Konvergensi antar KabupatenKota di Koridor Ekonomi Sumatera

hipotesis nol bahwa variabel instrumen valid ditolak, dengan p-value 0,0013. Hal ini menunjukkan bahwa variabel instrumen yang digunakan tidak valid. Uji konsistensi model dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi AB m1 yang signifikan pada tingkat level 5 persen dan AB m2 yang tidak signifikan pada tingkat level 5 persen, artinya tidak ada korelasi serial atau model konsisten. Hasil penelitian ini sesuai dengan pemikiran Solow yang menunjukkan bahwa perekonomian senantiasa akan konvergen secara otomatis menuju pertumbuhan yang berimbang, yaitu situasi dimana setiap peubah tumbuh pada tingkat yang konstan. Tingkat konvergensi pengeluaran rumah tangga mencapai nilai yang cukup tinggi dibandingkan dengan tingkat konvergensi pendapatan wilayah kabupatenkota di Indonesia. Berbeda dengan hasil penelitian Ralhan dan Dayanandan 2005, yang menghitung konvergensi antar provinsi dengan interval waktu analisis 5 tahunan di Kanada. Konvergensi disposable income justru lebih kecil 2,89 persen dibandingkan dengan konvergensi pendapatan per kapita 6 sampai 6,5 persen. Cukup tingginya konvergensi pada level rumah tangga di Indonesia karena pendekatan ini hanya melihat konvergensi dari pelaku ekonomi rumah tangga. Berbeda dengan konvergensi PDRB per kapita yang melibatkan semua pelaku ekonomi, baik rumah tangga, swasta maupun pemerintah. Aktivitas ekonomi yang dilakukan juga berbeda, tidak hanya konsumsi seperti pada pendekatan pengeluaran rumah tangga. Namun juga investasi, baik yang dilakukan perusahaan swasta maupun pemerintah. Perbandingan tingkat konvergensi ini menunjukkan bahwa tingkat pembangunan wilayah yang sama akan dicapai dalam kurun waktu yang lebih lama dibandingkan dengan daya beli masyarakat.

5.2. Konvergensi antar KabupatenKota di Koridor Ekonomi Sumatera

Perekonomian di Koridor Ekonomi Sumatera dodominasi oleh sektor manufaktur, dengan kontribusi mencapai 40,60 persen pada tahun 2010. Sektor ini mampu menjadi penopang utama perekonomian karena di dukung oleh bahan baku dari sektor pertanian, industri, serta penambangan diantaranya batu bara dan perkebunan kelapa sawit. Koridor Sumatera dalam MP3EI mempunyai visi, yaitu menjadi pusat produksi dan pengolahan hasil bumi, serta menjadi lumbung energi nasional. Secara empiris, proses konvergensi pendapatan wilayah di koridor ekonomi Sumatera disajikan pada Tabel 12. Koefisien y t-1 sebesar 0,6609 dengan metode FD-GMM, menunjukkan bahwa tingkat konvergensi pendapatan wilayah di koridor Sumatera sebesar 41,41 persen. Hasil uji Sargan dengan statsistik sebesar 6,8707 p-value 0,3330, artinya variabel instrumen yang digunakan telah valid secara signifikan pada level 5 persen. Uji konsistensi model dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi AB m1 yang signifikan pada tingkat level 5 persen dan AB m2 yang tidak signifikan pada tingkat level 5 persen, artinya tidak ada korelasi serial atau model konsisten. Tabel 12 Estimasi Konvergensi KabupatenKota Pendekatan PDRB per kapita di Koridor Sumatera dengan Metode Data Panel Dinamis FD-GMM EstimatedCoefficients Standard Error P-value ln pdrb t-1 0,6609 0,0366 0,0000 ln inv 0,0001 0,0001 0,3020 ln labour -0,0036 0,0211 0,8650 Implied λ 41,4118 Wald-Test 329,2200 0,0000 AB m1 -2,4010 0,0164 AB m2 -1,0071 0,3139 Sargan Test 6,8707 0,3330 Catatan: variabel investasi digunakan sebagai instrumen Parameters Estimasi konvergensi kabupatenkota dengan pendekatan pendapatan wilayah di koridor Sumatera berbeda dengan penelitian konvergensi kabupatenkota di Indonesia. Kecepatan pertumbuhan ekonomi di koridor Sumatera menuju ke satu titik tertentu konvergen yang dimungkinkan karena pengaruh sumber daya alam yang mendorong besarnya kontribusi sektor manufaktur terutama industri pengolahan. Tabel 13 Estimasi Konvergensi KabupatenKota Pendekatan Pengeluaran Rumah Tangga di Koridor Sumatera dengan Metode Data Panel Dinamis FD- GMM EstimatedCoefficients Standard Error P-value ln income t-1 0,0971 0,0802 0,2260 ln inv 0,0176 0,0067 0,0090 ln labour 0,4691 0,4146 0,2580 Implied λ 233,2314 Wald-Test 12,7300 0,0053 AB m1 -5,4954 0,0000 AB m2 -0,2359 0,8135 Sargan Test 7,9405 0,2425 Catatan: variabel share sektor manufaktur digunakan sebagai instrumen Parameters Ukuran kesejahteraan masyarakat dengan menggunakan pengeluaran rumah tangga per kapita dapat lebih mencerminkan daya beli penduduk yang tinggal di wilayah tersebut. Hal ini dikarenakan pengukuran pendapatan wilayah dengan menggunakan PDRB per kapita melibatkan penduduk di luar wilayah yang memiliki kegiatan ekonomi di dalam wilayah. Proses konvergensi pengeluaran rumah tangga terjadi di koridor Sumatera, ditandai dengan koefisien y t-1 yang kurang dari 1 pada model yaitu sebesar 0,0971. Tingkat konvergensi yang dihasilkan sebesar 233,23 persen, jauh lebih besar dibandingkan estimasi konvergensi dengan menggunakan PDRB per kapita. Kriteria model data panel dinamis ditentukan oleh validitas dan konsistensi telah memenuhi syarat. Berdasarkan uji Sargan dengan statistic 7,9405 p-value 0,2425, model FD-GMM ini mempunyai variabel instrument yang valid. Uji konsistensi dengan melihat AB m1 dan AB m2 menunjukkan bahwa tidak ada serial correlation dan model konsisten.

5.3. Konvergensi antar KabupatenKota di Koridor Ekonomi Jawa