BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL
16
bekerja pada sektor pertanian yakni 48,70 . Mata pencaharian lain yang cukup penting adalah
sektor
perdagangan 13,19, Industri Pengolahan 11,15 serta jasa 10.51.
C. Potensi
Kabupaten Gorontalo mempunyai potensi yang besar yang dapat dikembangkan, pertanian masih
menjadi andalan daerah ini, hasil utama pertanian didaerah ini berupa padi, jagung, tanaman
holtikultura, dan palawija. Produksi padi mampu menutupi seluruh kebutuhan konsumsi penduduk
Gorontalo. Jagung menadi andalan daerah ini yang selalu meramaikan perdagangan antar pulau
daerah bahkan ekspor. Pengembangan jagung menjadi sangat menarik mengingat keterkaitan
antara pertanian, industi, dan peternakan yanng sifatnya saling mendukung, produksi jagung akan
terserap oleh industri pakan ternak yanng saat ini masih memiliki peluang investasi sangat besar.
Keberadaan industri pakan ternak dengan bahan baku jagung akan sangat menguntungkan
pengembnagna peternakan terutama dengan program penggemukan ternak unggas seperti ayam,
permintaa pasar dari kalangan petani ternak cukup tinggi, belakangan kebutuhan makanan ternak
masih disuplai dari luar daerah. Untuk kegiatan perkebunan, hasil komoditi utama Gorontalo ini
meliputi kelapa dalam, kelapa hibrida, cengkeh, kopi robusta, tebu, dan jambu mete. Pertanian
menjadi motor penggerak kegiatan ekonomi yang masih sulit tergantikan oleh usaha lainnya,
keunggulan sektor pertanian ini membuat kegiatan industri pengolahan bergairah, sebab hampir
semmua bahan baku industri bersumber dari hasil pertanian. Dengan mengembangkan industri
pengolahan yang berbahan baku kelapa sebagai komoditi unggulan, kelapa belum dapat bermain
ditataran pasar regional apalagi ekspor. Hanya batang kelapa dan kopra saja yang mampu
dipasarkan, tidak kurang dari enam industi dengan bahan baku tanaman kelapa masih dapat
dikembangkan seperti industri minyak kelapa, industri arang tempurung kelapa, sabut kelapa,
tepung kelapa, dan karbon aktif. Peran industri pengolahan sebagai wahana untuk memberikan nilai
tambah menjadi nyata dan penting bagi Kabupaten Gorontalo, dengan kata lain tidakalah menjadi
berlebihan kalau Gorontalo berhasil mengembangkan perekonomian rakyat yang berbasisi
agroindustri. Perdagangan
tidak terpisah dalam mata rantai pertanian dan industri pengolahan. Kelancaran akses transportasi
dan komunikasi ke luar daerah secara tidak langsung juga memberikan pengaruh positif terhadap
perkembangan potensi daerah ini, infrastruktur yang memadai mempermudah arus barang dan
jasa sehingga mempercepat perwujudan Gorontalo sebagai kawasan industri. Daerah ini juga telah
memiliki berbagai sarana dan prasarana pendukung diantaranya telah terdapat Bandara Djalaludin.
D. Faktor Penyebab Ketertinggalan
Dari berbagai rumusan yang menyebabkan ketertinggalan dan keterbelakangan suatu kecamatan
dan desa di Kabupaten Gorontalo dapat dikategorikan secara detail sebagai bagian dari daerah
tertinggal, karena beberapa faktor penyebab antara lain:
1. Geografis. Umumnya secara geografis daerah Kecamatan dan desa tertinggal relatif sulit
dijangkau karena letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitanpegunungan, kepulauan, pesisir,
dan pulau‐pulau terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya sehingga sulit dijangkau
oleh jaringan baik transportasi maupun media komunikasi.
2. Sumberdaya Alam. Beberapa daerah Kecamatan dan desa tertinggal tidak memiliki potensi
sumberdaya alam, daerah kecamatan dan desa yang memiliki sumberdaya alam yang besar
namun lingkungan sekitarnya merupakan daerah yang dilindungi atau tidak dapat dieksploitasi,
dan daerah tertinggal akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan.
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL
17
3.
Sumberdaya Manusia. Pada umumnya masyarakat di daerah kecamatan dan desa tertinggal
mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta
kelembagaan adat yang belum berkembang.
4. Prasarana dan Sarana. Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air bersih,
irigasi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya yang menyebabkan masyarakat di daerah
kecamatan dan desa tertinggal tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas
ekonomi dan sosial.
5.
Daerah Rawan Bencana. Seringnya suatu daerah Kecamatan dan desa mengalami bencana
alam dapat menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi.
6. Kebijakan Pembangunan. Suatu Daerah Kecamatan dan desa menjadi tertinggal dapat
disebabkan oleh beberapa kebijakan yang tidak tepat seperti kurang memihak Pada
pembangunan daerah tertinggal, kesalahan pendekatan dan prioritas pembangunan, serta tidak
dilibatkannya kelembagaan masyarakat adat dalam perencanaan dan pembangunan.
E. Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal