjukkan bahwa daerah
dengan pendapatan per kapita awal yang lebih rendah akan menghasilkan tingkat pertumbuhan per kapita yang lebih tinggi, tetapi dengan mengontrol faktor-faktor
yang mempengaruhi kondisi steady state Quah, 1995.
n+ δ
s
rich
.fkk s
Sumber: Barro and Salaa-i-Martin 2004 Gambar 12 Konvergensi BersyaratKondisional Conditional Convergence
2.3. Disparitas Wilayah
Capello 2007 menyebutkan bahwa analisis pembangunan wilayah mensyaratkan dua hal, yaitu pertumbuhan absolut yang menunjukkan kemampuan
sumber daya yang potensial di wilayah tersebut dan pertumbuhan relatif antar wilayah yang dapat digunakan untuk menginterpretasikan ketimpangan regional
dan kemungkinan dari konvergensi pada tingkat pertumbuhannya atau pendapatan k0
poor
k
poor
k0
rich
k
rich poor
.fkk
rata-ratanya. Disparitas pembangunan ekonomi regional merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada
dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Akibat
dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan ekonomi juga menjadi berbeda. Demikian pula pergeseran
komposisi sektor-sektor pembangunan karena aktivitas ekonomi. Tidak mengherankan bila di setiap wilayah biasanya terdapat wilayah maju dan wilayah
terbelakang akibat transformasi dengan kecepatan yang berbeda. Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini membawa implikasi terhadap
tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Karena itu, aspek ketimpangan pembangunan antar wilayah ini juga mempunyai implikasi pula terhadap
formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Menurut Sjafrizal 2008 upaya pemerintah, baik pusat maupun daerah,
yang dapat dilakukan dalam rangka penanggulangan ketimpangan pembangunan antar daerah dalam suatu negarawilayah yaitu: i penyebaran pembangunan
prasarana perhubungan; ii mendorong transmigrasi dan migrasi spontan; iii pengembangan pusat pertumbuhan, dan iv pelaksanaan otonomi daerah.
Teori pertumbuhan neo-klasik memprediksi hubungan antara tingkat pembangunan ekonomi nasional dan ketimpangan pembangunan antar wilayah.
Hipotesis ini kemudian dikenal sebagai hipotesis neo-klasik. Dalam hipotesis neo- klasik ketimpangan pembangunan pada permulaan proses cenderung meningkat.
Proses ini akan terjadi sampai ketimpangan tersebut mencapai titik puncak. Setelah itu, bila proses pembangunan terus berlanjut, maka secara berangsur-
angsur ketimpangan pembangunan antar wilayah tersebut akan menurun. Dengan kata lain ketimpangan pada negara berkembang relatif lebih tinggi, sedangkan
pada negara maju ketimpangan tersebut relatif lebih rendah. Capello 2007 menunjukkan ketimpangan pembangunan sebagai kurva kuznets berbentuk U
terbalik, seperti pada Gambar 13. Ketimpangan di negara berkembang relatif lebih tinggi karena pada waktu
proses pembangunan baru dimulai, kesempatan dan peluang pembangunan yang ada umumnya dimanfaatkan oleh wilayah-wilayah yang kondisi
pembangunannya sudah lebih baik, sedangkan wilayah yang masih terbelakang tidak mampu memanfaatkan peluang ini karena keterbatasan prasarana dan
sarana serta rendahnya kualitas sumber daya manusia. Oleh sebab itu, pertumbuhan ekonomi cenderung lebih cepat di wilayah dengan kondisi yang
lebih baik, sedangkan wilayah yang terbelakang tidak banyak mengalami kemajuan.
Di negara yang sudah maju dimana kondisi yang lebih baik dari segi prasarana dan sarana serta kualitas sumber daya manusia, setiap kesempatan
peluang pembangunan dapat dimanfaatkan secara lebih merata antar daerah. Oleh sebab itu, proses pembangunan pada negara maju cenderung mengurangi
ketimpangan pembangunan antar wilayah. Perbedaan pendapatan rumah tangga dalam suatu wilayah mencerminkan adanya ketidakmerataan pendapatan.
Perbedaan pendapatan tersebut juga mengakibatkan perbedaan pola konsumsi dan pengeluaran konsumsi suatu rumah tangga, sehingga perbedaan pendapatan dapat
dilihat dari perbedaan pola konsumsi dan pengeluaran rumah tangga. Pendekatan ini digunakan juga dalam penghitungan distribusi pendapatan, yang menunjukkan
porsi pendapatan yang diterima oleh setiap individu atau rumah tangga dalam suatu wilayah.
Koefisien Gini
Kurva Ketimpangan Regional
Sumber: Capello 2007
Pendapatan nasional bruto per kapita
Gambar 13 Kurva Kuznets tentang Hubungan Pendapatan dan Ketimpangan
2.4. Faktor-faktor yag Mempengaruhi Disparitas Pembangunan Wilayah