BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
27
Konsistensi antara kegiatan pokok STRADA 2008‐2009 dan RAD 2008 versi baru dengan kegiatan
pokok STRADA 2007‐2009 dan RAD 2008 versi lama ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Pada tabel
tersebut terlihat bahwa banyak kegiatan pokok pada RAD PPDT 2008 yang tidak sepenuhnya sesuai
dengan kegiatan pokok STRADA PDT 2007‐2009.
Tabel 5.14 Perbandingan RAD Kabupaten Landak 2008 dengan STRADA Kabupaten Landak 2007‐
2009
Prioritas dalam RAD PPDT 2008
Konsistensi kegiatan RAD PPPDT 2008 dengan STRADA PPDT
2007 ‐2009
Pemberdayaan Masyarakat
70.45
Pengurangan Keterisolasian
97.67
Pengembangan Ekonomi Lokal
73.61
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
88.88
Penanganan Karakteristik Khusus Daerah
100
Termasuk ke dalam Prioritas Sarana dan Prasarana
Termasuk ke dalam Prioritas Pengembangan Ekonomi Lokal
Termasuk ke dalam Prioritas Pencegahan dan Rehabilitasi Bencana
Dengan demikian, meskipun rumusan substansi kebijakan dalam dokumen RAD PPDT 2008 secara
konsisten menjawab rumusan permasalahannya, namun rumusan substansi kebijakan tersebut tidak
menyasar permasalahan‐permasalahan aktual yang sebenarnya terjadi. Hal ini disebabkan
permasalahan tidak dirumuskan secara jelas dan spesifik, namun hanya mengikuti arahan
permasalahan secara nasional yang tercantum dalam dokumen STRANAS PPDT.
Keserasian perumusan kebijakan dari sisi struktur kebijakan
Sementara untuk mengkaji struktur RAD KKDT Kabupaten Landak, berikut ini merupakan analisa
struktur kebijakan terhadap sub‐kegiatan “Penanaman dan Pengembangan Komoditi Perkebunan”
pada Program Pengembangan Ekonomi Lokal pada RAD PPDT Kabupaten Landak. Kegiatan ini dapat
dianggap mewakili kegiatan‐kegiatan lain dalam RAD PPDT karena memiliki pola penyusunan yang
sama. Hasil analisa terhadap kegiatan tersebut diperlihatkan pada Tabel 5.5.
Tabel
5.15 Analisa Struktur Kebijakan
Level Struktur
kebijakan Indikator
Target Keterangan
Permasalahan
Rendahnya kepemilikan, akses, penguasaan, dan kemampuan pengelolaan terhadap sumberdaya
produktif untuk pengembangan ekonomi lokal;
Tidak ada kondisi awal mengenai
permasalahan ini 2007,
sehingga sulit diukur kemajuan
dalam penanganan masalah
dibandingkan dengan impact
DampakImpact Arah
Kebijakan
Memperluas akses masyarakat,
dan pelaku usaha di daerah
tertinggal terhadap sumberdaya
produktif guna mendukung
pertumbuhan ekonomi yang
berkelestarian, dan memberikan
nilai tambah pada kelompok
masyarakat berpendapatan
rendah; Tidak
ada Tidak
ada Tidak
ada indikator dan target dampak
yang jelas sehingga akan sulit
diukur kemajuan penanganan
permasalahan awal.
HasilOutcome Program
Pengembangan Ekonomi Lokal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada indikator dan target
outcome yang jelas sehingga
akan sulit diukur pencapaiannya
KeluaranOutput Kegiatan
Penanaman dan Pengembangan
Komoditi Perkebunan
Luasan lahan
dinyatakan scr
implisit 2650
Ha Indikator
tidak dinyatakan secara eksplisit,
namun terdapat target luasan
hektar lahan yang akan ditanam
MasukanInput Anggaran
APBNAPBD ProvinsiAPBD
KabupatenSwasta Jumlah
APBN Rp Juta
Jumlah APBD Prov
RP Juta
6,000 1.500
Telah tersedia indikator dan
target input
BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
28
Berdasarkan hasil analisa di atas, sebenarnya terdapat konsistensi yang cukup baik dari mulai
perumusan masalah, arah kebijakan, program, kegiatan, dan masukan. Namun demikian, masih
terdapat beberapa kelemahan dalam perumusan struktur kebijakan pada kegiatan ini.
Dalam tahap perumusan permasalahan, “kepemilikan, akses, penguasaan, dan kemampuan
pengelolaan terhadap sumberdaya produktif untuk pengembangan ekonomi lokal” tidak
terdeskripsikan secara jelas dalam data‐data yang dapat diukur dan kurang tajam didefiknsikan
dalam konteks permasalahan di Kabupaten Landak. Ketiadaan baseline data yang terukur
menyebabkan lemahnya justifikasi bagi kebutuhan penambahan luasan lahan komoditas
perkebunan bagi masyarakat dan jumlah masukaninput yang dibutuhkan, serta akan menyulitkan
pengukuran kemajuan penanganan permasalahan yang ada pada level dampakimpact.
Dalam tahap perumusan program, tidak tersedia indikator hasiloutcome beserta target yang akan
dicapai.
Dalam contoh ini, ketiadaan indikator dan target outcome pada Program Pengembangan
Ekonomi Lokal menyebabkan kesulitan pelaksanaan evaluasi terhadap kontribusi kegiatan
penanaman dan pengembangan Komoditi Perkebunan seluas 2650 hektar terhadap pencapaian
kinerja program pengembangan ekonomi lokal.
Sedangkan pada tahap perumusan arah kebijakan, ketiadaan indikator dan target dampak
menyebabkan kesulitan pelaksanaan evaluasi terhadap keberhasilan kabnijakan dalam mengatasi
permasalahan yang dinyatakan diawal, yaitu “rendahnya kepemilikan, akses, penguasaan, dan
kemampuan pengelolaan terhadap sumberdaya produktif untuk pengembangan ekonomi lokal”.
KABUPATEN GORONTALO
Seperti yang tercantum dalam dokumen RAD PPDT Kabupaten Gorontalo Tahun 2008,
permasalahan yang dihadapi oleh Kabupaten Gorontalo dikelompokkan ke dalam empat aspek, yaitu
pengembangan ekonomi lokal, pemberdayaan masyarakat, kapasitas kelembagaan dan
keterisolasian daerah. Tabel di bawah ini merangkum permasalahan yang ada di Kabupaten
Gorontalo, beserta program dan kegiatan yang dirumuskan berdasarkan permasalahan yang ada.
Tabel 5.16 Permasalahan dan Kebijakan dalam RAD PPDT Kabupaten Gorontalo Tahun 2008
PERMASALAHAN RAD
PPDT TAHUN 2008 PROGRAM
KEBIJAKAN Aspek
Pengembangan Ekonomi Lokal:
1. Rendahnya kepemilikan, akses,
penguasaan, dan kemampuan pengelolaan
terhadap sumberdaya produktif untuk
pengembangan ekonomi lokal.
2. Rendahnya dukungan infrastruktur
ekonomi, sistem fiskal, fasilitasi dan insentif
bagi pengembangan industri di daerah
tertinggal 3.
Tidak adanya satu kesatuan sistem pengembangan
wilayah ekonomi, pertumbuhan
ekonomi yang masih berpusat
di Jawa dan belum terwujudnya wilayah
strategis cepat tumbuh 1.
Program pengembangan ekonomi lokal
2. Program
pengembangan agribisnis 3.
Program peningkatan ketahanan pangan
4. Program
pengembangan sumber daya perikanan
5. Program
peningkatan promosi dan kerjasama
investasi 6.
Program peningkatan efisiensi
perdagangan dalam negeri
7. Program
pengembangan pemasaran pariwisata
8. Program
peningkatan dan pengembangan ekspor
9. Program
penataan struktur industri 10.
Program pengembangan industri kecil dan
menengah 11.
Program pengembangan wilayah strategis
dan cepat tumbuh
12. Program
pengembangan wilayah tertinggal
13. Program
pengembangan kota – kota kecil dan
menengah a.
Penunjang pengembangan BUMDes
b. Optimalisasi pengelolaan aset‐aset daerah
c. Pengembangan
agribisnis peternakan d.
Pengembangan optimalisasi lahan berupa bantuan
bibit e.
Pengembangan ketahanan pangan daerah f.
Pengembangan tanaman pada lahan kering
g. Pengembangan potensi unggulan daerah
h. Peningkatan SDM kepariwisataan
i. Fasilitas
bagi industri kecil dan menengah terhadap
pemanfaatan sumber daya
Aspek Pemberdayaan Masyarakat:
1. Rendahnya akses dan fasilitasi kesehatan
dan pendidikan yang bermutu di daerah
tertinggal 2.
Rendahnya kapabilitas dan kapasitas masyarakat
dalam mengelola kegiatan 1.
Program ketahanan pangan 2.
Program upaya kesehatan masyarakat 3.
Program upaya kesehatan perorangan 4.
Program perbaikan gizi masyarakat 5.
Program sumberdaya kesehatan 6.
Program promosi kesehatan pemberdayaan a.
Perbaikan gizi masyarakat b.
Pelatihan bidang kesehatan c.
Pengadaan tenaga medis kesehatan d.
Peningkatan kompetensi guru e.
Diklat guru f.
Pemberian beasiswa penyelesaian studi guru
BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
29
PERMASALAHAN RAD
PPDT TAHUN 2008 PROGRAM
KEBIJAKAN
ekonomi, akses dan ketersediaan iptek dan
sumberdaya alam, dan akses terhadap
lapangan kerja di daerah tertinggal, serta
lemahnya kepemilikan dan penguasaan
atas tanah
3. Rendahnya kualitas kegiatan ekonomi
masyarakt di daerah tertinggal yang pada
buruknya kondisi dan kesadaran
masyarakat terhadap lingkungan hidup dan
sumberdaya alam
4. Rendahnya kualitas penanganan fakir
miskin, Komunitas Adat Terpencil KAT,
rendahnya kualitas pemuda, dan masih
rendahnya partisipasi pemuda dalam
pembangunan masyarakat
7. Program obat dan perbekalan kesehatan
8. Program wajib belajar pendidikan dasar
sembilan tahun
9. Program pendidikan menengah
10. Program peningkatan mutu pendidikan dan
tenaga pendidikan
11. Program peningkatan kualitas tenaga kerja
12. Program perluasan dan pengembangan
kesempatan kerja
13. Program perluasan kesempatan kerja yang
dilakukan pemerintah
14. Program pemberdayaan fakir miskin,
Komunitas Adat Terpencil KAT, dan
penyandang masalah kesejahteraan sosial
lainnya 15.
Program pengembangan wilayah tertinggal 16.
Program peningkatan partisipasi pemuda 17.
Program perlindungan konservasi sumberdaya
alam 18.
Program pengembangan kapasitas pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan
hidup 19.
Program pembinaan usaha pertambangan migas
20. Program pemantapan pemanfaatan potensi
sumberdaya hutan
21. Program pengembangan dan pengelolaan
sumberdaya kelautan
22. Program peningkatan kualitas dan akses
informasi sumberdaya alam dan lingkungan
hidup 23.
Program pengendalian pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup dan
pegawai g.
Pelatihan keterampilan dan produktivitas tenaga
kerja h.
Pembinaan pelatihan keterampilan kewirausahaan
i. Pemberdayaan keluarga KMM
j. Pengembangan sarana lab Uji Kualitas Air
k. Pendampingan DAK
Aspek Peningkatan Kapasitas Kelembagaan:
1. Belum terbentuknya kelembagaan pemerintah
daerah yang efektif dan efisien
2. Lemahnya kelembagaan kemasyarakatan serta
posisi tawar petanimasyarakat dalam aktivitas
ekonomis 1.
Program peningkatan kerjasama antar pemerintah
daerah 2.
Program kapasitas kelembagaan pemerintah
daerah 3.
Program peningkatan ketahanan pangan 4.
Program pengembangan agribisnis 5.
Program peningkatan kesejahteraan petani 6.
Program pemberdayaan usaha skala mikro 7.
Program peningkatan keberdayaan masyarakat
perdesaan 8.
Program kelembagaan dan ketatalaksanaan a.
Pelatihan petani b.
Penyuluh pertanianperkebunan c.
Peningkatan kemampuan lembaga pertanian d.
Peningkatan sistem insentif bagi kelompok Petani
Aspek Pengurangan Keterisolasian Daerah:
1. Lemahnya keterkaitan kegiatan ekonomi baik
secara sektoral maupan spasial, sehingga
banyak wilayah‐wilayah yang masih
tertinggal dalam pembangunan, seperti
sistem jaringan jalan di masing‐masing pulau
di kawasan timur Indonesia yang belum
terhubungkan, rendahnya kondisi pelayanan
prasarana jalan akibat kerusakan di jalan,
belum terpadunya pembangunan prasarana
jalan dengan sistem jaringan transportasi
jalan, penataan kelas jalan dan terminal,
serta pola pelayanan distribusi angkutan
jalan, antarkota, perkotaan, dan perdesaan,
terbatasnya. 2.
Terbatasnya prasarana dan sarana, kualitas dan
pemerataan pelayanan sosial dasar. 3.
Masih terbatasnya prasarana dan sarana pertanian
dan perikanan pada khususnya dan perdesaan
pada umumnya di daerah tertinggal.
4. Kurangnya kemampuan penyediaan air,
kurang optimalnya tingkat layanan jaringan
irigasi, meningkatnya ancaman terhadap
keberlanjutan daya dukung sumberdaya air,
baik air permukaan maupun air tanah di
daerah tertinggal
1. Program
terkait peningkatan infrastruktur perdesaan
Program peningkatan prasarana dan
sarana perdesaan 2.
Peningkatan pembangunan jalan dan jembatan
3. Program rehabiltasi pemeliharaan
prasarana dan fasilitas LLAJ
4. Program peningkatan kualitas jasa
pelayanan sarana dan prasarana
ketenagalistrikan 5.
Program peningkatan efisiensi perdagangan dalam
negeri 6.
Program pengembangan destinasi pariwisata
7. Program pengembangan pemerataan dan
peningkatan kualitas sarana dan prasarana
pos dan telematika
a. Pembangunan saluran drainase dan gorong –
gorong b.
Pembangunan turaptaludbronjong c.
Rehabilitasi pemeliharaan jalan dan jembatan
d. Peningkatan sarana dan prasarana
kebinamargaan e.
Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi,
rawa jaringan pengairan lainnya f.
Pembangunan infrastruktur perdesaan
g. Pengembangan perumahan
BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
30
PERMASALAHAN RAD
PPDT TAHUN 2008 PROGRAM
KEBIJAKAN Penanganan
Karakteristik Khusus Daerah
1. Masih ada peristiwa pertikaian dan konflik
antar golongan dan kelompok, dan tingginya
tindak kekerasan terhadap perempuan dan
anak, termasuk di daerah konflik. Keadaan ini
disebabkan belumnya adanya keharmonian
antar golongan dan akibat munculnya
ketegangan sosial yang sering melahirkan
konflik intern dan antar umat beragama
2. Wilayah perbatasan dan terpencil kondisinya
masih terbelakang. Wilayah perbatasan
termasuk pulau – pulau kecil terluar memiliki
potensi sumber daya alam yang cukup besar,
serta merupakan wilayah yang sangat strategis
bagi pertahanan dan keamanan negara.
Namun pembangunan di beberapa perbatasan
masih jauh tertinggal dibandingkan dengan
pembangunan di wilayah negara tetangga.
3. Masih lemahnya penanganan korban bencana
alam dan sosial. Masih Terbatasnya
kemampuan sumber daya manusia dan
teknologi untuk memprediksi kemungkinan
terjadinya bencana alam.
4. Bencana alam yang berakibat pada kerusakan
prasarana sumber daya air dan meluasnya
abrasi pantai, kondisi jaringan jalan nasional
beberapa tahun terakhir terus mengalami
penurunan, rusaknya prasarana dan sarana
angkutan jalan, dan rusaknya prasarana
pelabuhan dan fasilitas keselamatan pelayaran
akibat
bencana alam.
1. Program pengembangan wilayah perbatasan
2. Program pengendalian banjir dan
pengamanan pantai
1. Rehabilitasi dan pemeliharaan bantaran dan
tanggul sungai
2. Pembuatan tanggul
3. Pengadaan tanggul pemecah ombak abrasi
pantai
Dari Tabel 5.16 di atas, dapat dilihat bahwa permasalahan yang tertuang dalam RAD PPDT
Kabupaten Gorontalo masih bersifat normatif dan kurang didukung oleh data‐data yang akurat,
sehingga kurang mewakilkan dan menjawab permasalahan yang ada. Data‐data yang akurat ini
penting dalam proses perumusan kebijakan agar kebijakan yang dirumuskan sesuai dengan kondisi
yang ada dan tepat sasaran. Lalu seperti yang tercantum pada tabel di atas, pada permasalahan
aspek penanganan karakteristik khusus daerah dengan program prioritas dan kegiatan prioritasnya
kurang menjawab permasalahan‐permasalahan yang pelik. Lebih lanjut, hasil penelusuran dokumen
lainnya adalah banyaknya program dan kegiatan yang berbeda antara badan laporan dengan
lampiran matriks, juga masih kekurang pahaman aparat‐aparat pemerintahan daerah untuk memilah
antara program PPDT dan Program Non ‐ PPDT. Hal ini menunjukkan adanya inkonsistensi isi
kebijakan dalam dokumen RAD PPDT Kabupaten Gorontalo. Hal ‐ hal ini akan menyebabkan
kebijakan yang dirumuskan tidak mempunyai arah dan tahapan yang jelas dalam menuntaskan
permasalahan ketertinggalan di Kabupaten Gorontalo.
KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT
Permasalahan pembangunan Kabupaten Seram Bagian Barat yang tertulis di dalam dokumen
STRADA PDT meliputi :
1. Letak posisi geografis : kedudukan dan letak desa‐desa yang tersebar di pedalaman,
pegunungan, dan pantai yang tidak didukung dengan sarana dan prasarana transportasi, sarana
dan prasarana energi dan telekomunikasi. Dari empat kecamatan, sebagian besar desa‐desa
terletak di wilayah pantai yaitu kecamatan Kairatu, Seram Barat dan Huamual Belakang.
Sementara itu Kecamatan Taniwel selain didominasi oleh desa yang terletak di wilayah pantai
juga banyak desa yang berada di wilayah pegunungan.
2. Sumberdaya alam : sebagian bergunung‐gunung dengan kemiringan lebih dari 40, eksploitasi
hasil hutan besar‐besaran di masa lalu oleh perusahan besar sehingga menyebabkan banyak
lahan kritis, investasi untuk industri pengolahan produk unggulan kelautan dan perkebunan
belum optimal masih subsistem, sektor pariwisata belum berkembang karena minimnya
investasi sarana prasarana kepariwisataan, masyarakat yang terisolir belum berdaya
memanfaatkan potensi produk unggulan.
BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
31
3. Sumberdaya
Manusia dan Kelembagaan : sebagian besar fasilitas pendidikan hanya di kecamatan
Kairatu dan Seram Barat dimana Sekolah Dasar hampir merata di setiap desadusun sedangkan
SMP dan SMA pada umumnya terdapat di kota‐kota kecamatan sehingga kesempatan
memperoleh pendidikan lanjut sangat terbatas bagi masyarakat di desadusun di pegunungan
dan kepulauan; tidak tersedianya Balai Latihan Kerja dan kurangnya kegiatan‐ kegiatan
pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan kurangnya pendidikan non formal;
usaha masih dikelola secara perorangan maupun berkelompok dalam skala kecil seperti penyulingan
minyak kayu putih, pengrajin bambu dan rotan serta meubeler lainnya; konflik sosial;
sumberdaya aparatur pemerintahan daerah baik segi jumlah dan tingkat pendidikan masih
banyak kendala; tenaga PPL kurang jumlah maupun pengetahuan. 4.
Sarana dan Prasarana : sarana prasarana komunikasi jumlah dan jangkauan pelayanan terbatas
hanya 1 unit di Kecamatan Seram Barat dan Kecamatan Kairatu Telkomsel 1 unit di Kecamatan
Seram Barat jangkauan 30 Km, artelsatphone 14 unit sebarannya terfokus pada daerah pesisir;
sarana transportasi laut jumlah dan kualitas sangat terbatas seperti menggunakan motor tempel
ketinting dan perahu; sarana transportasi darat jalan, jembatan masih terbatas di pusat
kabupaten dan umumnya belum mencapai desa‐desa; sarana prasarana air bersih PDAM hanya
2 unit terdapat di Kecamatan Kairatu dan Seram Barat belum menjangkau kecamatan lainnya
terlebih desa‐desa menyebabkan masyarakat masih sangat tergantung pada sumber air
permukaan; irigasi hanya terdapat di Kecamatan Kairatu belum menjangkau semua lokasi
pertanian lahan basah, irigasi sederhana swakelola baru di Dusun Waitoso; sarana prasarana
kesehatan hanya ada 12 Puskesmas dimana 3 unit yang memiliki kapasitas rawat inap, 47 unit
Pustu, 80 Polindes umumnya masih darurat karena belum tersedianya bangunan permanen,
terbatas sarana kelengkapan kesehatan baik peralatan maupun obat‐obatan yang dapat
dimanfaatkan bagi pelayanan kesehatan masyarakat, belum berfungsinya Rumah Sakit Umum
RSU karena sedang dibangun; minimnya fasilitas pendukung aktifitas belajar mengajar di
sekolah seperti laboratorium dan perpustakaan sekolah serta perlengkapannya; banyaknya
sarana prasarana sekolah yang rusak 33 unit SDMI, 30 unit SMPMTs, 9 unit SMU, 10
Laboratorium; sarana prasarana perekonomian meliputi 2 unit Bank BRI, 1 unit Bank BPDM, 4
unit pasar tradisional, 79 unit koperasi, sarana fasilitas sosial di desa‐desa belum memadai
seperti kurangnya Balai Pertemuan dan sarana olah raga; sarana prasarana kelistrikan sangat
terbatas baik peralatan maupun teknologi itupun hanya 3 unit terbagi di Kecamatan Kairatu 1
unit, Kecamatan Seram Barat 1 unit dan Kecamatan Taniwel 1 unit.
5. Konflik
sosial : Tahun 1999 konflik telah berdampak lebih 27 desa hangus terbakar dengan jumlah
pengungsi 2.876 KK sebanyak 14.750 jiwa, hingga Tahun 2005 pengungsi yang telah tertangani
984 KK atau 4.920 jiwa sementara jumlah pengungsi belum tertangani 1.882 KK atau 9.410
jiwa. Sementara
itu, berdasarkan hasil FGD, wawancara dan pengamatan kondisi lapang, dapat dihimpun sejumlah
permasalahan aktual yang dihadapi oleh SKPD di Kabupaten SBB secara umum sebagai gambaran
dan masukan bagi pemerintah pusat. Permasalahan SKPD tersebut antara lain : 1.
Pengembangan ekonomi lokal :
Pasar belum berkembang, keterbatasan akses permodalan usaha, dan terbatasnya jumlah
lembaga keuangan di tingkat Kabupaten SBB. Kabupaten SBB merupakan daerah kepulauan yang
masyarakatnya tersebartidak terkonsentrasi di suatu lokasi, sehingga menyulitkan
pembangunan akses transportasi untuk semua wilayah. Potensi SDA berlimpah tapi sulit
dipasarkan karena tidak menguasai informasi pasar, skala usaha sangat terbatas, dan terkendala
transportasi laut dan jalan darat antar kampungdesa yang belum memadai. Energi listrik untuk
kepentingan industri belum tercapai, meski listrik tenaga surya sudah terlaksana 83 dari
sasaran namun secara kualitas baru memenuhi keperluan penerangan rumah saja.
2.
Pengentasan keterisolasian :
BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
32
Sebagian wilayah di kabupaten SBB sudah tidak menjadi masalah karena sudah terbuka
walaupun masih berupa jalan tanah. Investor sudah banyak yang mau berinvestasi namun
terkendala oleh keinginan mereka untuk memiliki kawasan enclave padahal pemkab
memerlukan adanya kaitan usaha swasta sakal tersebut dengan masyarakat pelaku usaha skala
kecil di sekitarnya.
3.
Pemberdayaan masyarakat :
Kurangnya tenaga PPL dan pendamping ahli di lapangan, dimana ketersediaan dana APBD
kabupaten untuk pendampingan masih sangat kurang dibandingkan dengan kebutuhan
kelompok usaha masyarakat yang akan dikembangkan, dari 60 kelompok yang bisa didampingi
hanya 10 kelompok. Untuk komunitas adat terpencil baru hanya diberikan sosialisasi tentang
pengembangan masyarakat di daerah‐daerah terpencil tahap awal. Program transmigrasi
umum sangat sulit karena keterbatasan dana dalam penyediaan lahan. Kulaitas SDM aparat
Dinas Sosial masih rendah dan jumlahnya kurang. Saran : perlu pembangunan sekolah untuk
penanganan pengungsi dimana hingga saat ini masih banyak pengungsi yang belum tertangani
sekitar 370 KK.
4. Pembangunan sarana prasarana dasar :
Terdapat programkegiatan dari pusat yang tidak terpadu seperti penyediaan listrik ada yang
dilakukan oleh Dinas Perikanan ada yang dilakukan oleh Kementerian PDT dan ada oleh
Departemen ESDM sebaiknya disinkronkan terlebih dahulu di tingkat pusat. Kurangnya akses
jalan terutama untuk pengembangan kawasan yang berpotensi sebagai sentra produksi produk‐
produk unggulan. Bantuan peralatan listrik tenaga surya terkendala dalam pemeliharaan baterai
pada alat tenaga listrik surya tersebut, sementara itu untuk membangun jaringan listrik dari PT
PLN diperlukan biaya sangat besar dan masyarakat di perdesaan umumnya tidak memiliki
kemampuan yang memadai untuk membayar tagihan listrik. Bantuan Kementerian PDT hanya
dalam bentuk barang PLTS, padahal sebaiknya dalam bentuk uang tunai agar dapat disesuaikan
dengan perkembangan kebutuhan daerah. Kelemahan program PLTS hanya untuk sekedar
menerangi rumah 50 watt tidak bisa memenuhi kebutuhan untuk pengembangan industri.
Pemkab sudah merencanakan akan membangun PLTA Kecamatan Seram Utara sudah 8 tahun
tapi belum kunjung terlaksana. Pernah ada program pembangunan mikro hidro namun kurang
perawatan akhirnya rusak, dan manfaat program listik Mikro hidro ini hanya menjangkau 2 km
saja di luar itu tidak bisa. Pembangunan jalan desa tidak dikelola oleh daerah tetapi oleh
Departemen PU yang dilaksanakan oleh kontraktor. Ada masalah dana DAK yang dinyatakan
untuk 9 tahun hanya untuk belum ada untuk SMP dan SMA, karena kabupaten SBB sangat perlu
pembangunan fisik sekolah untuk SMP dan SMA. Dinas pendidikan Kabupaten SBB sudah
mendapat dana block grant tetapi dana ini dikelola oleh provinsi dan tidak dikoordinasikan
dengan dinas pendidikan kabupaten. Seringkali muncul ada kegiatan pembangunan baru untuk
SMP dan SMA namun pembangunan itu tidak ada wujudnya. Dana‐dana pusatdekonsentrasi
langsung masuk ke sekolah‐sekolah tanpa koordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten.
Semua sekolah SD sudah ada di setiap dusundesa namun masih banyak kondisi desa tersebut
masih sulit dijangkau karena dibatasi oleh perbukitan dan pulau‐pulau. Pembangunan fisik
sekolah saja tidak cukup. Jumlah guru masih sangat kurang, yang ada sekarang adalah guru
bantu, guru PNS, guru kontrak. Jumlahnya masih sangat kurang guru 60 yang baru
tertampung. Satu guru meng‐handel 5 mata pelajaran atau 1 guru meng‐hendel murid dari kelas
1 sampai ke kelas 6. Sejak Tahun 2007 jumlah guru kontrak sangat kurang. SMK pertanian dan
perikanan di SBB meski sudah ada namun sangat kurang sarana pendukung praktek dan
kurangnya jumlah guru yang berkompetensi dimana guru yang ada hanya guru yang mengajar
umum saja. Banyak guru yang mau mengajar namun tidak memiliki persyaratan AKTA 4. Oleh
karena universitas Patimura belum terakreditasi untuk mengeluarkan AKTA 4 maka perlu
dukungan universitas ujung pandang atau universitas berkompetensi di Jakarta. Ada masalah
dengan dana dekonsentrasi dari Depdiknas langsung masuk ke sekolah‐sekolah tidak banyak
berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten, yang menjadi masalah ketika Depdiknas
BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
33
menghadapi masalah terhadap sekolah‐sekolah tersebut baru Dinas Pendidikan kabupaten
diberitahu. Terjadi tumpang tindih pembangunan pendidikan dimana depdiknas hanya
berkoordinasi dengan provinsi namun pusat kurang berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan di
Kabupaten. APBD kabupaten hanya bisa untuk kegiatan pendampingan. Keterbatasan APBD
Kabupaten SBB menyebabkan mutu pendidikan masih rendah sehingga perlu dukungan pusat.
5.
Pembangunan sarana prasarana ekonomi :
Teknologi pengolahan produk perkebunan masih tradisional, sehingga kualitas dan kuantitas
produk perkebunan tidak maksimal. Gudang penyimpanan hasil untuk mendukung penanganan
pasca panen sangat kurang, sehingga produk sulit disimpan dan akhirnya dijual dengan harga
yang murah. Sarana prasarana perikanan tangkap masih kurang karena sulitnya akses
permodalan. 6.
Tanggapan SKPD terhadap dokumen RAD PDT :
Tidak ada landasan terhadap dokumen RAD agar diakui oleh KementerianLembaga dan SKPD.
Cara untuk menyusun RAD itu bermasalah. RAD PDT tidak menjadi acuan bagi SKPD. RAD PDT
belum menjadi acuan bagi KL dalam mendorong pembangunan di PDT. Terdapat perbedaaan
nomenklatur antara Renja SKPD dengan bahasa‐bahasa prioritas program yang terdapat di
dalam RAD.
Disamping permasalahan, berdasarkan hasil FGD, wawancara dan pengamatan kondisi lapang, juga
dihimpun sejumlah kemajuan yang didapatkan oleh SKPD di Kabupaten SBB, antara lain :
1. Sudah ada program pendidikan gratis mulai Tahun 2009 dengan pembiayaan dari APBD
Kabupaten sebesar 11 Milyar.
2. Di setiap dusundesa sudah memiliki SD meskipun dengan kondisi wilayah yang sulit karena
dibatasi oleh perbukitan dan pulau‐pulau, sehingga kondisi infrastruktur di bagian pedalaman
dan pulau‐pulau kecil masih sangat kurang.
3. Sudah ada SMK perikanan dan SMK Pertanian meski peralatan sekolah sangat terbatas.
4. SKPD merasa adanya bantuan langsung ke masyarakat cukup banyak memberikan kemajuan
bagi daerah tertinggal.
5. Program pemberdayaan sudah banyak dilakukan meski belum banyak berdampak nyata pada
peningkatan ekonomi SBB. Pembinaan pelatihan pengelolaan potensi sumberdaya sudah
dilakukan langsung untuk masyarakat. Ada bantuan dana DKP untuk pembinaan pelatihan
sumberdaya masyarakat pesisir. Setiap tahun SBB mendapat 4 milyar namun belum tuntas. Dari
APBD dan DAK Kabupaten SBB sudah banyak dilakukan pembinaan budidaya rumput dengan
sasatan 2.500 ha, yang baru dimanfaatkan baru 200 .
6. Sudah ada sinergitas programkegiatan dari Kementerian Koperasi dan UKM melalui Dinas
Koperasi UKM kabupaten SBB yang mendukung STRADARAD PDT.
Sesuai dengan kerangka permasalahan PDT secara nasional menurut Kementerian PDT Tahun 2008
bahwa paling tidak ada 5 pokok masalah sbb :
a. Permasalahan aspek pengembangan ekonomi lokal yaitu keterbatasan pengelolaan sumber
daya lokal dan belum terintegrasinya dengan kawasan pusat pertumbuhan.
b. Permasalahan aspek pengembangan sumber daya manusia yaitu rendahnya kualitas sumber
daya manusia dalam mengelola berbagai bidang.
c. Permasalahan aspek kelembagaan, terutama rendahnya kemampuan kelembagaan aparat
pemda dan masyarakat.
d. Permasalahan aspek sarana dan prasarana transportasi darat, laut, dan udara, telekomunikasi,
dan energi, serta keterisolasian daerah.
e.
Permasalahan aspek karakteristik daerah terutama berkaitan dengan daerah rawan bencana
seperti masalah kekeringan, banjir, longsor, kebakaran hutan, gempa bumi, dll, serta rawan
konflik sosial.
BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
34
Berdasarkan ketentuan dari Kementerian PDT, STRADA PPDT ini merupakan dokumen perencanaan
pembangunan daerah tertinggal yang disusun dengan berpedoman pada prinsip‐prinsip dasar yaitu
pemihakan, percepatan, pemberdayaan, operasional dan partisipatif : 1 Pemihakan, artinya
program dan kegiatan yang dipilih diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat dan
wilayah yang relatif kurang beruntung dan masyarakatnya belum menerima pelayanan umum secara
memadai,
2 Percepatan, artinya program dan kegiatan bersifat inovatif guna memenuhi kebutuhan
masyarakat dan wilayah yang belum dapat dipenuhi melalui mekanisme, formula atau kebiasaan
yang ada dengan tetap pada koridor hukum yang berlaku, 3 Pemberdayaan, artinya program dan
kegiatan diadakan dalam rangka peningkatan kapasitas masyarakat dan aparatur agar lebih
berdayaguna
dalam setiap proses pembangunan, 4 Operasional, artinya program dan kegiatan
diselenggarakan dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat dan daerah
yang bersifat strategis. Dalam hal ini berdampak luas, baik dalam skala nasional maupun daerah, 5
Partisipatif, artinya program dan kegiatan direncanakan, dilaksanakan, didanai, dan dievaluasi
dengan melibatkan seluruh stakeholder masyarakat, pemerintah, dan swasta baik di daerah
ataupun di pusat secara proporsional.
Materi minimum tertera dalam dokumen Strategi Daerah Pembangunan Daerah Tertinggal meliputi :
a Kondisi daerah, yaitu menggambarkan kondisi geografis, administratif, ekonomi secara
menyeluruh, kependudukan, sosial dan budaya, sarana dan prasarana, politik, hukum dan
keamanan, b Potensi daerah, yaitu potensi‐potensi yang belum termanfaatkan yang dapat menjadi
modal pembangunan daerah tertinggal, c Faktor penyebab ketertinggalan, d Kebijakan dan
strategi, e program pembangunan dan kegiatan prioritas, disertai matrik rencana aksi tahun 2007‐
2009,
f Sumber pendanaan pembangunan daerah tertinggal dari kabupaten, provinsi, pusat, dan
swasta, g Daftar nama desa dan kecamatan tertinggal di kabupaten.
Untuk mengetahui sejauhmana keserasian atau kesesuaian atau ketepatan secara substansial
Rencana Aksi Daerah RAD PDT di Kabupaten Seram Bagian Barat, berikut dianalisis kaitan
permasalahan dengan Matriks Rencana Aksi Daerah yang telah disusun Tahun 2007 untuk
dilaksanakan di 2008, yang terbagi ke dalam 5 aspek yaitu aspek pengembangan ekonomi lokal,
pengembangan
sumber daya manusia, kelembagaan, sarana dan prasarana, dan karakteristik daerah
terutama berkaitan dengan daerah rawan bencana. Berikut penjelasannya.
Tabel
5.17 Analisis Keserasian Pokok Permasalahan Ketertinggalan Kabupaten Seram Bagian Barat dengan