BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN DAN LITERATUR
16
menegaskan bahwa struktur birokrasi yang terfragmentasi dapat meningkatkan kegagalan
komunikasi. Fragmentasi birokrasi akan membatasi kemampuan para pejabat puncak untuk
mengkoordinasikan semua sumberdaya yang relevan dalam suatu yurisdiksi tertentu.
EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK
Evaluasi kebijakan merupakan kegiatan untuk menilai atau melihat keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan suatu kebijakan publik. Evaluasi diartikan juga sebagai kegiatan pemberian nilai atas
sesuatu fenomena yang di dalamnya terkandung pertimbangan nilai tertentu Mustofadijaja,
2002:45. Dalam konteks kebijakan publik, fenomena yang dinilai adalah tujuan , sasaran kebijakan,
kelompok sasaran, instrumen kebijakan yang digunakan, responsi lingkungan kebijakan, kinerja yang
dicapai, dampak yang terjadi, dan sebagainya. Muhadjir 1996 menambahkan, evaluasi kebijakan
publik merupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat
membuahkan hasil, yaitu dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan
danatau target kebikakan publik yang ditentukan. Dapat dikatakan pula, evaluasi digunakan untuk
melihat apakah proses pelaksanaan kebijakan telah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teknis yang
telah ditentukan.
Mustopadidjaja 2002 menambahkan, evaluasi kebijakan dapat dilakukan pada tahap pemantauan
pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.
Evaluasi kinerja pada pemantauan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dini mengenai
perkembangan pelaksanaan kebijakan pada saat tertntu untuk mengetahui hal‐hal yang
perlu diperbaiki agar rumusan kebijakan lebih tepat, pelaksanaan kebijakan berjalan baik,
dan tujuan kebijakan dapat dicapai. Evaluasi kinerja dalam rangka pengawasan dilakukan untuk mendapatkan informasi objektif
tingkat capaian pelaksanaan kebijakan pada saat tertentu untuk mengetahui penyimpangan
pelaksanaan kebijakan.
Evaluasi kinerja tahap pertanggungjawaban dilakukan untuk mendapatkan analisis objektif perkembangan
pelaksanaan, penyesuaian yang dilakukan, serta penilaian tingkat capaian kiner
dalam jangka waktu tertentu. Weiss
1972 menyimpulkan bahwa dalam mengevaluasi kebijakan publik, terdapat beberapa unsur penting,
yaitu : 1.
Untuk mengukur dampak berdasarkan metodologi riset yang digunakan. 2.
Dampak tadi menekankan pada suatu hasil dari efisiensi, kejujuran, moral yang melekat pada
aturan‐aturan atau standar. 3.
Perbandingan antara dampak dengan tujuan dengan menekankan pada penggunaan kriteria yang
jelas dalam menilai bagaimana suatu kebijakan telah dilaksanakan dengan baik. 4.
Memberikan kontribusi pada pembuatan keputusan selanjutnya dan perbaikan kebijakan pada
masa mendatang. Berdasarkan
konsep mengenai analisis kebijakan publik di atas, maka dalam kerangka kajian ini yang dimaksud
dengan kebijakan publik adalah kebijakan pembangunan daerah tertinggal yang disusun untuk
memecahkan masalah‐masalah ketertinggalan daerah dan mengupayakan percepatan pembangunan
daerah tertinggal. Dalam kajian ini,
2.2.2. Evaluasi Kinerja Program Pembangunan
Kinerja merupakan gambaran tingkat pencapaian keberhasilankegagalan pelaksanaan kegiatan atau
organisasi dalam mewujudkan tujuan, sasaran, visi, danatau misi organisasi maupun kegiatan.
Untuk mengetahui seberapa jauh kinerja suatu kegiatan, program, ataupun organisasi dilaksanakan
dalam ra ngka mencapai tujuan yang diharapkan, diperlukan pengukuran terhadap kinerja tersebut.
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN DAN LITERATUR
17
Pengukuran kinerja merupakan suatu proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan
kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran, tujuan, visi, dan misi melalui hasil‐hasil yang ditampilkan
berupa produk, jasa, atau proses. Komponen yang terdapat dalam pengukuran kinerja meliputi : 1
Penetapan indikator kinerja, 2 Pencapaian kinerja, dan 3 Evaluasi kinerja.
Keberhasilan berbagai prorgam pembangunan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah sering
diukur dari sudut pandang masing‐masing stakeholder, seperti lembaga legislatif, instansi
pemerintah, LSM, masyarakat umum, dan sebagainya. Idealnya, penyusunan teknik pengukuran
kinerja pelaksanaan program pembngunan dilakukan melalui proses partisipasi yang transparan dari
berbagai pihak, sehingga diperoleh apa yang diharapkan oleh stakholder atas kinerja lembaga
tersebut. Penyusunan tersebut dapat dilakukan melalui kesepakatan besama dari stakeholder
kegiatan pengembangan Kawasan Strategis Nasional.
Pengukuran kinerja mencakup penetapan indikator kinerja, bobot masing‐masing indikator, dan
penetapan capaian indikator kinerja. Pengukuran kinerja setiap kegiatan dapat dilakukan melalui
pencapaian yang didasarkan kepada indikator‐indikatornya. Penetapan indikator kinerja merupakan
proses identifikasi dan klasifikasi indikator kinerja melalui sistem pengumpulan dan pengolahan data
informasi untuk menentukan kinerja kegiatan, program, dan kebijakan.
Pada dasarnya, indikator adalah sautu alat ukur yang menunjukkan suatu isu atau kondisi. Tujuannya
adalah menunjukkan seberapa jauh suatu sistem bekerja, baik sistem kegiatanprogram maupun
sistem organisasi. Indikator dapat membantu memahami dimana posisi pelaksanaan kegiatan atau
organisasi berada, ke arah mana berjalannya, dan seberapa jauh perjalanan ke arah yang
dikehendaki tujuan.
Indikator tidak dimaksudkan sebagai alat tunggal dalam evaluasi obyektif atas suatu keadaan. Yang
berlaku umum adalah dilakukannya pembatasan jumlah indikator untuk memperoleh gambaran
suatu keadaan yang ingin dinilai. Oleh karena itu, walaupun dinilai mengandung banyak kelemaham,
penggunaan indikator dalam jumlah terbatas lebih banyak diterima oleh banyak pihak. Dengan
jumlah indikator yang terbatas, maka perhatian lebih terarah pada tindakan‐tindakan yangd apat
dilakukan untuk mengubah besaran angka atau nilai indikator.
Pengembangan dan pemilihan indikator dapat dilakukan secara sederhana karena smeua angka atau
besaran yang dapat emnggambarkan keadaan daerah dapat digunakan sebagai indikator. Namun
demikian, perlu disadari bahwa pemilihan indikator terkait erat dengan persoalan yang terjadi di
suatu daerah dan yang dinilai perlu dipecahkan oleh dan bagi penduduk daerah itu. Pemilihan
indikator kemudian menjadi penting bagi tindakan lebih lanjut yang perlu diambil oleh pemerintah
daerah tersebut agar di masa datang terjani peningkatan nilai bagi daerah tersebut.
Indikator sangat bervariasi, bergantung pada tipe sistem yang dikendalikan. Namun demikian,
terdapat beberapa karakteristik yang sama terhadap indikator yang efektif, yaitu :
Specific detail dan jelas. Indikator kinerja yang disusun harus jelas agar tidak ada kemungkinan
kesalahan interpretasi. Measurable dapat diukur secara objektif. Indikator kinerja yang disusun harus
menggambarkan sesuatu yang jelas ukurannya. Kejelasan ukuran tersebut akan
menunjukkan tempat dan cara untuk mendapatkand ata pencapaian indikator tersebut.
Attributable bermakna. Indikator kinerja yang ditetapkan harus bermanfaat untuk kepentingan
pengambilan keputusan. Relevant sesuai. Indikator kinerja harus sesuai dengan ruang lingkup programkegiatan dan
dapat menggambarkan hubungan sebab‐akibat antar indikator.
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN DAN LITERATUR
18
Timely tepat waktu. Indikator kinerja yang disusun harus didukung oleh ketersediaan data yangd
apat diperoleh pada waktu yang tepat dan akuran, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
pengembalian keputusan pada saat yang dibutuhkan. Secara
mendasar, terdapat tiga fungsi utama indikator, yaitu a untuk mengukur, b untuk menyederhanakan,
dan c untuk menginformasikan perubahan. Penetapan indikator kinerja merupakan
proses identifikasi dan klasifikasi indiaktor kinerja melalui sistem pengumpulan dan pengolahan
data untuk menentukan kinerja kegiatan, program, dan kebijakan. Pada dasarnya, penetapan
indikator kinerja dapat dikelompokkan berdasarkan :
1. Indikator masukan input indicator
Yaitu suatu alat ukur yang dapat memberikan indikasi mengenai keseuaian dan ketepatan atas
penyediaan masukan input dalam suatu program atau kegiatan. Termasuk di dalam indikator
masukan adalah pelakuinstitusi pelaksana, kebijakan dan peraturan perundang‐undangan yang
mengatur program danatau kegiatan, serta sarana untuk mendukung pelaksanaan program
danatau kegiatan.
2. Indikator proses process indicator
Yaitu suatu alat ukur yang dapat memberikan indikasi mengenai proses pelaksanaan kegiatan.
Termasuk kinerja proses adalah menyangkut pengorganisasian pekerjaan; manajemen
pengelolaan dan pembagian wewenang; partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program dan
kegiatan; ketepatan pelaksanaan pekerjaan yang menyangkut sasaran, waktu, dan hasil program
atau kegiatan; dan sebagainya.
3. Indikator keluaran outpur indicator
Yaitu suatu alat ukur yang dapat memberikan indikasi mengenai kesesuaian dan ketepatan atas
keluaran dari suatu program atau kegiatan yang diharapkan.
4. Indikator hasil outcome indicator
Yaitu suatu alat ukur yang dapat meberikan indikasi mengenai ketepatan dan kesesuaian hasil
kegiatan dengan target program.
5. Indikator manfaat benefit indicator
Yaitu suatu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengindikasikan manfaat yang dapat
diperoleh dengan terlaksananya program danatau kegiatan oleh masyarakat.
6. Indikator dampak impact indicator
Yaitu suatu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengindikasikan adanya dampak positif
maupun negatif atas pelaksanaan program danatau kegiatan.
Indikator masukan, proses, dan keluaran dinilai sebelum kegiatan selesai dilaksanakan, sedangkan
indikator hasil, manfaat, dan dampak dinilai setelah kegaitan dilaksanakan. Penetapan indikator
tidak selalu harus menggunakan seluruh komponen indikator di atas, melainkan dapat menggunakan
hanya satu atau beberapa komponen indikator saja. Penetapannya ditentukan oleh kondisi dan
tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran kinerja program danatau kegiatan.
2.2.3. Logical Framework Analysis