Sasaran 1.
2. 3.
4. 5.
Berdasa Nasiona
dalam p
permasa pemban
Rencana kemudia
berkaita Di
tingka Daerah
kabupat penyusu
tingkat p
Gambar
jangka men
Berkurangny Menurunnya
masyarakat Berkurangny
tertinggal se
Meningkatn pendapatan
Tercapainya alam
B. Kerang
rkan Undan
l SPPN ked
enyusunann alahan,
tant ngunan
daer a
Aksi Nasio an
menjadi an
dengan pe at
daerah, St Percepatan
ten. Akan h
unan Rencan
provinsi dan
r 2.2 Kerangk
engah tahun
ya jumlah da
a indeks k
dalam pema
ya daerah ya
ecara signifik
ya laju pe
penduduk d a
rehabilitasi
gka Koordin
ng ‐Undang N
dudukan Str
nya, Stranas
angan, arah
rah tertingg
onal Percepa
acuan bagi
embangunan tranas
PPDT Pembangu
halnya di ti
na Aksi Daer
kabupaten.
ka Koordinas
n 2009 :
aerah terting
emiskinan d
anfaatan sum
ang terisolas
kan ndapatan
p di
daerah ma dan
pemuli
nasi Perenca
No. 25 Tah
ranas PPDT
PPDT harus m
h kebijakan,
al. Selanjutn
atan Pemba
penyusunan n
daerah tert T
menjadi ac nan
Daerah ingkat
nasio rah
Percepa
si Perencana
ggal sesuai de
di daerah
mberdaya lok
si secara fisik
penduduk d
aju han
pemban
anaan Pem
hun 2004 te
berada di b
mengacu pa
program, d
nya, Stranas
angunan Dae
n Rencana K
tinggal. uan
bagi pem h
Tertinggal onal,
Strada tan
Pemban
aan Percepa
BAB II TINJAUA
engan kriteri
tertinggal m
kal k
transporta i
daerah te ngunan
di da
mbangunan
entang Siste
awah RPJM
da RPJMN 20
dan kegiatan
s PPDT men
erah Terting
Kerja Kemen
merintah da
Strada PP
PPDT ini ngunan
Daer
tan Pemban
AN KEBIJAKAN D
ia yang telah
melalui pen
asi dan komu
ertinggal leb
aerah pasca
Daerah Ter
em Perenca
N 2005‐2009
005 ‐2009, te
n pokok yan
njadi acuan
ggal RAN P
terianLemb erah
dalam PDT
pada t kemudian
m rah
Tertingg
ngunan Daer
AN LITERATUR
h ditetapkan
ningkatan p
unikasi pad
bih besar d
konflik dan
rtinggal
naan Pemb
9, dalam art
erutama men
ng berkaitan
dalam pen
PDT. RAN
baga Renja‐
penyusunan tingkat
prov menjadi
acu gal
RAD PPD
rah Tertingga
9
artisipasi a
daerah dari
laju bencana
bangunan ti
bahwa nyangkut
n dengan
nyusunan PPDT
ini KL
yang
n Strategi
vinsi dan
uan bagi
DT pada
al
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN DAN LITERATUR
10
C. Kaidah dan Prinsip Pelaksanaan
Percepatan pembangunan daerah tertinggal akan mampu memberikan nilai bagi seluruh lapisan
masyarakat apabila pembangunan tersebut dapat mencapai visi, misi, dan arah kebijakan yang
tertuang dalam Stranas PPDT. Untuk itu, kaidah pelaksanaan disusun agar Stranas PPDT dapat
dilaksanakan secara efisiensi, efektivitas, transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif. Adapun kaidah
pelaksanaan Stranas PPDT adalah sebagai berikut :
1. Adanya koordinasi antara KementerianLembaga KL, Provinsi, dan Kabupaten dalam hal
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kinerja dan penganggaran, mengacu pada Rencana Aksi
Nasional Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal RAN PPDT, Rencana Aksi Daerah
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal Provinsi RAD PPDT Provinsi, dan Rencana Aksi
Daerah Pembangunan Daerah Tertinggal Kabupaten RAD PPDT Kabupaten oleh Tim
Koordinasi RAN PPDT.
2. KL berkewajiban untuk : a Menjabarkan Strategi Sektoral PPDT setiap tahunnya ke dalam
Rencana Aksi Sektoral Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal RAS PPDT yang akan
dijadikan acuan bagi penyusunan Rencana Kerja KementerianLembaga Renja KL yang
memuat rencana tahunan kegiatan percepatan pembangunan daerah tertinggal yang
bersumber dari pendanaan APBN; b Melakukan sinkronisasi dan sinergitas kebijakan dan
program Renja KL dalam rangka percepatan pembangunan daerah tertinggal dengan
Rencana Kerja Pemerintah RKP setiap tahunnya; dan c Melakukan pemantauan dan
melaporkan evaluasi pelaksanaan secara berkala kepada Menteri Pembangunan Daerah
Tertinggal. 3.
Gubernur berkewajiban untuk : a Menyusun Strada PPDT di tingkat provinsi dengan mengacu
kepada RPJM Daerah Provinsi dan memperhatikan Stranas PPDT dalam rangka mendukung
langkah‐langkah komprehensif bagi penyelesaian masalah dan percepatan pembangunan
daerah tertinggal di wilayahnya masing‐masing; b Menjabarkan Strada PPDT ke
dalam RAD PPDT Provinsi dengan memperhatikan RAN PPDT setiap tahunnya, serta melaksanakan
dan mengendalikannya; c Bersama‐sama dengan Menteri Dalam Negeri meningkatkan
kapasitas aparatur pemerintah daerah; d Melakukan sinkronisasi dan sinergitas
kebijakan dan program RAD PPDT Provinsi dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
RKPD Provinsi; e Membangun hubungan kerja yang harmonis dengan lembaga pemerintahan
lainnya baik di Provinsi dan Kabupaten daerah tertinggal di wilayahnya masing
‐masing, dalam kerangka pendanaan yang bersumber dari APBD Provinsi; f Mengendalikan
pelaksanaan Instruksi Presiden di daerah sesuai kewenangannya; dan g Melakukan
pemantauan serta melaporkan hasil evaluasi pelaksanaan ini secara berkala kepada
Pemerintah melalui Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal. 4.
Bupadi di Daerah Tertinggal berkewajiban untuk : a Menyusun Strada PPDT di tingkat kabupaten
dengan mengacu pada RPJM Daerah Kabupaten dan memperhatikan Stranas PPDT
dan Strada PPDT Provinsi dalam rangka mendukung langkah‐langkah konkrit bagi penyelesaian
masalah dan percepatan pembangunan daerahnya masing‐masing; b Menjabarkan
Strada PPDT Kabupaten ke dalam RAD PPDT Kabupaten dengan memperhatikan
RAN PPDT dan RAD PPDT Provinsi setiap tahunnya, serta melaksanakan dan mengendalikannya;
c Membangun dialog yang aktif dengan penduduk di daerahnya masing
‐masing; d Melakukan sinkronisasi dan sinergitas kebijakan dan program RAD PPDT Kabupaten
dengan RKPD; e Melaksanakan RAD PPDT Kabupaten dalam rangka percepatan pembangunan
di daerahnya masing‐masing; dan f Melakukan pemantauan serta melaporkan
evaluasi pelaksanaan sercara berkala kepada Pemerintah melalui Gubernur. Untuk
mencapai sasaran pembangunan daerah tertinggal, maka dalam pelaksanaannya menerapkan prinsip
‐prinsip pelaksanaan pembangunan sebagai berikut :
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN DAN LITERATUR
11
1. Berorientasi pada masyarakat. Masyarakat di daerah tertinggal adalah pelaku sekaligus
pihak yang mendapatkan manfaat dari kegiatan yang dilaksanakan. Untuk itu, program
pembangunan daerah tertinggal diarahkan untuk membiayai kegiatan yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan praktis dan strategis, yang hasil dan dampaknya dapat dirasakan
langsung oleh masyarakat setempat.
2. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kegiatan pembangunan daerah tertinggal harus
berdasarkan kebutuhan daerah dan masyarakat penerima manfaat dan bukan berdasarkan
asas pemerataan. Dengan demikian diharapkan masyarakat akan menerima manfaat yang
optimal dan tanggung jawab secara penuh terhadap program pembangunan daerah
tertinggal. 3.
Sesuai dengan adat istiadat dan budaya setempat. Pengembangan kegiatan yang berorientasi
pada kondisi dan kebutuhan masyarakat perlu memperhatikan adat istiadat dan budaya
yang telah berkembang sebagai suatu kearifan tradisional dalam kehidupan masyarakat
setempat 4.
Berwawasan lingkungan. Pelaksanaan kegiatan dalam program pembangunan daerah tertinggal
harus berwawasan lingkungan dan mengacu pada prinsip berkelanjutan. Prinsip ini mempertimbangkan
dampak kegiatan terhadap kondisi lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya
masyarakat did aerah yang bersangkutan, baik untuk jangka pendek, menengah, dan panjang.
5. Tidak diskriminatif. Dalam pelaksanaan kegiatan di daerah tertinggal tidak diskriminatif, baik
dari segi suku, agama, ras, dan golongan. Prinsip ini digunakan agar kegiatan pembangunan
daerah tertinggal tidak bias pada kepentingan pihak tertentu.
2.2. Tinjauan Literatur