Analisa Struktur Kebijakan Kajian

BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 27 Konsistensi antara kegiatan pokok STRADA 2008‐2009 dan RAD 2008 versi baru dengan kegiatan pokok STRADA 2007‐2009 dan RAD 2008 versi lama ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Pada tabel tersebut terlihat bahwa banyak kegiatan pokok pada RAD PPDT 2008 yang tidak sepenuhnya sesuai dengan kegiatan pokok STRADA PDT 2007‐2009. Tabel 5.14 Perbandingan RAD Kabupaten Landak 2008 dengan STRADA Kabupaten Landak 2007‐ 2009 Prioritas dalam RAD PPDT 2008 Konsistensi kegiatan RAD PPPDT 2008 dengan STRADA PPDT 2007 ‐2009 Pemberdayaan Masyarakat 70.45 Pengurangan Keterisolasian 97.67 Pengembangan Ekonomi Lokal 73.61 Peningkatan Kapasitas Kelembagaan 88.88 Penanganan Karakteristik Khusus Daerah 100 Termasuk ke dalam Prioritas Sarana dan Prasarana Termasuk ke dalam Prioritas Pengembangan Ekonomi Lokal Termasuk ke dalam Prioritas Pencegahan dan Rehabilitasi Bencana Dengan demikian, meskipun rumusan substansi kebijakan dalam dokumen RAD PPDT 2008 secara konsisten menjawab rumusan permasalahannya, namun rumusan substansi kebijakan tersebut tidak menyasar permasalahan‐permasalahan aktual yang sebenarnya terjadi. Hal ini disebabkan permasalahan tidak dirumuskan secara jelas dan spesifik, namun hanya mengikuti arahan permasalahan secara nasional yang tercantum dalam dokumen STRANAS PPDT. Keserasian perumusan kebijakan dari sisi struktur kebijakan Sementara untuk mengkaji struktur RAD KKDT Kabupaten Landak, berikut ini merupakan analisa struktur kebijakan terhadap sub‐kegiatan “Penanaman dan Pengembangan Komoditi Perkebunan” pada Program Pengembangan Ekonomi Lokal pada RAD PPDT Kabupaten Landak. Kegiatan ini dapat dianggap mewakili kegiatan‐kegiatan lain dalam RAD PPDT karena memiliki pola penyusunan yang sama. Hasil analisa terhadap kegiatan tersebut diperlihatkan pada Tabel 5.5. Tabel

5.15 Analisa Struktur Kebijakan

Level Struktur kebijakan Indikator Target Keterangan Permasalahan Rendahnya kepemilikan, akses, penguasaan, dan kemampuan pengelolaan terhadap sumberdaya produktif untuk pengembangan ekonomi lokal; Tidak ada kondisi awal mengenai permasalahan ini 2007, sehingga sulit diukur kemajuan dalam penanganan masalah dibandingkan dengan impact DampakImpact Arah Kebijakan Memperluas akses masyarakat, dan pelaku usaha di daerah tertinggal terhadap sumberdaya produktif guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelestarian, dan memberikan nilai tambah pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah; Tidak ada Tidak ada Tidak ada indikator dan target dampak yang jelas sehingga akan sulit diukur kemajuan penanganan permasalahan awal. HasilOutcome Program Pengembangan Ekonomi Lokal Tidak ada Tidak ada Tidak ada indikator dan target outcome yang jelas sehingga akan sulit diukur pencapaiannya KeluaranOutput Kegiatan Penanaman dan Pengembangan Komoditi Perkebunan Luasan lahan dinyatakan scr implisit 2650 Ha Indikator tidak dinyatakan secara eksplisit, namun terdapat target luasan hektar lahan yang akan ditanam MasukanInput Anggaran APBNAPBD ProvinsiAPBD KabupatenSwasta Jumlah APBN Rp Juta Jumlah APBD Prov RP Juta 6,000 1.500 Telah tersedia indikator dan target input BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 28 Berdasarkan hasil analisa di atas, sebenarnya terdapat konsistensi yang cukup baik dari mulai perumusan masalah, arah kebijakan, program, kegiatan, dan masukan. Namun demikian, masih terdapat beberapa kelemahan dalam perumusan struktur kebijakan pada kegiatan ini. Dalam tahap perumusan permasalahan, “kepemilikan, akses, penguasaan, dan kemampuan pengelolaan terhadap sumberdaya produktif untuk pengembangan ekonomi lokal” tidak terdeskripsikan secara jelas dalam data‐data yang dapat diukur dan kurang tajam didefiknsikan dalam konteks permasalahan di Kabupaten Landak. Ketiadaan baseline data yang terukur menyebabkan lemahnya justifikasi bagi kebutuhan penambahan luasan lahan komoditas perkebunan bagi masyarakat dan jumlah masukaninput yang dibutuhkan, serta akan menyulitkan pengukuran kemajuan penanganan permasalahan yang ada pada level dampakimpact. Dalam tahap perumusan program, tidak tersedia indikator hasiloutcome beserta target yang akan dicapai. Dalam contoh ini, ketiadaan indikator dan target outcome pada Program Pengembangan Ekonomi Lokal menyebabkan kesulitan pelaksanaan evaluasi terhadap kontribusi kegiatan penanaman dan pengembangan Komoditi Perkebunan seluas 2650 hektar terhadap pencapaian kinerja program pengembangan ekonomi lokal. Sedangkan pada tahap perumusan arah kebijakan, ketiadaan indikator dan target dampak menyebabkan kesulitan pelaksanaan evaluasi terhadap keberhasilan kabnijakan dalam mengatasi permasalahan yang dinyatakan diawal, yaitu “rendahnya kepemilikan, akses, penguasaan, dan kemampuan pengelolaan terhadap sumberdaya produktif untuk pengembangan ekonomi lokal”. KABUPATEN GORONTALO Seperti yang tercantum dalam dokumen RAD PPDT Kabupaten Gorontalo Tahun 2008, permasalahan yang dihadapi oleh Kabupaten Gorontalo dikelompokkan ke dalam empat aspek, yaitu pengembangan ekonomi lokal, pemberdayaan masyarakat, kapasitas kelembagaan dan keterisolasian daerah. Tabel di bawah ini merangkum permasalahan yang ada di Kabupaten Gorontalo, beserta program dan kegiatan yang dirumuskan berdasarkan permasalahan yang ada. Tabel 5.16 Permasalahan dan Kebijakan dalam RAD PPDT Kabupaten Gorontalo Tahun 2008 PERMASALAHAN RAD PPDT TAHUN 2008 PROGRAM KEBIJAKAN Aspek Pengembangan Ekonomi Lokal: 1. Rendahnya kepemilikan, akses, penguasaan, dan kemampuan pengelolaan terhadap sumberdaya produktif untuk pengembangan ekonomi lokal. 2. Rendahnya dukungan infrastruktur ekonomi, sistem fiskal, fasilitasi dan insentif bagi pengembangan industri di daerah tertinggal 3. Tidak adanya satu kesatuan sistem pengembangan wilayah ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang masih berpusat di Jawa dan belum terwujudnya wilayah strategis cepat tumbuh 1. Program pengembangan ekonomi lokal 2. Program pengembangan agribisnis 3. Program peningkatan ketahanan pangan 4. Program pengembangan sumber daya perikanan 5. Program peningkatan promosi dan kerjasama investasi 6. Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri 7. Program pengembangan pemasaran pariwisata 8. Program peningkatan dan pengembangan ekspor 9. Program penataan struktur industri 10. Program pengembangan industri kecil dan menengah 11. Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh 12. Program pengembangan wilayah tertinggal 13. Program pengembangan kota – kota kecil dan menengah a. Penunjang pengembangan BUMDes b. Optimalisasi pengelolaan aset‐aset daerah c. Pengembangan agribisnis peternakan d. Pengembangan optimalisasi lahan berupa bantuan bibit e. Pengembangan ketahanan pangan daerah f. Pengembangan tanaman pada lahan kering g. Pengembangan potensi unggulan daerah h. Peningkatan SDM kepariwisataan i. Fasilitas bagi industri kecil dan menengah terhadap pemanfaatan sumber daya Aspek Pemberdayaan Masyarakat: 1. Rendahnya akses dan fasilitasi kesehatan dan pendidikan yang bermutu di daerah tertinggal 2. Rendahnya kapabilitas dan kapasitas masyarakat dalam mengelola kegiatan 1. Program ketahanan pangan 2. Program upaya kesehatan masyarakat 3. Program upaya kesehatan perorangan 4. Program perbaikan gizi masyarakat 5. Program sumberdaya kesehatan 6. Program promosi kesehatan pemberdayaan a. Perbaikan gizi masyarakat b. Pelatihan bidang kesehatan c. Pengadaan tenaga medis kesehatan d. Peningkatan kompetensi guru e. Diklat guru f. Pemberian beasiswa penyelesaian studi guru BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 29 PERMASALAHAN RAD PPDT TAHUN 2008 PROGRAM KEBIJAKAN ekonomi, akses dan ketersediaan iptek dan sumberdaya alam, dan akses terhadap lapangan kerja di daerah tertinggal, serta lemahnya kepemilikan dan penguasaan atas tanah 3. Rendahnya kualitas kegiatan ekonomi masyarakt di daerah tertinggal yang pada buruknya kondisi dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup dan sumberdaya alam 4. Rendahnya kualitas penanganan fakir miskin, Komunitas Adat Terpencil KAT, rendahnya kualitas pemuda, dan masih rendahnya partisipasi pemuda dalam pembangunan masyarakat 7. Program obat dan perbekalan kesehatan 8. Program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun 9. Program pendidikan menengah 10. Program peningkatan mutu pendidikan dan tenaga pendidikan 11. Program peningkatan kualitas tenaga kerja 12. Program perluasan dan pengembangan kesempatan kerja 13. Program perluasan kesempatan kerja yang dilakukan pemerintah 14. Program pemberdayaan fakir miskin, Komunitas Adat Terpencil KAT, dan penyandang masalah kesejahteraan sosial lainnya 15. Program pengembangan wilayah tertinggal 16. Program peningkatan partisipasi pemuda 17. Program perlindungan konservasi sumberdaya alam 18. Program pengembangan kapasitas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup 19. Program pembinaan usaha pertambangan migas 20. Program pemantapan pemanfaatan potensi sumberdaya hutan 21. Program pengembangan dan pengelolaan sumberdaya kelautan 22. Program peningkatan kualitas dan akses informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup 23. Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dan pegawai g. Pelatihan keterampilan dan produktivitas tenaga kerja h. Pembinaan pelatihan keterampilan kewirausahaan i. Pemberdayaan keluarga KMM j. Pengembangan sarana lab Uji Kualitas Air k. Pendampingan DAK Aspek Peningkatan Kapasitas Kelembagaan: 1. Belum terbentuknya kelembagaan pemerintah daerah yang efektif dan efisien 2. Lemahnya kelembagaan kemasyarakatan serta posisi tawar petanimasyarakat dalam aktivitas ekonomis 1. Program peningkatan kerjasama antar pemerintah daerah 2. Program kapasitas kelembagaan pemerintah daerah 3. Program peningkatan ketahanan pangan 4. Program pengembangan agribisnis 5. Program peningkatan kesejahteraan petani 6. Program pemberdayaan usaha skala mikro 7. Program peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan 8. Program kelembagaan dan ketatalaksanaan a. Pelatihan petani b. Penyuluh pertanianperkebunan c. Peningkatan kemampuan lembaga pertanian d. Peningkatan sistem insentif bagi kelompok Petani Aspek Pengurangan Keterisolasian Daerah: 1. Lemahnya keterkaitan kegiatan ekonomi baik secara sektoral maupan spasial, sehingga banyak wilayah‐wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan, seperti sistem jaringan jalan di masing‐masing pulau di kawasan timur Indonesia yang belum terhubungkan, rendahnya kondisi pelayanan prasarana jalan akibat kerusakan di jalan, belum terpadunya pembangunan prasarana jalan dengan sistem jaringan transportasi jalan, penataan kelas jalan dan terminal, serta pola pelayanan distribusi angkutan jalan, antarkota, perkotaan, dan perdesaan, terbatasnya. 2. Terbatasnya prasarana dan sarana, kualitas dan pemerataan pelayanan sosial dasar. 3. Masih terbatasnya prasarana dan sarana pertanian dan perikanan pada khususnya dan perdesaan pada umumnya di daerah tertinggal. 4. Kurangnya kemampuan penyediaan air, kurang optimalnya tingkat layanan jaringan irigasi, meningkatnya ancaman terhadap keberlanjutan daya dukung sumberdaya air, baik air permukaan maupun air tanah di daerah tertinggal 1. Program terkait peningkatan infrastruktur perdesaan Program peningkatan prasarana dan sarana perdesaan 2. Peningkatan pembangunan jalan dan jembatan 3. Program rehabiltasi pemeliharaan prasarana dan fasilitas LLAJ 4. Program peningkatan kualitas jasa pelayanan sarana dan prasarana ketenagalistrikan 5. Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri 6. Program pengembangan destinasi pariwisata 7. Program pengembangan pemerataan dan peningkatan kualitas sarana dan prasarana pos dan telematika a. Pembangunan saluran drainase dan gorong – gorong b. Pembangunan turaptaludbronjong c. Rehabilitasi pemeliharaan jalan dan jembatan d. Peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan e. Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa jaringan pengairan lainnya f. Pembangunan infrastruktur perdesaan g. Pengembangan perumahan BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 30 PERMASALAHAN RAD PPDT TAHUN 2008 PROGRAM KEBIJAKAN Penanganan Karakteristik Khusus Daerah 1. Masih ada peristiwa pertikaian dan konflik antar golongan dan kelompok, dan tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, termasuk di daerah konflik. Keadaan ini disebabkan belumnya adanya keharmonian antar golongan dan akibat munculnya ketegangan sosial yang sering melahirkan konflik intern dan antar umat beragama 2. Wilayah perbatasan dan terpencil kondisinya masih terbelakang. Wilayah perbatasan termasuk pulau – pulau kecil terluar memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar, serta merupakan wilayah yang sangat strategis bagi pertahanan dan keamanan negara. Namun pembangunan di beberapa perbatasan masih jauh tertinggal dibandingkan dengan pembangunan di wilayah negara tetangga. 3. Masih lemahnya penanganan korban bencana alam dan sosial. Masih Terbatasnya kemampuan sumber daya manusia dan teknologi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya bencana alam.

4. Bencana alam yang berakibat pada kerusakan

prasarana sumber daya air dan meluasnya abrasi pantai, kondisi jaringan jalan nasional beberapa tahun terakhir terus mengalami penurunan, rusaknya prasarana dan sarana angkutan jalan, dan rusaknya prasarana pelabuhan dan fasilitas keselamatan pelayaran akibat bencana alam. 1. Program pengembangan wilayah perbatasan 2. Program pengendalian banjir dan pengamanan pantai 1. Rehabilitasi dan pemeliharaan bantaran dan tanggul sungai 2. Pembuatan tanggul 3. Pengadaan tanggul pemecah ombak abrasi pantai Dari Tabel 5.16 di atas, dapat dilihat bahwa permasalahan yang tertuang dalam RAD PPDT Kabupaten Gorontalo masih bersifat normatif dan kurang didukung oleh data‐data yang akurat, sehingga kurang mewakilkan dan menjawab permasalahan yang ada. Data‐data yang akurat ini penting dalam proses perumusan kebijakan agar kebijakan yang dirumuskan sesuai dengan kondisi yang ada dan tepat sasaran. Lalu seperti yang tercantum pada tabel di atas, pada permasalahan aspek penanganan karakteristik khusus daerah dengan program prioritas dan kegiatan prioritasnya kurang menjawab permasalahan‐permasalahan yang pelik. Lebih lanjut, hasil penelusuran dokumen lainnya adalah banyaknya program dan kegiatan yang berbeda antara badan laporan dengan lampiran matriks, juga masih kekurang pahaman aparat‐aparat pemerintahan daerah untuk memilah antara program PPDT dan Program Non ‐ PPDT. Hal ini menunjukkan adanya inkonsistensi isi kebijakan dalam dokumen RAD PPDT Kabupaten Gorontalo. Hal ‐ hal ini akan menyebabkan kebijakan yang dirumuskan tidak mempunyai arah dan tahapan yang jelas dalam menuntaskan permasalahan ketertinggalan di Kabupaten Gorontalo. KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT Permasalahan pembangunan Kabupaten Seram Bagian Barat yang tertulis di dalam dokumen STRADA PDT meliputi : 1. Letak posisi geografis : kedudukan dan letak desa‐desa yang tersebar di pedalaman, pegunungan, dan pantai yang tidak didukung dengan sarana dan prasarana transportasi, sarana dan prasarana energi dan telekomunikasi. Dari empat kecamatan, sebagian besar desa‐desa terletak di wilayah pantai yaitu kecamatan Kairatu, Seram Barat dan Huamual Belakang. Sementara itu Kecamatan Taniwel selain didominasi oleh desa yang terletak di wilayah pantai juga banyak desa yang berada di wilayah pegunungan. 2. Sumberdaya alam : sebagian bergunung‐gunung dengan kemiringan lebih dari 40, eksploitasi hasil hutan besar‐besaran di masa lalu oleh perusahan besar sehingga menyebabkan banyak lahan kritis, investasi untuk industri pengolahan produk unggulan kelautan dan perkebunan belum optimal masih subsistem, sektor pariwisata belum berkembang karena minimnya investasi sarana prasarana kepariwisataan, masyarakat yang terisolir belum berdaya memanfaatkan potensi produk unggulan. BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 31 3. Sumberdaya Manusia dan Kelembagaan : sebagian besar fasilitas pendidikan hanya di kecamatan Kairatu dan Seram Barat dimana Sekolah Dasar hampir merata di setiap desadusun sedangkan SMP dan SMA pada umumnya terdapat di kota‐kota kecamatan sehingga kesempatan memperoleh pendidikan lanjut sangat terbatas bagi masyarakat di desadusun di pegunungan dan kepulauan; tidak tersedianya Balai Latihan Kerja dan kurangnya kegiatan‐ kegiatan pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan kurangnya pendidikan non formal; usaha masih dikelola secara perorangan maupun berkelompok dalam skala kecil seperti penyulingan minyak kayu putih, pengrajin bambu dan rotan serta meubeler lainnya; konflik sosial; sumberdaya aparatur pemerintahan daerah baik segi jumlah dan tingkat pendidikan masih banyak kendala; tenaga PPL kurang jumlah maupun pengetahuan. 4. Sarana dan Prasarana : sarana prasarana komunikasi jumlah dan jangkauan pelayanan terbatas hanya 1 unit di Kecamatan Seram Barat dan Kecamatan Kairatu Telkomsel 1 unit di Kecamatan Seram Barat jangkauan 30 Km, artelsatphone 14 unit sebarannya terfokus pada daerah pesisir; sarana transportasi laut jumlah dan kualitas sangat terbatas seperti menggunakan motor tempel ketinting dan perahu; sarana transportasi darat jalan, jembatan masih terbatas di pusat kabupaten dan umumnya belum mencapai desa‐desa; sarana prasarana air bersih PDAM hanya 2 unit terdapat di Kecamatan Kairatu dan Seram Barat belum menjangkau kecamatan lainnya terlebih desa‐desa menyebabkan masyarakat masih sangat tergantung pada sumber air permukaan; irigasi hanya terdapat di Kecamatan Kairatu belum menjangkau semua lokasi pertanian lahan basah, irigasi sederhana swakelola baru di Dusun Waitoso; sarana prasarana kesehatan hanya ada 12 Puskesmas dimana 3 unit yang memiliki kapasitas rawat inap, 47 unit Pustu, 80 Polindes umumnya masih darurat karena belum tersedianya bangunan permanen, terbatas sarana kelengkapan kesehatan baik peralatan maupun obat‐obatan yang dapat dimanfaatkan bagi pelayanan kesehatan masyarakat, belum berfungsinya Rumah Sakit Umum RSU karena sedang dibangun; minimnya fasilitas pendukung aktifitas belajar mengajar di sekolah seperti laboratorium dan perpustakaan sekolah serta perlengkapannya; banyaknya sarana prasarana sekolah yang rusak 33 unit SDMI, 30 unit SMPMTs, 9 unit SMU, 10 Laboratorium; sarana prasarana perekonomian meliputi 2 unit Bank BRI, 1 unit Bank BPDM, 4 unit pasar tradisional, 79 unit koperasi, sarana fasilitas sosial di desa‐desa belum memadai seperti kurangnya Balai Pertemuan dan sarana olah raga; sarana prasarana kelistrikan sangat terbatas baik peralatan maupun teknologi itupun hanya 3 unit terbagi di Kecamatan Kairatu 1 unit, Kecamatan Seram Barat 1 unit dan Kecamatan Taniwel 1 unit. 5. Konflik sosial : Tahun 1999 konflik telah berdampak lebih 27 desa hangus terbakar dengan jumlah pengungsi 2.876 KK sebanyak 14.750 jiwa, hingga Tahun 2005 pengungsi yang telah tertangani 984 KK atau 4.920 jiwa sementara jumlah pengungsi belum tertangani 1.882 KK atau 9.410 jiwa. Sementara itu, berdasarkan hasil FGD, wawancara dan pengamatan kondisi lapang, dapat dihimpun sejumlah permasalahan aktual yang dihadapi oleh SKPD di Kabupaten SBB secara umum sebagai gambaran dan masukan bagi pemerintah pusat. Permasalahan SKPD tersebut antara lain : 1. Pengembangan ekonomi lokal : Pasar belum berkembang, keterbatasan akses permodalan usaha, dan terbatasnya jumlah lembaga keuangan di tingkat Kabupaten SBB. Kabupaten SBB merupakan daerah kepulauan yang masyarakatnya tersebartidak terkonsentrasi di suatu lokasi, sehingga menyulitkan pembangunan akses transportasi untuk semua wilayah. Potensi SDA berlimpah tapi sulit dipasarkan karena tidak menguasai informasi pasar, skala usaha sangat terbatas, dan terkendala transportasi laut dan jalan darat antar kampungdesa yang belum memadai. Energi listrik untuk kepentingan industri belum tercapai, meski listrik tenaga surya sudah terlaksana 83 dari sasaran namun secara kualitas baru memenuhi keperluan penerangan rumah saja. 2. Pengentasan keterisolasian : BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 32 Sebagian wilayah di kabupaten SBB sudah tidak menjadi masalah karena sudah terbuka walaupun masih berupa jalan tanah. Investor sudah banyak yang mau berinvestasi namun terkendala oleh keinginan mereka untuk memiliki kawasan enclave padahal pemkab memerlukan adanya kaitan usaha swasta sakal tersebut dengan masyarakat pelaku usaha skala kecil di sekitarnya. 3. Pemberdayaan masyarakat : Kurangnya tenaga PPL dan pendamping ahli di lapangan, dimana ketersediaan dana APBD kabupaten untuk pendampingan masih sangat kurang dibandingkan dengan kebutuhan kelompok usaha masyarakat yang akan dikembangkan, dari 60 kelompok yang bisa didampingi hanya 10 kelompok. Untuk komunitas adat terpencil baru hanya diberikan sosialisasi tentang pengembangan masyarakat di daerah‐daerah terpencil tahap awal. Program transmigrasi umum sangat sulit karena keterbatasan dana dalam penyediaan lahan. Kulaitas SDM aparat Dinas Sosial masih rendah dan jumlahnya kurang. Saran : perlu pembangunan sekolah untuk penanganan pengungsi dimana hingga saat ini masih banyak pengungsi yang belum tertangani sekitar 370 KK. 4. Pembangunan sarana prasarana dasar : Terdapat programkegiatan dari pusat yang tidak terpadu seperti penyediaan listrik ada yang dilakukan oleh Dinas Perikanan ada yang dilakukan oleh Kementerian PDT dan ada oleh Departemen ESDM sebaiknya disinkronkan terlebih dahulu di tingkat pusat. Kurangnya akses jalan terutama untuk pengembangan kawasan yang berpotensi sebagai sentra produksi produk‐ produk unggulan. Bantuan peralatan listrik tenaga surya terkendala dalam pemeliharaan baterai pada alat tenaga listrik surya tersebut, sementara itu untuk membangun jaringan listrik dari PT PLN diperlukan biaya sangat besar dan masyarakat di perdesaan umumnya tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk membayar tagihan listrik. Bantuan Kementerian PDT hanya dalam bentuk barang PLTS, padahal sebaiknya dalam bentuk uang tunai agar dapat disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan daerah. Kelemahan program PLTS hanya untuk sekedar menerangi rumah 50 watt tidak bisa memenuhi kebutuhan untuk pengembangan industri. Pemkab sudah merencanakan akan membangun PLTA Kecamatan Seram Utara sudah 8 tahun tapi belum kunjung terlaksana. Pernah ada program pembangunan mikro hidro namun kurang perawatan akhirnya rusak, dan manfaat program listik Mikro hidro ini hanya menjangkau 2 km saja di luar itu tidak bisa. Pembangunan jalan desa tidak dikelola oleh daerah tetapi oleh Departemen PU yang dilaksanakan oleh kontraktor. Ada masalah dana DAK yang dinyatakan untuk 9 tahun hanya untuk belum ada untuk SMP dan SMA, karena kabupaten SBB sangat perlu pembangunan fisik sekolah untuk SMP dan SMA. Dinas pendidikan Kabupaten SBB sudah mendapat dana block grant tetapi dana ini dikelola oleh provinsi dan tidak dikoordinasikan dengan dinas pendidikan kabupaten. Seringkali muncul ada kegiatan pembangunan baru untuk SMP dan SMA namun pembangunan itu tidak ada wujudnya. Dana‐dana pusatdekonsentrasi langsung masuk ke sekolah‐sekolah tanpa koordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten. Semua sekolah SD sudah ada di setiap dusundesa namun masih banyak kondisi desa tersebut masih sulit dijangkau karena dibatasi oleh perbukitan dan pulau‐pulau. Pembangunan fisik sekolah saja tidak cukup. Jumlah guru masih sangat kurang, yang ada sekarang adalah guru bantu, guru PNS, guru kontrak. Jumlahnya masih sangat kurang guru 60 yang baru tertampung. Satu guru meng‐handel 5 mata pelajaran atau 1 guru meng‐hendel murid dari kelas 1 sampai ke kelas 6. Sejak Tahun 2007 jumlah guru kontrak sangat kurang. SMK pertanian dan perikanan di SBB meski sudah ada namun sangat kurang sarana pendukung praktek dan kurangnya jumlah guru yang berkompetensi dimana guru yang ada hanya guru yang mengajar umum saja. Banyak guru yang mau mengajar namun tidak memiliki persyaratan AKTA 4. Oleh karena universitas Patimura belum terakreditasi untuk mengeluarkan AKTA 4 maka perlu dukungan universitas ujung pandang atau universitas berkompetensi di Jakarta. Ada masalah dengan dana dekonsentrasi dari Depdiknas langsung masuk ke sekolah‐sekolah tidak banyak berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten, yang menjadi masalah ketika Depdiknas BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 33 menghadapi masalah terhadap sekolah‐sekolah tersebut baru Dinas Pendidikan kabupaten diberitahu. Terjadi tumpang tindih pembangunan pendidikan dimana depdiknas hanya berkoordinasi dengan provinsi namun pusat kurang berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan di Kabupaten. APBD kabupaten hanya bisa untuk kegiatan pendampingan. Keterbatasan APBD Kabupaten SBB menyebabkan mutu pendidikan masih rendah sehingga perlu dukungan pusat. 5. Pembangunan sarana prasarana ekonomi : Teknologi pengolahan produk perkebunan masih tradisional, sehingga kualitas dan kuantitas produk perkebunan tidak maksimal. Gudang penyimpanan hasil untuk mendukung penanganan pasca panen sangat kurang, sehingga produk sulit disimpan dan akhirnya dijual dengan harga yang murah. Sarana prasarana perikanan tangkap masih kurang karena sulitnya akses permodalan. 6. Tanggapan SKPD terhadap dokumen RAD PDT : Tidak ada landasan terhadap dokumen RAD agar diakui oleh KementerianLembaga dan SKPD. Cara untuk menyusun RAD itu bermasalah. RAD PDT tidak menjadi acuan bagi SKPD. RAD PDT belum menjadi acuan bagi KL dalam mendorong pembangunan di PDT. Terdapat perbedaaan nomenklatur antara Renja SKPD dengan bahasa‐bahasa prioritas program yang terdapat di dalam RAD. Disamping permasalahan, berdasarkan hasil FGD, wawancara dan pengamatan kondisi lapang, juga dihimpun sejumlah kemajuan yang didapatkan oleh SKPD di Kabupaten SBB, antara lain : 1. Sudah ada program pendidikan gratis mulai Tahun 2009 dengan pembiayaan dari APBD Kabupaten sebesar 11 Milyar. 2. Di setiap dusundesa sudah memiliki SD meskipun dengan kondisi wilayah yang sulit karena dibatasi oleh perbukitan dan pulau‐pulau, sehingga kondisi infrastruktur di bagian pedalaman dan pulau‐pulau kecil masih sangat kurang. 3. Sudah ada SMK perikanan dan SMK Pertanian meski peralatan sekolah sangat terbatas. 4. SKPD merasa adanya bantuan langsung ke masyarakat cukup banyak memberikan kemajuan bagi daerah tertinggal. 5. Program pemberdayaan sudah banyak dilakukan meski belum banyak berdampak nyata pada peningkatan ekonomi SBB. Pembinaan pelatihan pengelolaan potensi sumberdaya sudah dilakukan langsung untuk masyarakat. Ada bantuan dana DKP untuk pembinaan pelatihan sumberdaya masyarakat pesisir. Setiap tahun SBB mendapat 4 milyar namun belum tuntas. Dari APBD dan DAK Kabupaten SBB sudah banyak dilakukan pembinaan budidaya rumput dengan sasatan 2.500 ha, yang baru dimanfaatkan baru 200 . 6. Sudah ada sinergitas programkegiatan dari Kementerian Koperasi dan UKM melalui Dinas Koperasi UKM kabupaten SBB yang mendukung STRADARAD PDT. Sesuai dengan kerangka permasalahan PDT secara nasional menurut Kementerian PDT Tahun 2008 bahwa paling tidak ada 5 pokok masalah sbb : a. Permasalahan aspek pengembangan ekonomi lokal yaitu keterbatasan pengelolaan sumber daya lokal dan belum terintegrasinya dengan kawasan pusat pertumbuhan. b. Permasalahan aspek pengembangan sumber daya manusia yaitu rendahnya kualitas sumber daya manusia dalam mengelola berbagai bidang. c. Permasalahan aspek kelembagaan, terutama rendahnya kemampuan kelembagaan aparat pemda dan masyarakat. d. Permasalahan aspek sarana dan prasarana transportasi darat, laut, dan udara, telekomunikasi, dan energi, serta keterisolasian daerah. e. Permasalahan aspek karakteristik daerah terutama berkaitan dengan daerah rawan bencana seperti masalah kekeringan, banjir, longsor, kebakaran hutan, gempa bumi, dll, serta rawan konflik sosial. BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 34 Berdasarkan ketentuan dari Kementerian PDT, STRADA PPDT ini merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah tertinggal yang disusun dengan berpedoman pada prinsip‐prinsip dasar yaitu pemihakan, percepatan, pemberdayaan, operasional dan partisipatif : 1 Pemihakan, artinya program dan kegiatan yang dipilih diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat dan wilayah yang relatif kurang beruntung dan masyarakatnya belum menerima pelayanan umum secara memadai, 2 Percepatan, artinya program dan kegiatan bersifat inovatif guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan wilayah yang belum dapat dipenuhi melalui mekanisme, formula atau kebiasaan yang ada dengan tetap pada koridor hukum yang berlaku, 3 Pemberdayaan, artinya program dan kegiatan diadakan dalam rangka peningkatan kapasitas masyarakat dan aparatur agar lebih berdayaguna dalam setiap proses pembangunan, 4 Operasional, artinya program dan kegiatan diselenggarakan dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat dan daerah yang bersifat strategis. Dalam hal ini berdampak luas, baik dalam skala nasional maupun daerah, 5 Partisipatif, artinya program dan kegiatan direncanakan, dilaksanakan, didanai, dan dievaluasi dengan melibatkan seluruh stakeholder masyarakat, pemerintah, dan swasta baik di daerah ataupun di pusat secara proporsional. Materi minimum tertera dalam dokumen Strategi Daerah Pembangunan Daerah Tertinggal meliputi : a Kondisi daerah, yaitu menggambarkan kondisi geografis, administratif, ekonomi secara menyeluruh, kependudukan, sosial dan budaya, sarana dan prasarana, politik, hukum dan keamanan, b Potensi daerah, yaitu potensi‐potensi yang belum termanfaatkan yang dapat menjadi modal pembangunan daerah tertinggal, c Faktor penyebab ketertinggalan, d Kebijakan dan strategi, e program pembangunan dan kegiatan prioritas, disertai matrik rencana aksi tahun 2007‐ 2009, f Sumber pendanaan pembangunan daerah tertinggal dari kabupaten, provinsi, pusat, dan swasta, g Daftar nama desa dan kecamatan tertinggal di kabupaten. Untuk mengetahui sejauhmana keserasian atau kesesuaian atau ketepatan secara substansial Rencana Aksi Daerah RAD PDT di Kabupaten Seram Bagian Barat, berikut dianalisis kaitan permasalahan dengan Matriks Rencana Aksi Daerah yang telah disusun Tahun 2007 untuk dilaksanakan di 2008, yang terbagi ke dalam 5 aspek yaitu aspek pengembangan ekonomi lokal, pengembangan sumber daya manusia, kelembagaan, sarana dan prasarana, dan karakteristik daerah terutama berkaitan dengan daerah rawan bencana. Berikut penjelasannya. Tabel

5.17 Analisis Keserasian Pokok Permasalahan Ketertinggalan Kabupaten Seram Bagian Barat dengan