Kerangka Analisis METODE PENELITIAN

dengan menyatakan penduga bagi matriks kovarian. Pada kondisi hipotesis nol, statistik mengikuti sebaran Chi-square χ 2 dengan derajat bebas k, dimana k merupakan jumlah parameter dalam β. Analisis model pada persamaan 3.80 dilakukan dengan menggunakan data panel dinamis pendekatan First Difference Generalized Method of Moment FD- GMM. Kriteria pemeriksaan model yang dilakukan adalah validitas dan konsistensi model. Uji Sargan untuk overidentifying restriction merupakan suatu pendekatan untuk mendeteksi masalah validitas instrumen. Hipotesis nol menyatakan bahwa tidak ada masalah dengan validitas instrumen instrumen valid, artinya variabel instrumen yang digunakan tidak berkorelasi dengan error pada persamaan FD-GMM. Nilai statistik uji Sargan dihitung sebagai berikut: .............................3.83 Pada kondisi hipotesis nol, nilai statistik tersebut mengikuti sebaran Chi-square , dengan q menyatakan jumlah instrumen dikurangi jumlah parameter yang digunakan dalam model. Uji autokorelasi untuk melihat konsistensi hasil estimasi yang dihasilkan FD-GMM dilakukan dengan statistik Arellano-Bond AB m 1 dan m 2 . Model yang konsisten ditunjukkan dengan p-value m 1 yang signifikan dan p-value m 2 yang tidak signifikan Arellano dalam Verbeek, 2000.

3.5. Kerangka Analisis

Tahap pertama dalam penelitian ini adalah melihat aspek – aspek yang mengindikasikan adanya disparitas pembangunan antar wilayah koridor dan provinsi di Indonesia, baik dari perekonomiannya, sarana dan prasarana infrastruktur sosial ekonomi, pengeluaran pemerintah, dan lainnya. Selain itu juga melihat aspek-aspek adanya konvergensi dari pendapatan di suatu wilayah, yaitu dengan pendekatan PDRB per kapita dan pengeluaran rumahtangga. Kemudian untuk melihat sejauh mana tingkat diparitas antar wilayah koridor ekonomi di Indonesia dengan melalui Koefisien Variasi Williamson dengan menggunakan data PDRB perkapita atas dasar harga konstan 2000 dan pengeluaran rumahtangga perkapita yang berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas BPS. Sementara Indeks Theil digunakan untuk melihat dekomposisi ketimpangan antara wilayah koridor dan dalam wilayah koridor antara provinsi di setiap koridor di Indonesia. Kemudian menganalisis dinamika perkembangan infrastruktur antar koridor ekonomi di Indonesia dengan menggunakan infrastruktur sosial dan ekonomi yaitu panjang jalan, listrik, air bersih, dan telepon. Setelah diketahui tingkat disparitas antar wilayah maka langkah selanjutnya adalah tingkat konvergensi antara koridor ekonomi di Indonesia dengan menggunakan data panel dinamis menggunakan dua model dimana variabel dependennya berbeda yaitu PDRB perkapita dan pengeluaran rumahtangga per kapita dan variabel independennya sama yaitu investasi dan tenaga kerja. Penghitungan tersebut dengan menggunakan program Stata v. 10 Analisis berikutnya dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian yang ketiga yaitu mengetahui faktor yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi disparitas wilayah antara koridor ekonomi di Indonesia digunakan data panel statis. Analisis yang digunakan adalah regresi data panel statis. Tahapan ini juga menggunakan dua model dalam setiap koridor dimana variabel dependennya menggunakan pendekatan PDRB perkapita atas dasar harga konstan 2000 dan pendekatan pengeluaran perkapita. Sementara itu variabel independen yang digunakan adalah pengeluaran rutin pemerintah provinsi, share pertanian dan manufaktur terhadap PDRB harga konstan 2000, share tenaga kerja yang berpendidikan SMA keatas terhadap total tenaga kerja, persentase rumahtangga pengguna listrik, telepon, dan air bersih, panjang jalan yang dengan kondisi baik dan sedang, dan rasio jumlah puskesmas terhadap jumlah penduduk. Kemudian dari beberapa hasil analisis yang diperoleh akan digunakan sebagai bahan masukan perencanaan kebijakan pemerintah dalam mengatasi permasalahan disparitas antara wilayah koridor ekonomi dan provinsi di Indonesia. Kebijakan yang terkait dengan disparitas pembangunan antar wilayah ini, misalnya dengan meningkatkan akses terhadap fasilitas-fasilitas yang menunjang perekonomian dengan pembanghunan infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan wilayah masing-masing juga sarana pendidikan dan kesehatan. Alokasi pengeluaran pemerintah juga perlu dikaji ulang dengan mengutamakan pembangunan investasi jangka panjang yang lebih merata dan dapat dinikmati masyarakat luas, serta kebijakan lainnya. Kerangka pendekatan studi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 16. Perekonomian antar Wilayah Koridor Ekonomi di Indonesia Konvergensi dan Disparitas Wilayah Gambar 16 Diagram Alur Kerangka Analisis - Investasi - Tenaga Kerja Dinamika pembangunan infrastruktur dan tingkat disparitas antar wilayah koridor ekonomi Analisis Deskriptif, CV Williamson, dan Indeks Theil Uji konvergensi wilayah dan membandingkan fenomena tingkat konvergensi antar wilayah koridor ekonomi Regresi Data Panel Dinamis Faktor-faktor penyebab disparitas wilayah antar koridor ekonomi - PDRB tinggi, kemiskinan juga tinggi - Share pertanan turun, tapi share TK pertanian masih tinggi - Dana perimbangan tinggi, tapi ketimpangan masih Perbedaan antar wilayah: 1. SDA faktor endownment 2. Laju pertumbuhan ekonomi 3. Tingkat kesejahteraan dan perkembangan ekonomi 4. Kinerja pembangunan antar prov, kota-desa, jawa-luar jawa, KBI-KTI 5. Investasi PMA+PMDN Konvergensi: - Pendapatan wilayah PDRB - Pengeluran rumahtangga Susenas - Pengeluaran rutin pemerintah - Share pertanian - Share manufaktur - Share TK berpendidikan SMA keatas - Persentase rumahtangga pengguna listrik - Persentase rumahtangga pengguna air bersih - Persentase rumahtangga pengguna telepon - Panjang jalan kondisi baik dan sedang - Rasio puskesmas terhadap ju mlah penduduk Regresi Data Panel Statis Implikasi Kebijakan

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan lebih mencerminkan aspirasi, potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan dengan pembangunan regional. Pelaksanaan pembangunan ekonomi di masing-masing kabupatenkota telah menghasilkan pencapaian yang berbeda-beda. Hal ini berhubungan dengan keunggulan komparatif yang dimiliki masing-masing kabupatenkota serta potensi perekonomiannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa proses pembangunan di Indonesia maupun di wilayah koridor ekonomi lainnya dalam skala apapun telah menghasilkan perbedaan-perbedaan antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Salah satu cara untuk mengetahui perbedaan-perbedaan yang terjadi sebagai implikasi dari proses pembangunan dapat dilakukan dengan pengukuran indeks Theils. Pada hakekatnya, output suatu wilayah dan kesejahteraan masyarakat adalah dua hal yang berbeda, maka patut dipertanyakan apakah ada kaitan antara kekayaan wilayah dan kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Asumsi bahwa tingkat kekayaan daerah yang tinggi juga akan berdampak terhadap tingginya kesejahteraan masyarakat merupakan hasil dari kebijakan pemerataan pembangunan antar daerah yang dijalankan pemerintah. Terutama melalui instrument fiskal, seperti transfer dari pusat, transfer antar daerah dan kebijakan lain, serta pembangunan infrastruktur wilayah. Salah satu alat untuk mengukur pemerataan pembangunan adalah dengan Indeks Theil. Berdasarkan indeks theil tahun 2006-2010, terlihat bahwa tingkat pemerataan aktifitas perekonomian yang tercermin dari nilai PDRB per kapita antar kabupatenkota dalam intra koridor ekonomi masih rendah. Namun perkembangannya menunjukkan kondisi yang lebih baik yaitu berada pada range 0,609 dan 0,587. Perkembangan disparitas pembangunan yang dihitung dengan Indeks Theil menunjukkan penurunan dari tahun 2006 sebesar 0,746 turun menjadi 0,717 pada tahun 2010 Gambar 17. Disparitas antar koridor ekonomi