Perbandingan Jumlah Usulan Kegiatan Antar Sektor dalam RAD PDT Kab. Seram Bagian

BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 16 Gambar 5.5 Perbandingan Usulan Program Prioritas PDT dalam RAD PDT terhadap Realisasi Sektoral di Tingkat Kab. Seram Bagian Barat Tahun 2008 Sumber : Hasil Analisis Jika disandingkan lima prioritas sasaran pembangunan daerah tertinggal dengan realisasi programkegiatan SKPD di Kabupaten SBB Tahun 2008 maka prioritas yang paling banyak jumlah usulannya dan yang paling banyak terealisasi adalah prioritas pengembangan sarana prasarana, sama halnya dengan yang terjadi di tingkat Provinsi Maluku. Meski berada pada posisi nomor dua, prioritas pengembangan ekonomi lokal jauh lebih rendah jumlah usulannya serta jumlah penyerapan anggarannya dibandingkan dengan prioritas pembangunan sarana dan prasarana. Sedangkan untuk prioritas pencegahan konflik dan rehabilitasi bencana, pengembangan kelembagaan dan sumberdaya manusia menempati urutan terendah dalam jumlah pengusulan program maupun dalam penyerapan realisasi anggarannya. Gambar

5.6 Perbandingan Jumlah Usulan Kegiatan Antar Sektor dalam RAD PDT Kab. Seram Bagian

Barat Tahun 2008 Sumber : Hasil Analisis Memperhatikan grafik tersebut, Dinas Kelautan dan Perikanan merupakan SKPD yang paling banyak jumlah rencana kegiatan di dalam RAD PPDT Kabupaten SBB Tahun 2008. Hal ini menandakan bahwa RAD PPDT Kab SBB sudah sesuai dengan upaya untuk memanfaatkan potensi sumberdaya alam utama di SBB yang 94 wilayahnya terdiri dari laut, yang artinya masa depan Kabupaten SBB tersebut sebenarnya terletak di laut. Nomor dua terbanyak adalah dari Kantor Kesbang dan infokom, yang diikuti oleh jumlah usulan Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan, Dinas Koperasi dan penanaman modal. Untuk Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi tidak banyak jumlah usulannya. Sementara ada Dinas yang tidak ada usulannya di dalam RAD PPDT Kabupaten SBB seperti Dinas Kehutanan, Dinas Perkebunan, Dinas BPMD, dan Dinas Pasar. Padahal Masalah BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 17 kehutanan merupakan salah satu masalah pokok penyebab ketertinggalan yang disebutkan di dalam STRADARAD PPDT. Adanya usulan Dinas Kehutanan yang tidak masuk ke dalam RAD PPDT Kabupaten SBB diduga dipengaruhi oleh adanya masalah koordinasi dalam proses penyusunan programkegiatan antara SKPD terkait dengan Tim Koordinasi di Kabupaten SBB. Masalah koordinasi penyusunan substansi rencana dan koordinasi proses pelaksanaan RAD PPDT akan dibahas pada sub bab berikutnya. Kesimpulan sementara ditemui dari hasil analisis realisasi SKPD terhadap RAD PPDT: Di Provinsi Maluku : • Pengusulan programkegiatan dalam RAD PPDT Provinsi Maluku sangat tidak berimbang karena lebih dibebankan pada APBN 97,54 sedangkan dari APBD Provinsi hanya 2,46 . Demikian juga hasil realisasi sebagian besar bersumber dari APBN 97,53 dan hanya 2,47 dari APBD Provinsi Maluku. Hal ini menunjukkan bahwa pembagian urusan antara pemerintah dengan pemerintah daerah belum berjalan sebagaimana mestinya seperti yang diamanatkan PP 38 Tahun 2007. • Realisasi didominasi oleh Dinas Perhubungan diikuti oleh Dinas PU. Artinya banyak SKPD yang tidak dapat melaksanakan kegiatannya seperti yang ada dalam RAD PPDT. • Terkait dengan lima prioritas program PPDT di tingkat Provinsi Maluku, prioritas yang paling banyak realisasinya dan paling banyak menyerap dana adalah pengembangan sarana prasarana, prioritas pengembangan ekonomi lokal urutan kedua, prioritas pengembangan SDM urutan ke tiga, prioritas pencegahan konflik dan keterisolasian urutan ke empat, dan prioritas pemberdayaan kelembagaan urutan terakhir. Di Kabupaten SBB : • Realisasi SKPD hanya 60 dari usulan RAD PPDT, dari APBN 42,73, APBD Provinsi 22,4, APBD Kabupaten SBB 34,87. Untuk Kabupaten SBB realisasi relatif cukup berimbang antara APBN dengan APBD provinsi dan APBD Kabupaten. • Terkait dengan lima prioritas program PPDT di tingkat Kabupaten SBB, prioritas yang paling banyak realisasinya dan paling banyak menyerap dana adalah pengembangan sarana prasarana, prioritas pengembangan ekonomi lokal urutan kedua, prioritas pencegahan konflik dan keterisolasian urutan ke tiga, prioritas pengembangan SDM urutan ke empat, dan prioritas pemberdayaan kelembagaan urutan terakhir. • Jumlah usulan paling dominan dalam RAD PPDT adalah dari Dinas Kelautan Perikanan, Dinas Infokom, Dinas Kesehatan, namun yang paling banyak terlaksana adalah dari Dinas Pendidikan, sedangkan Dinas Kelautan Perikanan dan dinas lainnya yang menempati urutan sesudahnya, dengan jumlah realisasi jauh lebih rendah. Dari sisi pelaksanaan programkegiatan yang terkait dengan pembangunan daerah tertinggal, kajian ini tidak hanya membahas programkegiatan yang ada dalam RAD PPDT tetapi juga mengungkapkan kondisi eksisting programkegiatan lainnya yang ada di wilayah studi, dimana di Kabupaten Seram Bagian Barat tidak hanya program rutinitas sektoral tertapi juga terdapat pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan pengentasa kemiskinan dari pemerintah pusat, Peace Through Development PTD untuk pembangunan daerah pasca koinflik, Program Pengembangan Daerah Tertinggal dan Khusus P2DTK, PD4DT. Kondisi Eksisting Realisasi ProgramKegiatan lainnya di Provinsi Maluku PNPM Mandiri Daerah Tertingal dan Khusus PNPM‐DTK Provinsi Maluku PNPM Mandiri Daerah Tertinggal dan Khusus PNPM DTK Provinsi Maluku adalah salah satu program pemerintah Indonesia untuk membantu pemerintah daerah dalam mempercepat pemulihan dan pertumbuhan sosial ekonomi daerah tertinggal dan khusus. Disamping itu program ini juga mempunyai beberapa tujuan khusus seperti: 1. Meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam memfasilitasi pembangunan partisipatif BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 18 2. Memberdayakan masyarakat dan lembaga‐lembaga masyarakat dalam perencanaan pembangunan partisipatif terutama dalam bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. 3. Melembagakan pelaksanaan pembangunan partisipatif untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sosial dasar, infratruktur, penguatan hukum, peningkatan kapasitas baik pemda maupun masyarakat, serta penciptaan iklim investasi dan usaha. 4. Memperbesar akses masyarakat terhadap keadilan. 5. Meningkatkan kemudahan hidup masyarakat terutama keluarga miskin melalui penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sosial ekonomi. Maluku yang dikenal sebagai propinsi seribu pulau menurut pemerintah dapat dikategorikan daerah yang memerlukan dukungan melalui program ini. Selain dikenal dengan kondisi daerah yang 80‐ nya adalah laut, ada juga pulau‐pulau yang berbatasan langsung dengan negara lain. Oleh sebab itu dari 9 kabupaten dan 2 kotamadya yang ada di propinsi Maluku, 5 kabupaten diantaranya yaitu Maluku Tenggara Barat, Maluku Tenggara, Seram Bagian Timur, Maluku Tengah dan Buru mendapat dana baik itu berupa Bantuan Langsung Masyarakat BLM dan Dana Operasional Kegiatan DOK atas kerjasama pemerintah Indonesia dan Bank Dunia. Kondisi Eksisting Realisasi ProgramKegiatan lainnya di Kabupaten SBB 1. P2DTK di Provinsi Maluku : Dari 2 kabupaten pada 31 Desember 2008 yaitu kabupaten Maluku Tengah dan kabupaten Maluku Tenggara Barat adalah sebagai berikut: ƒ Untuk Maluku Tengah telah dilakukan pencairan BLM Kabupaten untuk UPKD Infrastruktur sebesar Rp 552.630.600,‐ dan sisa yang belum dicairkan adalah Rp 2.064.869.400. ƒ Untuk Maluku Tenggara Barat telah dilakukan pencairan DOK Kabupaten dan DOK Kecamatan sebesar Rp 218.340.000,‐ dengan sisa DOK Kecamatan yang belum dicairkan sebesar Rp 152.860.000,‐. Sedangkan BLM Kecamatan yang telah dicairkan adalah sebesar Rp 2.778.000.000,‐ dan sisa yang belum dicairkan adalah Rp 1.766.800.000,‐. Mediasi dan Penguatan Hukum Masyarakat MPHM adalah salah satu lembaga yang disandingkan dengan PNPM Mandiri DTK dan mempunyai struktur organisasi sendiri diluar struktur konsultan manajemen secara keseluruhan. Tujuan lembaga ini adalah melakukan penguatan kepada masyarakat di lokasi program agar dapat menangani berbagai sengketa dan masalah hukum berdasarkan kemampuan mereka sendiri sebagai faktor pendukung pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat, meningkatkan stabilitas dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat. Selain itu MPHM juga mempunyai tujuan khusus : a. Meningkatkan kapasitas lokal baik lembaga maupun perorangan ditingkat masyarakat dalam mengelola sengketakonflik secara terbuka, independen dan adil. b. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga hukum. c. Memperbesar akses masyarakat terhadap institusi dan aparatpenegak hukum. d. Membantu fasilitasi penyelesaian sengketa yang menyangkut kepentingan masyarakat melalui penyelesaian sengketa alternatif. Penyerapan dan Alokasi Dana : Berikut adalah rekapitulasi penyerapan dana BLM PNPM Mandiri DTK di tingkat provinsi Maluku per 31 Desember 2008: ƒ TA 2007 dengan alokasi dana Rp 31.500.000.000 yang terserap adalah Rp 25.000.000.000 74,92 . ƒ TA 2008 dengan alokasi dana Rp 26.844.000.000 yang terserap adalah Rp 20.963.500.000 73,36 . ƒ Sedangkan untuk penyerapan dana operasional kegiatan DOK per 31 Desember 2008 adalah: ƒ TA 2007 dengan alokasi dana Rp 8.814.500.000 penyerapannya adalah Rp 8.409.100.000 95,14 . BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 19 ƒ TA 2008 dengan alokasi dana Rp 8.238.000.000 penyerapannya adalah Rp Rp 8.176.800.000 99,26 . Untuk Tahun 2009 Propinsi Maluku mendapat alokasi dana sebesar Rp 36.156.000.000 untuk BLM dan Rp 11.661.600.000 untuk DOK. 2. Bentuk intervensi kebijakan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal di Kabupaten Seram Bagian Barat dari Tahun 2006 hingga Tahun 2009 a. Program Percepatan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Daerah Tertinggal P2IPDT : Tahun 2006 : ƒ Kegiatan Pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS, lokasi di Kecamatan Taniwel 126 unit yaitu di Desa Lohia Sapalewa 42 unit, Desa Nuniary Gunung 39 unit, Desa Rumahsoal 45 unit, dengan dana pendamping dari Pemkab SBB sebesar Rp 75.790.000. Tahun 2007 : ƒ Kegiatan Pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS, lokasi di Kecamatan Taniwel 133 unit yaitu di Desa Lohia Sapalewa 12 unit, Desa Laturake 45 unit, Desa Wakolol 45 unit, dan Desa Patahue 31 unit dengan dana pendamping dari Pemkab SBB sebesar Rp 149.440.000. Tahun 2008 : ƒ Kegiatan Pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya PLTS, lokasi di Kecamatan Kairatu 110 unit yaitu di Desa Manusa 60 unit, Desa Rambatu 50 unit, Desa Wakolo 45 unit, dan Desa Patahue 31 unit dengan dana pendamping dari Pemkab SBB sebesar Rp 179.150.000. b. Program Percepatan Pembangunan Pusat petrumbuhan Daerah Tertinggal P4DT : Tahun 2008 : Kegiatan Sarana Pengembangan Produksi Rumput Laut, lokasi di Kecamatan Seram Barat Desa Wael, untuk seluas 7,5 ha untuk 5 kelompok tani, sebesar Rp 179.150.000, namun tidak ada dana pendamping dari Pemkab SBB. c. Program Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal P2KPDT : Tahun 2009 : Kegiatan Sarana Pengembangan Produksi Rumput Laut, lokasi di Kecamatan Seram Barat Desa Pulau Osi seluas 7,5 ha dengan dana pendamping dari Pemkab SBB sebesar Rp 364.640.000. d. Program Pemulihan Wilayah Pasca Konflik P2WPK : Tahun 2009 : Kegiatan Modal Usaha Kelompok Produktif Ketel, Minyak Kayu Putih dan Kios Bangunan Pokok, di lokasi Kecamatan Seram Barat di Desa Piru Rp 100 juta dan Desa Kaibobu Rp 100 Juta dan Kecamatan Taniwel di Desa Taniwel Rp 100 juta, Desa Wakolo Rp 100 juta dan Desa Nikulukan Rp 100 Juta. e. Peningkatan Infrastruktur Ekonomi Tahun 2009 : Kegiatan Pengadaan Ketel Minyak Kayu Putih, lokasi di Kecamatan Seram Barat Desa Kotania 14 unit dan Desa Wael 14 unit, sebesar Rp 364.640.000, namun tidak ada dana pendamping dari Pemkab SBB. 3. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM‐MP dan PNPM‐PPK Tahun 2008 Kabupaten SBB juga mendapatkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan PNPM‐MP di empat kecamatan yaitu di Kairatu, Taniwel, Seram Barat, dan Huamual Belakang. Kegiatannya antara lain : sosialisasi, musyawarah desa MD sosialisasi, pelatihan KPMD, MMDD, MKP, MD perencanaan, Penulisan usulan desa oleh TPU, penyaluran dana simpan pinjam dari Bantuan Langsung Masyarakat BLM, pelaksanaan pekerjaan fisik, pembentukan tim pemelihara. Sementara itu program PNPM‐PPK yang mendapatkannnya BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 20 adalah Kecamatan Huamual Belakang. Kegiatan PNPM‐PPK ini antara lain : sosialisasi perencanaan, pelayihan TPU,, pelatihan KPMD, pembentukan dan pelatihan Tim Verifikasi, pelatihan TPK, pelaksanaan pekerjaan fisik, penyaluran dana bantuan melalui Musyawarah Desa Serah Terima, Bantuan pembangunan sarana pendidikan, pembangunan sarana air bersih sumur bor. Berikut disampaikan alokasi dana untuk PNPM‐MP Tahun 2008 di Kabupaten SBB. Tabel 5.9 Alokasi Dana Per Kegiatan Berdasarkan SPC, PNPM‐MP Tahun 2008 di Kab. SBB No Kecamatan Usulan Kegiatan Rp Total Rp SPP Sarana Prasarana Pendidikan 1 Huamual Belakang 245.660.000 2.248.000.000 256.340.000 2.750.000.000 2 Seram Barat 90.000.000 886.007.500 23.992.500 1.000.000.000 3 Kairatu 401.150.000 2.174.914.000 423.936.000 3.000.000.000 4 Taniwel 700.000.000 1.693.963.000 606.037.000 3.000.000.000 Jumlah Dana Rp 1.436.810.000 7.002.884.500 1.310.305.000 9.750.000.000 Sumber : Laporan Program Tim Koordinasi PNPM‐MP Kabupaten SBB, 2009. Alokasi dana dari Pemerintah ke Kabupaten SBB juga disertai oleh pemberian bantuan sebagai dana sharing dari Pemkab SBB. Pemkab SBB Tahun 2008 dalam melaksanakan kegiatan PNPM‐ PPK turut menyalurkan dana sharing yaitu untuk beberapa kecamatan : Kecamatan Seram Barat Rp 200 jt, Kecamatan Huamual Belakang Rp 550 Jt, Kecamatan Kairatu Rp 600 jt, Kecamatan Taniwel Rp 600 jt. Sedangkan untuk PNPM‐MP, Pemkab mengeluarkan dana sharing Tahun 2009 untuk kecamatan Kairatu Rp 400 jt, Kecamatan Hunitetu Rp 400 jt, Kecamatan Taniwel Rp 180 jt, Kecamatan Seram Barat Rp 400 jt, Kecamatan Huamual Rp 600 jt, Kecamatan Waisala Rp 400 jt, Kecamatan Pulau Panipa Rp 400 jt. Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan tentang realisasi programkegiatan yang terkait dengan Pembangunan Daerah Tertinggal di Kabupaten SBB yang bersifat multi sumber pembiayaan dan multi pelaku, adalah : 1. Realisasi programkegiatan SKPD di Kabupaten SBB yang dapat dimonitor dengan menggunakan RAD PPDT Kabupaten SBB Tahun 2008, relatif cukup sesuai dengan upaya untuk memanfaatkan potensi sumberdaya alam utama di SBB yang 94 wilayahnya terdiri dari laut, yang artinya masa depan Kabupaten SBB tersebut sebenarnya terletak di laut, dan hal ini sudah diupayakan di dalam RAD meski masih banyak terdapat kelemahan dalam menyusun skala prioritas programkegiatan, pentahapan pelaksanaan, penentuan target indikator output dan outcame, yang terkait dengan pengentasan faktor‐faktor ketertinggalan SBB. 2. Tidak terdapat perbedaaan yang mencolok antara jumlah dana APBN dengan APBD Kabupaten SBB, karena relatif sudah agak berimbang antara jumlah realisasi programkegiatan yang dibiayai APBN dengan realisasi dari APBD Kabupaten SBB, meski tetap terlihat bahwa jumlah APBN paling banyak berkontribusi di Kabupaten SBB tersebut. 3. Penekanan yang terlihat konsisten dalam realisasi oleh Pemkab SBB terkait RAD PPDT Kabupaten SBB Tahun 2008 adalah sektor pendidikan, karena usulan terbanyak adalah dari sektor ini, dan dinas ini ternyata juga menempati urutan tertinggi dalam realisasipenyerapan anggaran terbanyak dibandingkan dengan SKPD lainnya. Meski jumlah anggaran realisasinya jauh lebih kecil dibandingkan Dinas Pendidikan, Dinas Kelautan dan Perikanan dan Dinas Kesehatan, terlihat relatif konsisten dalam realisasi. Sedangkan sektor lainnya banyak yang belum konsisten dalam merealisasikan usulannya. 4. Realisasi programkegiatan SKPD Tahun 2008 dilihat dari lima prioritas sasaran pembangunan daerah tertinggal, yang paling banyak jumlah usulannya dan yang paling banyak terealisasi adalah jenis prioritas pengembangan sarana prasarana, dan diikuti oleh prioritas pengembangan ekonomi lokal. Sedangkan untuk prioritas PDT lainnya yang realisasi programkegiatan relatif rendah adalah pada jenis prioritas pengembangan kelembagaan, pemberdayaan SDM, pencegahan konflik dan rehabilitasi pasca bencana. 5. Alokasi dana dari Pemerintah ke Kabupaten SBB ternyata juga disertai oleh pemberian bantuan sebagai dana sharing dari Pemkab SBB. 6. Meski terlihat belum terpadu antara RAD PPDT Kabupaten SBB dengan sejumlah program pengentasan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan dari Pemerintah, namun sebenarnya upaya Pemkab untuk meningkatkan realisasi dalam rangka PPDT di SBB cukup banyak didukung oleh realisasi dari BAB V ANALISIS KESERASIAN DAN KETERPADUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL 21 programkegiatan intervensi langsung dari Pemerintah berupa bantuan seperti : a program PNPM‐Mandiri Perdesaan, PNPM‐PPK, dan pengentasan kemiskinan dari Menko Kesra, b program dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal berupa : 1 Program Percepatan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Daerah Tertinggal P2IPDT, 2 Program Percepatan Pembangunan Pusat petrumbuhan Daerah Tertinggal P4DT, 3 Program Percepatan Pembangunan Kawasan Produksi Daerah Tertinggal P2KPDT, 4 Program Pemulihan Wilayah Pasca Konflik P2WPK, 5 Peningkatan Infrastruktur Ekonomi. 7. Adanya kelemahan yang ditunjukkan dari hasil realisasi programkegiatan seperti kurangnya konsistensi realisasi usulan oleh banyak SKPD di Kabupaten SBB, kurangnya pelaksanaan prioritas PDT di bidang pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan SDM, adanya ketidakterpaduan program ‐program sangat terkait dengan kondisi yang dihadapi oleh SKPD selama proses penyusunan substansi rencana dan proses koordinasi pelaksanaan rencana tersebut. Untuk mengetahui sejauhmana korelasi antara hasil realisasi dengan proses penyusunan substansi dan pelaksanaan rencana tersebut, berikut ini akan ditelaah lebih lanjut mengenai proses penyusunan substansi rencana dan selama proses koordinasi pelaksanaan rencana dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal di beberapa wilayah studi sebagai berikut ini.

5.2. Proses Perencanaan Rencana Aksi Daerah Percepatan