BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL
17
3.
Sumberdaya Manusia. Pada umumnya masyarakat di daerah kecamatan dan desa tertinggal
mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta
kelembagaan adat yang belum berkembang.
4. Prasarana dan Sarana. Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air bersih,
irigasi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya yang menyebabkan masyarakat di daerah
kecamatan dan desa tertinggal tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas
ekonomi dan sosial.
5.
Daerah Rawan Bencana. Seringnya suatu daerah Kecamatan dan desa mengalami bencana
alam dapat menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi.
6. Kebijakan Pembangunan. Suatu Daerah Kecamatan dan desa menjadi tertinggal dapat
disebabkan oleh beberapa kebijakan yang tidak tepat seperti kurang memihak Pada
pembangunan daerah tertinggal, kesalahan pendekatan dan prioritas pembangunan, serta tidak
dilibatkannya kelembagaan masyarakat adat dalam perencanaan dan pembangunan.
E. Kebijakan Pembangunan Daerah Tertinggal
Visi Terwujudnya
Pemerintah Daerah yang bersih, demokratis, menjujung tinggi supremasi hukum demi terciptanya
masyarakat sejahtera, mandiri dan berkeadilan sosial. Misi
Untuk mewujudkan visi di atas, maka misi Pemerintah Kabupaten Gorontalo adalah:
1. Mewujudkan Pemerintahan Gorontalo yang bersih dan Demokratis
2. Mewujudkan Kabupaten Gorontalo yang sejahtera
3. Mewujudkan Kabupaten Gorontalo yang mandiri
Strategi Pokok Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
Terdapat tiga strategi pokok percepatan pembangunan daerah tertinggal yang ditempuh dalam
mewujudkan visi dan misi STRANAS PPDT. Tiga strategi pokok ini mencerminkan perhatian terhadap
pengembangan kapasitas penyelenggaraan pembangunan daerah, pengembangan sumberdaya lokal
yang memiliki kompetensi inti dalam menghadapi persaingan antar daerah, dan pengembangan
ekonomi berdasarkan jalur ganda yakni sekaligus berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan kesejahteraan masyarakat. Strategi pembangunan tersebut adalah:
1. Strategi Pengembangan Kebersamaan Dalam Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal yang
Berbasis pada Semangat Otonomi Daerah.
Strategi pengembangan kebersamaan ini dimaksudkan untuk rekonsiliasi berbagai kekuatan
yang mempengaruhi proses pembangunan di daerah tertinggal. Pengembangan kebersamaan
dimaksudkan pula terjadi dalam seluruh proses pembangunan daerah yang meliputi proses
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban pembangunan daerah
tertinggal. Kebersamaan dalam seluruh proses pembanguna daerah ini diharapkan dapat meacu
terjadinya tanggungjawab bersama dalam pembangunan daerah tertinggal sehingga
kesejahteraan yang tercipta dapat membawa maslahat bersama bagi masyarakat di daerah
tertinggal. Dengan demikian apabila komponen lokal, regional, pemerintah, swasta dan
masyarakat mampu membangun kebersamaan melalui mekanisme yang disediakan dalam
penyelenggaraan otonomi daerah maka hal tersebut sudah menajdi satu tahapan keberhasilan
membangun kapasitas penyelenggaraan otonomio daerah berbasis lokal. Kapasitas ini tentu
merupakan modal yang sangat berharga bagi keberhasilan pelaksanaan strategi berikutnya. Pada
saat yang sama, lemahnya kapasitas pembangunan daerah juga berarti akan berkontribusi kuat
pada kegagalan pelaksanaan strategi berikutnya. Oleh karena itu, penekanan pada strategi
pertama ini pelu dilakukan secara sungguh‐sungguh oleh penyelenggaran pemerintahan daerah
di daerah tertinggal.
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL
18
2. Strategi Pengembangan Potensi Lokal Yang Berdaya Saing Secara Berkelanjutan
Dalam era otonomi daerah terdapat peluang untuk mengembangkan daerah masing‐masing
berdasarkan prakarsa dan aspirasi masyarakat setempat dengan mempertimbangkan kondisi
potensi lokal setempat. Peluang seperti ini pada akhirnya memunculkan kompetisi antar daerah
untuk mencapai kepuasan optimum dalam pembanguan daerah. Kepuasan optimum ini
merupakan nilai‐nilai ideal yang paling dikehendaki oleh masyarakat sebut daerah otonom.
Karena setiap daerah otonom memiliki preferensi nilai yang berbeda serta sumberdaya yang
terbatas maka kompetisi antar daerah menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari. Dengan
adanya kompetisi ini maka akan muncul sebuah daerah yanbg memenangkan kompetisi dengan
merebut sebagian besar sumberdaya luar daerah yang tersedia dan akan muncul pula sebuah
daerah yang tampil kurang menyakinkan sehingga gagal merebut sebagian besar sumberdaya
luar yang tersedia.
Untuk memenangkan kompetisi antar daerah maka daerah harus mendayagunakan potensi
lokalnya masing‐masing. Potensi lokal ini ada yang bersifat kompetitif yaitu jika potensi yang
sama tersebut juga dimiliki oleh daerah lain, sehingga untuk memenangkan kompetisi harus
bersaing dengan daerah lainnya. Dan potensi lokal juga ada yang bersifat komparatif yaitu jika
potensi tersebut tidak atau jarang sekali dimiliki oleh daerah lainnya.
Potensi lokal yang berseifat kompetitif dan komparatif merupakan potensi yang harus
dikembangkan untuk mencapai kemakmuran bersama. Eksplorasi dan ekploitasi potensi lokal ini
perlu dilakukan secara bersungguh‐sungguh guna meperoleh daya saing yang tinggi jika
berhadapan dengan daerah lainnya. Menjadi daya tarik investor merlupakan hasil dari
kemampuan pemerinah daerah dalam mengkonfigurasi kebijakannya hingga memiliki nilai yang
kompetitif bagi investor. Pengelolaan potensi lokal melalui konfigurasi kebijakan pemerintah ini
merupakan isu strategis didalam pemacu percepatanpembanguan daerah tertinggal.
3. Strategi Jalur Ganda dual track strategy
Strategi jalur ganda adalah penggunaan strategi pertumbuhan ekonomi secara bersamaan
dengan penggunaan strategi pemerataan pembangunan. Strategi ini berarti menggabungkan
dua strategi konvensional tersebut dengan upaya mencapai hasil gabungan dari dua strategi
tersebut. Penggunaan
strategi jalur ganda dimaksudkan untuk mencapai kemakmuran yang berkeadilan dengan
pemenuhan hak‐hak dasar masyarakat dan pemerataan hasil pembangunan dan dengan tanpa
mengabaikan penguatan landasan pembangunan ekonomi. Penggunaan
strategi pertumbuhan ekonomi semata yang dicirikan dengan naiknya PDRB Produk
Domestik Regional Bruto dan pendapatan per kapita, akhirnya memunculkan ketimpangan
antar wilayah dan antar penduduk karena gaganya asumsi tricle down effect sebagai
mekanisme pemerataan dalam strategi pertumbuhan ekonomi. Dimasa
depan, penggunaan strategi tunggal pertumbuhan ekonomi telah ditinggalkan karena telah
mengabaikan aspek keadilan dan pemenuhan hak‐hak dasar rakyat, baik dalam bidang sosioal,
ekonomi maupun politik. Namun
demikian, stragei pertumbuhan ekonomi tetap dipergunakan untuk memperbesar “kue” ekonomi
namun harus dilaksanakan secara berkualitas dengan memperhatikan pemerataan dan pemenuhan
hak‐hak dasar rakyat. Oleh karena itulah diperlukan keberpihakan pemerintah terhadap
daerah tertinggal. 4.
Strategi Sinergitas Kebijakan Pembangunan
daerah tertinggal melibatkan banyak sektor dan tingkatan pemerintah, untuk itu kebutuhan
koordinasi, sinkronisasi menuju sinergi kebijakan menjadi satu kebutuhan agar percepatan
pembangunan daerah tertinggal tercapai. Selama
ini sektor belum sepenuhnya terkoordinasi dan terpadu dalam melaksanakan programnya
dibidang pembangunan daerah tertinggal. Terwujudnya intergrasi dan sinergi antara
beberapa kebijakan, program dan kegiatan yang bermuara pada kemakmuran rakyat di daerah
tertinggal harus menjadi orientasi sinergi kebijakan.
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL
19
Sehubungan dengan itu perlu keterikatan, ketergantungan, dan saling menunjang dalam
kerangka sistem percepatan pembangunan daerah tertinggal. Dengan demikian pendekatan
parsial atau sektoral tidak menjadi pendekatan tunggal, kedepan dibutuhkan suatu formasi
bersama antara kebijakan, program dan kegiatan dari berbagai sekotr untuk mencapai
optimalisasi nilai pembangunan di daerah tertinggal.
Untuk itulah maka perumusan kebijakan, koordinasi pelaksanaan kebijakan dan operasional
kebijakan merupakan mata rantai untuk menjamin adanya sinergi antara kebijakan
pemberdayaan masyarakat, infrastruktur dan pengembangan ekonomi lokal. Harapan akhirnya
nilai pembangunan daerah tertinggal dapat memberikan nilai tambah atas sumberdaya manusia
dan sumberdaya alam.
Prioritas Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
Untuk mengimplementasikan kebijhakan pembangunan daerah tertinggal khususnya pada desa‐desa
tertinggal secara terpadu dan tepat sasaran serta tepat kegiatan, maka diperlukan prioritas yang
diarahkan untuk menyelesaikan persoalan‐persoalan mendasar yang dihadapi oleh semua daerah
tertinggal. Prioritas percepatan pembangunan desa tertinggal tersebut adalah:
1. Pengembangan Ekonomi Lokal
Prioritas ini diarahkan untuk mengembangkan ekonomi daerah tertinggal dengan didasarkan
pada pendayagunaan potensi sumberdaya lokal sumberdaya manusia, sumberdaya
kelembagaan serta sumberdaya fisik yang dimiliki masing‐masing darah. Fokus percepatan
pengembangan ekonomi lokal adalah: 1 kemampuan dan keterampilan masyarakat; 2
modal sosial yang ada dalam masyarakat; 3 tumbunya pusat kegiatan ekonomi baru dengan
memperhatikan produk andalan daerah; 4 akses masyarakat dan usaha mikro, kecil dan
menengah kepada permodalan, pasar, informasi dan teknologi; 5 keterkaitan kegiatan
ekonomi di daerah tertinggal dengan pusat‐pusat pertumbuhan; 6 kerjasama dan keterkaitan
kegiatan ekonomi antardaerah dalam kegiatan ekonomi lokal; dan 7 penguatan dan
penataan kelembagaan pemerintah daerah dan masyarakat.
2. Pemberdayaan Masyarakat
Prioritas ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berperan aktif
didalam mengatasi ketertinggalannya dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain
dibidang kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan pembangunan regional. Pemberdayaan
masyarakat pada pengembangan kemampuan atau kapasitas dan kapabilitas, pengembangan
peluang dan pengelolaan modal sosial lokal akan difokuskan pada 1 pementuhan kebutuhan
sosial dasar masyarakat; 2 kemampuan dan keterampilan masyarakat; 3 pengelopokan
permukiman untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyediaan pelayanan umum,
khususnya untuk komunitas adat terpencil; dan 4 kepastian hukum hak atas tanah kepada
masyarakat melalui penegakan hukum pertanahan yang adil dan transparan secara konsisten
yang kesemuanya digerakkan untuk pengembangan ekonomi lokal.
3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
Prioritas ini diarahkan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia
pemerintah dan masyarakat di daerah tertinggal. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan
sumberdaya manusia ini untuk memberikan dukungan strategi pengembangan ekonomi lokal,
pemberdayaan masyarakat dan pengembangan prasarana dan sarana.
4. Pengurangan Keterisolasian Daerah
Prioritas ini diarahkan untuk membuka keterisolasian daerah tertinggal agar mempunyai
keterkaitan dengan daerah maju, meningkatkan mobilisasi masyarakat, modal dan faktor‐
faktor produksi lainnya guna menunjang pengembangan ekonomi lokal. Program
pengembangan prasarana dan sarana akan difokuskan pada 1 pengembangan prasarana dan
sarana sosial dasar, terutama bidang pendidikan dan kesehatan; 2 meningkatkan
ketersediaan prasarana dan sarana ekonomi antara lain melalui skim uso univesal service
obligation untuk telekomunikasi, keperintisan untuk trasnportasi dan listrik masuk desa; 3
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL
20
menyerasikan sistem transportasi di daerah tertinggal kedalam satu kesatuan sistem yang
terpadu dengan daerah maju; 4 memperluas jaringan informasi dan teknologi; dan 5
mengembangkan prasarana perdesaan khususnya prasarana pertanian dan transportasi
penghubung dengan kawasan perkotaan.
5. Penanganan Karakteristik Khusus Daerah
Prioritas ini diarahkan untuk mengurangi resiko dan memulihkan dampak kerusakan yang
diakibatkan oleh konflik dan bencana alam. Fokus mitigasi pencegahan dan rehabilitasi
bencana adalah 1 rehabilitasi sarana dan prasaranan sosial‐ekonomi yang rusak akibat
bencana; 2 percepatan proses rekonsiliasi antara masyarakat yang terlibat konflik dan
pemulihan mental masyarakat akibat trauma konflik; 3 peningkatan rasa saling percaya dan
harmoni antar kelompok; 4 sosialisasi penerapan spesifikasi sistem deteksi dini terjadinya
bencana. Fokus pengembangan daerah perbatasan adalah: 1 memfasilitasi dan memotivasi
pemerintah daerah untuk menjadikan wilayahnya sebagai beranda depan negara dengan
mengembangkan pusat pertumbuhan ekonomi; 2 meningkatkan kapasitas daerah
perbatasan sebagai koridor peningkatan ekspor dan perolehan devisa 3 menyusun rencana
strategis pengembangan wilayah perbatasan; dan 4 mengembangkan wawasan kebangsaan
masyarakat. Dalam
RAD PPDT Kabupaten Gorontalo, dana yang diperlukan untuk percepatan pembangunan daerah
tertinggal tahun 2008 sebesar Rp 848.144.175.000,‐. Dana ini sebagian besar 59,62 bersumber
dari APBN, sisanya APBD Provinsi sebesar 32,13, dan APBD Kabupaten hanya 8,25.
Tabel 4.6 Usulan Dana dalam RAD PPDT Kabupaten Gorontalo Tahun 2008
No Aspek
Jumlah Rp
000 Sumber Pembiayaan Rp 000
APBN APBD Prov
APBD Kab
1 Pengembangan
Ekonomi Lokal 176,233,450
11,931,500 156,770,250
7,531,700 2
Pemberdayaan Masyarakat
142,865,475 84,990,000
38,715,500 19,159,975 3
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
999,000 11,931,500
156,770,250 999,000
4 Pengurangan
Keterisolasian Daerah 511,396,250
1,023,300,500 714,939,750 143,399,850
5 Penanggulangan
Karakteristik Khusus Daerah
16,650,000 ‐
13,150,000 3,500,000
TOTAL 848,144,175
505,684,500 272,509,750
69,949,925
Sumber : RAD PPDT Kabupaten Gorontalo, 2008
4.2.4. Kabupaten Seram Bagian Barat