BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL
1
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL
Pada Bab IV ini akan menyajikan tentang gambaran daerah tertinggal di Indonesia, dimulai dari
gambaran secara umum yaitu faktor penyebab ketertinggalan, kriteria penetapan daerah tertinggal,
dan sebarannya, hingga menyajikan gambaran daerah tertinggal yang menjadi wilayah studi, yaitu
Kabupaten Lampung Selatan di Provinsi Lampung, Kabupaten Landak di Provinsi Kalimantan Barat,
Kabupaten Gorontalo di Provinsi Gorontalo, dan Kabupaten Seram Bagian Barat di Provinsi Maluku.
Pada masing‐masing wilayah studi akan digambarkan kondisi wilayah, kondisi penduduk, potensi,
faktor penyebab ketertinggalan, dan kebijakan dalam pembangunan daerah tertinggal.
4.1. Gambaran Daerah Tertinggal di Indonesia
Daerah tertinggal adalah suatu kabupaten yang masyarakat dan wilayahnya relatif kurang
berkembang
dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional. Faktor penyebab suatu daerah
dikategorikan sebagai daerah tertinggal, karena beberapa faktor penyebab, antara lain :
1. Geografis. Umumnya secara geografis daerah tertinggal relatif sulit dijangkau karena
letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitanpegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau‐
pulau terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya sehingga sulit dijangkau oleh
jaringan baik transportasi maupun media komunikasi.
2. Sumberdaya Alam. Beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi sumberdaya alam,
daerah yang memiliki sumberdaya alam yang besar namun lingkungan sekitarnya
merupakan daerah yang dilindungi atau tidak dapat dieksploitasi, dan daerah tertinggal
akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan.
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL
2
3.
Sumberdaya Manusia. Pada umumnya masyarakat di daerah tertinggal mempunyai tingkat
pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta kelembagaan adat
yang belum berkembang.
4. Prasarana dan Sarana. Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air
bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya yang menyebabkan masyarakat
di daerah tertinggal tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan
sosial. 5.
Daerah Rawan Bencana dan Konflik Sosial. Seringnya suatu daerah mengalami bencana
alam dan konflik sosial dapat menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan
ekonomi. 6.
Kebijakan Pembangunan. Suatu daerah menjadi tertinggal dapat disebabkan oleh beberapa
kebijakan yang tidak tepat seperti kurang memihak pada pembangunan daerah tertinggal,
kesalahan pendekatan dan prioritas pembangunan, serta tidak dilibatkannya kelembagaan
masyarakat adat dalam perencanaan dan pembangunan.
Sebaran daerah tertinggal secara geografis digolongkan menjadi beberapa kelompok, antara lain:
1. Daerah yang terletak di wilayah pedalaman, tepi hutan, dan pegunungan yang pada
umumnya tidak atau belum memiliki akses ke daerah lain yang relatif lebih maju.
2. Daerah yang terletak di pulau‐pulau kecil, gugusan pulau yang berpenduduk dan memiliki
kesulitan akses ke daerah lain yang lebih maju.
3. Daerah yang secara administratif sebagian atau seluruhnya terletak di perbatasan
antarnegara baik batas darat maupun laut.
4. Daerah yang terletak di wilayah rawan bencana alam baik gempa, longsor, gunung api,
maupun banjir.
5. Daerah yang sebagian besar wilayahnya berupa pesisir.
6. Sedangkan sebaran daerah tertinggal berdasarkan wilayah adalah sebanyak 123 kabupaten
berada di Kawasan Timur Indonesia, 58 kabupaten berada di Pulau Sumatera, dan 18
kabupaten
berada di Pulau Jawa dan Bali. Prosentase penyebaran daerah tertinggal.
Perhitungan dan penetapan daerah tertinggal berdasarkan enam kriteria utama, yaitu : 1
perekonomian masyarakat; 2 sumberdaya manusia; 3 prasarana infrastruktur; 4 kemampuan
keuangan lokal celah fiskal; 5 aksesibilitas dan 6 karakteristik daerah. Selain kriteria dasar
tersebut, juga berdasarkan pertimbangan kabupaten yang berada di daerah perbatasan antarnegara
dan daerah rawan bencana, yang ditentukan secara khusus. Berdasarkan enam kriteria tersebut,
terdapat 199 daerah yang dinyatakan sebagai daerah tertinggal.
Tabel 4.1 Kriteria dan Indikator Penetapan Daerah Tertinggal
Kriteria Sub
Kriteria Indikator
I. Perekonomian
masyarakat
1. Persentase
penduduk miskin
Rasio penduduk miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar suatu
kabupaten terhadap jumlah total penduduk kabupaten.
2. Indeks kedalaman
kemiskinan Seberapa
jauh seseorang jatuh di bawah garis kemiskinan apabila mereka termasuk
kategori miskin. II.
Sumberdaya Manusia
1. Tenaga kerja
Persentase jumlah penduduk yang menganggur di suatu kabupaten, yaitu
jumlah penduduk penganggur dibandingkan dengan total jumlah
penduduk. 2.
Kesehatan a.
Persentase desa dengan kasus kurang balita gizi b.
Persentase desa dengan kasus non balita kurang gizi c.
Angka kematian bayi d.
Angka harapan hidup e.
Jumlah prasarana kesehatan per 1000 penduduk f.
Jumlah dokter per 1000 penduduk g.
Rata‐rata jarak pelayanan prasarana kesehatan di suatu kabupaten h.
Persentase kemudahan dalam mencapai prasarana kesehatan
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL
3
Kriteria Sub
Kriteria Indikator
3. Pendidikan
a. Angka melek huruf
b. Jumlah murid SD yang DO per 1000 penduduk
c. Jumlah SD dan SMP per 1000 penduduk
d. Rata‐rata jarak SD dan SMP
III. Infrastruktur
1. Transportasi
Persentase jumlah desa di suatu kabupaten dengan jenis permukaan
terluas 2.
Listrik Persentase
rumah tangga pengguna listrik 3.
Komunikasi Persentase
rumah tangga pengguna telepon 4.
Perekonomian a.
Jumlah bank umum b.
Jumlah bank perkreditan umum c.
Jumlah desa yang mempunyai pasar tanpa bangunan permanen IV.
Kelembagaan Keuangan
Lokal
‐ Penerimaan
keuangan daerah di luar DAK, pinjaman daerah, sisa anggaran
tahun lalu dikurangi dengan belanja pegawai V.
Aksesibilitas
‐ Rata
‐rata jarak dari kantor desa ke kabupaten yang membawahinya VI.
Karakteristik Daerah
‐ a.
Persentase jumlah desa yang rawan gempa bumi b.
Persentase jumlah desa yang rawan tanah longsor c.
Persentase jumlah desa yang rawan banjir d.
Persentase jumlah desa yang rawan bencana lainnya e.
Persentase jumlah desa yang berada di kawasan lindung f.
Persentase jumlah desa yang berlahan kritis g.
Persentase jumlah desa yang terjadi konflik 1 tahun terakhir
Sumber : Evaluasi Paruh Waktu, 2007
Gambar 4.1 Jumlah Daerah Tertinggal per Provinsi
NAD 8
Sumut 3
Sumbar 5
Bengkulu 4
Riau 1
Kepri 1
Jambi 1
Sumsel 3
Lampung 3
Babel 2
Jabar 1
Jateng 2
DIY 1
Jatim 4
Banten 1
Bali 1
NTB 3
NTT 8
Kalbar 5
Kalteng 4
Kaltim 2
Kalsel 1
Sulut 1
Sulteng 5
Sulbar 3
Sulsel 7
Sultra 4
Gorontalo 2
Maluku 4
Malut 3
Irjabar 4
Papua 10
4.2.
4.2.1.
Wilayah Selatan.
Kabupat selatan,
Lampun di
Kota Lampun
Pada tah
2,1 dib
Lampun 5,7
be pendudu
mereka berpend
Gambar
Penerim 2000
seb juta.
Da perekon
persen, persen,
Gambar
Kabupaten A.
Kondisi
Kabupaten Dengan lua
ten Lampung
Laut Jawa
g Selatan m
Kalianda ya
g Selatan pa
B. Pendud
hun 2007, ju
bandingkan g
Selatan te erusia
di atas uk
berumur hanya
berp didikan
sekol
r 4.2 Peta Ka
C. Potensi
maan dari Pr
besar Rp 1.5
aerah ini pu
nomian di La
dan tersier
disusul Perd
an Daera
Lampung S i
Wilayah
Lampung Se
as mencapa
g Tengah dan
di sebelah
empunyai lu
ang telah di
ada tanggal 1
duk
mlah pendu
tahun sebel
ermasuk dala
s 65 tahun. K
10 tahun k
pendidikan s
lah menenga
abupaten Lam
i
oduk Dome
568.403 juta,
unya potens
ampung Sela
20 persen.
dagangan 13,
ah Tertin
Selatan
elatan terleta
i 318.078 h
n Kabupaten
Timur, dan
uas daratan s
resmikan ol
11 Februari 1
duk Kabupat
lumnya. Diti
am kategori
Kemudian, ji
ke atas yang
sekolah das
ah sebesar 1
mpung Selat
stik Regiona
meningkat 5 si
menjanjik atan
banyak Dari PDRB
,32 persen, d
BA
nggal di W
ak antara 10
ektar, Kabup
n Lampung T
n Kabupaten
sebesar 318
leh Menteri
1982.
ten Lampung
njau dari ko
usia produk
ka ditinjau d
g berpendidi
ar 30,6
9,5 SLTP da
tan
al Bruto PD
5,6 persen d
kan di bida
ditopang se
yang ada,
dan Industri o
AB IV GAMBARAN
Wilayah
05
o
‐105
o
45’ B
paten Lamp
imur di sebe
n Tenggamu
.078 hektar,
Dalam Neg
g Selatan seb
omposisi um
ktif. Selebihn
dari pendidik
kan tinggi h
dan tidakb
an 15,4 SLT
RB tahun 2
ibanding tah
ng pertania
ektor primer
sektor perta
olahan 11,08
N UMUM DAERAH
Studi
Bujur Timur
ung Selatan
elah utara, Se
us di sebela
dengan pus geri
menjadi
besar 1.341.2
mur, 62,3 p
nya, 32 ber
kan yang dita
hanya 3,8.
belum tamat
TA.
2007 berdasa
hun 2006 yan
an dan perk
r 49 persen,
anian memb
8 persen.
H TERTINGGAL
dan 5
o
15’ ‐6
berbatasan elat
Sunda d ah
barat. Ka sat
pemerint i
Ibukota Ka
258 jiwa, na
penduduk Ka
rusia 0‐14 ta
amatkan, pe
Sebagian be
t SD 30,7
arkan harga
ng sebesar 1
kebunan. Ke
sektor seku beri
kontribu
4 o
Lintang n
dengan i
sebelah abupaten
tahannya abupaten
ik sekitar
abupaten ahun
dan ersentase
esar dari
. Untuk
konstan .357.213
ehidupan under
31 usi
49,59
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL
5
Hasil produksi tanaman pangan yang menjanjikan antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar,
melinjo, buah‐buahan terutama pisang, durian dan rambutan. Hasil produksi padi mencapai 419.408
ton, terkonsentrasi di Kecamatan Kedondong, Gedung Tataan, Natar, Tanjung Baintang, Sidomulyo,
Candipuro, Palas, dan Penengahan. Sedangkan produksi jagung, ubi kayu, dan ubi jalar berturut‐
turut mencapai 394.353 ton, 203.262,10 ton, dan 23.757,90 ton, yang terkonsentrasi di Kecamatan
Ketapang, Penengahan, Katibung, Merbau Mataram, Tanjung Bintang, Jati agung dan Natar.
Sementara, hasil produksi pisang, durian, rambutan dan melinjo masing‐masing mencapai
371.134,20 ton, 37.531,90 ton, 24.304,60 ton, dan 22.154,70 ton. Semua itu terkonsentrasi di
Kecamatan Penengahan, Kalianda, Candipuro, Katibung, Tanjung Baintang, Jati Agung, Gedang
Tataan, dan Way Lima. Daerah ini dikenal sebagai pemasok keripik pisang di Lampung dan
sekitarnya. Sementara
hasil perkebunan yang cukup menjanjikan adalah kelapa 83.973 ton, kakao 19.360 ton, dan
kelapa sawit 82.973 ton. Semua hasil perkebunan itu dihasilkan dari perkebunan rakyat dan swasta,
terkonsentrasi di Kecamatan Tegineneng, Natar, Sragi, Negeri Katon, Ketibung, dan Kalianda. Selain
itu, daerah ini banyak menghasilkan produksi tanaman rempah seperti cengkeh, kencur, kunyit,
jahe dan lengkuas, masing‐masing 7.788 ton, 6.698 ton, 5.679 ton, 10.231 ton, dan 489,99 ton.
Hasil tanaman itu banyak dihasilkan dari Kedondong, Way Lima, Tanjung Bintang, Sidomulyo, dan
Padang Cermin. Berbagai komoditi itu memberi andil besar bagi keuangan daerah. Untuk
produksi ternak yang menonjol antara lain Sapi 77.464 ekor, Kambing 348.442 ekor, dan uanggas
seperti Ayam Kampung dan Ras 20.804.049 ekor. Daerah yang dikenal penghasil ternak Sapi adalah
Ketibung dan Sidomulyo. Sementara hasil ternak Kambing dan Ayam adalah dari Kecamatan Gedung
Tataan, Negeri Katon, Natar, Merbau Mataram, Ketibung, Sidomulyo, Tegineneg, Candipuro, dan
Kalianda.
D. Faktor Penyebab Ketertinggalan
Seperti yang tertuang dalam Laporan Strategi Daerah Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
Strada PPDT Kabupaten Lampung Selatan, penyebab ketertinggalan pembangunan di Kabupaten
Lampung Selatan salah satunya adalah kondisi infrastruktur jalan yang rusak berat. Data tahun 2004,
kondisi jalan rusak, baik rusak ringan maupun berat, sepanjang 702,61 km. Sepanjang 302,50 km
masih jalan kerikil dan 80,11 km jalan tanah. Struktur jalan tanah ini masih tersebar di 20 kecamatan.
Kondisi jalan rusak banyak terjadi di ruas jalan strtegis, seperti di jalan lintas timur sepanjang 30 km
yang merupakan jalur lintas pendek ke Provinsi Sumatera Selatan. Kondisi tak jauh beda juga terjadi
di banyak jalan penghubung antarkecamatan, seperti Kecamatan Pudung Cermin dengan Kecamatan
Punduh Pidada, Kecamatan Pudung Cermin dengan Kecamatan Kedondong, serta jalan yang
menghubungkan Kecamatan Gedung Tataan, Kecamatan Negeri Katon, Kecamatan Tegineneng, dan
Kecamatan Natar.
Selain itu, keterbatasan jembatan di beberapa wilayah Lampung Selatan yang banyak dilalui oleh
sungai dan kali menyebabkan beberapa daerah menjadi daerah kantor, terisolasi, karena tidak dilalui
oleh kendaraan roda empat. Kecamatan Penengahan, Kecamatan Katibung, Kecamatan Padang
Cermin, dan Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah‐daerah yang memiliki daerah kantong
karena dihubungkan dengan jembatan gantung atau jembatan kayu.
Kemudian, faktor penyebab ketertinggalan di Kabupaten Lampung Selatan adalah terkait dengan
kualitas sumberdaya manusia. Masih terkonsetrasinya sarana pendidikan menengah di ibukota
kecamatan, dan pendidikan tinggi di ibukota kabupaten, menghambat akses masyarakat untuk
memperoleh pendidikan yang lebih tinggi. Kondisi sarana pendidikan tersebut juga banyak yang
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL
6
mengalami kerusakan. Berdasarkan data dalam dokumen Strada PPDT Kabupaten Lampung Selatan,
sebanyak 3.252 ruang kelas, baik di sekolah dasar dan menengah, mengalami rusak ringan dan rusak
berat. Hal yang serupa juga dialami oleh sarana kesehatan. Sebanyak 288 unit sarana kesehatan,
seperti puskesmas dan poliklinik, mengalami rusak ringan dan rusak berat.
Letak geografis yang terdiri dari kepulauan dan pegunungan menjadi juga salah satu kendala dalam
pembangunan. Pemicunya adalah keterbatasan transportasi laut yang melayani mobilitas
masyarakat di wilayah kepulauan. Keterbatasan ini, selain menyebabkan terbentuknya daerah
kantong, juga menyebabkan biaya hidup tinggi dibandingkan wilayah daratan, karena faktor‐faktor
produksi dan sumberdaya yang diperlukan sebagian besar dikirim dari daerah lain.
Jumlah penduduk dan menyebar menjadi penyebab terbentuknya daerah kantong juga terjadi di
kecamatan ‐kecamatan yang berada di daerah pegunungan, yaitu Kecamatan Padang Cermin,
Kecamatan Punduh Pidada, Kecamatan Raja Basa, dan Kecamatan Katibung. Hal ini menyulitkan
dalam menyediaan sarana umum, terkait dengan pembangunan fisik yang dihadapi oleh kondisi
lapangan licin dan terjal. Sementara itu, di beberapa daerah, yaitu Kecamatan Padang Cermin dan
Kecamatan Punduh Pidada, sering mengalami musibah banjir, sebagai akibat kondisi hutan di
wilayah tersebut mengalami kerusakan.
E. Kebijakan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
Dalam rangka mempercepat pembangunan di daerahnya, Kabupaten Lampung Selatan telah
menyusun Strategi Daerah Strada dan Rencana Aksi Daerah RAD Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal.
STRATEGI DAERAH PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL STRADA PDT
Strategi Daerah Pembangunan Daerah Tertinggal Strada PDT Kabupaten Lampung Selatan
merupakan kebijakan yang disusun guna mengimplementasikan program kerja dalam kurun waktu
tahun 2007‐2009, sebagai payung hukum pada perumusan program dan kebijakan pembangunan di
dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah tertinggal. Strada PDT Kabupaten Lampung
Selatan 2007‐2009 ini dikukuhkan oleh Keputusan Bupati Lampung Selatan No. 276BappedaHK‐
LS2006.
Tabel 4.2 Misi dan Strategi Pembangunan Daerah Tertinggal Kabupaten Lampung Selatan
Misi Strategi
Meningkatkan pendayagunaan
potensi ekonomi daerah berbasis
masyarakat 1.
Meningkatkan pengembangan dan pendapatan pertanian berbasis agribisnis 2.
Meningkatkan pengembangan dan pendapatan perikanan tangkap dan budidaya
berbasis agribisnis 3.
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan hutan
4. Meningkatkan PAD dan PDRB sektor pertambangan dan penggalian
5. Meningkatkan SDM pelaku koperasi dan UKM
Meningkatkan pembangunan
secara merata
1. Meningkatkan daya dukung, kapasitas, dan kualitas sarana dan prasarana fisik
dasar di setiap wilayah kecamatan
2. Meningkatkan kualitas rencana pembangunan desa berbasis masyarakat dan
potensi desa
3. Meningkatkan dan menumbuhkembangkan peran forum‐forum musyawarah
pembangunan daerah
Meningkatkan kualitas
sumberdaya alam, industri, dan
lingkungan hidup
1. Meningkatkan kualitas dan pelaksanaan pengelolaan sumberdaya alam dan
ruang 2.
Meningkatkan pembangunan industri yang ramah lingkungan Meningkatkan
dan mengembangkan
potensi kepariwisataan
daerah 1.
Meningkatkan pengelolaan dan pemberdayaan potensi wisata daerah 2.
Meningkatkan sosialisasi potensi wisata daerah
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL
7
Berdasarkan misi, kebijakan, dan strategi, serta kondisi riil yang ada, terdapat lima aspek yang perlu
diintervensi untuk mengatasi daerah tertinggal, yaitu pengembangan prasarana dan sarana,
pengembangan sumberdaya manusia, pengembangan ekonomi lokal, pengembangan kelembagaan,
dan pencegahan dan rehabilitasi bencana.
Tabel 4.3 Program Prioritas dalam Strada PPDT Kabupaten Lampung Selatan
Aspek Program
Prioritas Pengembangan
prasarana dan sarana
1. Peningkatan infrastruktur jalan dan jembatan
2. Rehabilitasi prasarana desa
3. Pelatihan penyiapan masyarakat pada pemugarah rumah sehat dan lingkungan
kumuh 4.
Pembangunan dan revitalisasi sarana pendidikan 5.
Pengadaan buku pelajaran pokok 6.
Peningkatan sarana dan prasarana perikanan 7.
Pembangunan dermaga 8.
Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan 9.
Program padat karya 10.
Pengembangan potensi wisata 11.
Listrik perdesaan 12.
Pengembangan jaringan telekomunikasi 13.
Pengembangan sarana perekonomian desa
Pengembangan ekonomi lokal
1. Peningkatan keterampilan dan bantuan peralatan industri kecil
2. Pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui UED – SP
3. Peningkatan produksi perikanan dan kelautan
4. Pengembangan hewan ternak
5. Peningkatan produktivitas kopi melalui rehabilitasi dan intensifikasi
6. Pengembangan sentra komoditas nilam
7. Pengembangan jarak pagar
8. Peningkatan ketahanan pangan
9. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakatpetani
10. Pengembangan usaha agribisnis
11. Pengentasan kemiskinan melalui koperasi
12. Pengembangan usaha pembibitan tanaman
13. Pembinaan social forestry
14. Pengembangan usaha jamur ayu
15. Bantuan sosial fakir miskin
16. Pembinaan pemuda
Pengembangan sumberdaya
manusia
1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader pemberdayaan masyarakat
KPM 2.
Peningkatan kemampuan wirausaha 3.
Peningkatan SDM petani 4.
Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak 5.
Pemberantasan penyakit menular 6.
Pengawasan kualitas dan penyuluhan kesehatan bidang PABPL 7.
Perbaikan gizi 8.
Pembinaan usaha penyuluhan swakarsa 9.
Pengembangan teknologi pedesaan 10.
Peningkatan kualitas tenaga pendidik 11.
Pembinaan pendidikan luar sekolah 12.
Pembentukan wiraswasta baru 13.
Pelayanan penempatan transmigrasi
Pengembangan kelembagaan
1. Peningkatan usaha pada kemitraan dan peningkatan peranan swasta
2. Pemberdayaan kelembagaan kelompok usaha tani nilam
3. Pembinaan masyarakat sekitar hutan
Pencegahan konflik dan
rehabilitasi bencana
1. Pemantapan wawasan kebangsaan
2. Pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat
3. Pelayanan bencana alam
4. Pemulihan dampak bencana banjir
5. Rehabilitasi kawasan hutan
Sumber : Strada PPDT Kabupaten Lampung Selatan 2007‐2009
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL
8
RENCANA AKSI DAERAH PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL RAD PPDT TAHUN
2008
Penyusunan Rencana Aksi Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal RAD PPDT Tahun 2008
Kabupaten Lampung Selatan, diperkuat oleh Keputusan Bupati Lampung Selatan No.
503BappedaJK ‐LS2007. Penyusunan RAD PPDT Kabupaten Lampung Selatan dimaksudkan untuk
memberikan arahan, kebijakan, program, dan kegiatan tahun 2008 kepada KementerianLembaga,
Pemerintahan Daerah, serta masyarakat agar tercapai optimalisasi nilai pembangunan di daerah
tertinggal.
Tabel 4.4 Program dan Kegiatan Prioritas RAD PPDT Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008
Aspek Program
Prioritas Kegiatan
Prioritas Pengembangan
ekonomi lokal
1. Pengembangan dan pembinaan sentra industri
kecilrumah tangga
2. Pengembangan dan pembinaan usaha ekonomi
produktif a.
Program pengembangan ekonomi lokal
b. Program pengembangan agribisnis
c. Program peningkatan ketahanan
pangan d.
Program pengembangan sumberdaya
perikanan e.
Program peningkatan promosi dan kerjasama
investasi f.
Program peningkatan efisiensi perdagangan
dalam negeri g.
Program peningkatan dan pengembangan
ekspor h.
Program penataan struktur industri i.
Program pengembangan industri kecil
dan menengah j.
Program pengembangan wilayah strategis
cepat tumbuh k.
Program pengembangan wilayah tertinggal
l. Program pengembangan kota‐kota
kecil dan menengah
Pemberdayaan masyarakat
1. Program ketahanan pangan
2. Program upaya kesehatan masyarakat
3. Program upaya kesehatan perorangan
4. Program perbaikan gizi masyarakat
5. Program sumberdaya kesehatan
6. Program promosi kesehatan pemberdayaan
masyarakat 7.
Program obat dan perbekalan kesehatan 8.
Program wajib belajar pendidikan dasar sembilan
tahun 9.
Program pendidikan menengah 10.
Program peningkatan mutu pendidikan dan tenaga
pendidikan 11.
Program peningkatan kualitas tenaga kerja 12.
Program perluasan dan pengembangan kesempatan
kerja 13.
Program perluasan kesempatan kerja yang dilakukan
pemerintah 14.
Program pemberdayaan fakir miskin, Komunitas Adat
Terpencil KAT, dan penyandang masalah kesejahteraan
sosial lainnya 15.
Program pengembangan wilayah tertinggal 16.
Program peningkatan partisipasi pemuda 17.
Program perlindungan konservasi sumberdaya alam
18. Program pengembangan kapasitas pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH TERTINGGAL
9
Aspek Program
Prioritas Kegiatan
Prioritas
19. Program pembinaan usaha pertambangan migas
20. Program pemantapan pemanfaatan potensi
sumberdaya hutan
21. Program pengembangan dan pengelolaan
sumberdaya kelautan
22. Program peningkatan kualitas dan akses
informasi sumberdaya alam dan lingkungan
hidup 23.
Program pengendalian pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup
Peningkatan kapasitas
kelembagaan
1. Program peningkatan kerjasama antar
pemerintah daerah
2. Program kapasitas kelembagaan pemerintah
daerah 3.
Program peningkatan ketahanan pangan 4.
Program pengembangan agribisnis 5.
Program peningkatan kesejahteraan petani 6.
Program pemberdayaan usaha skala mikro 7.
Program peningkatan keberdayaan masyarakat perdesaan
8. Program kelembagaan dan ketatalaksanaan
Pengurangan keterisolasian
daerah
1. Peningkatan infrastruktur jalan
2. Pengembangan administrasi wilayah
pemerintahan 3.
Rehabilitasi sarana pemerintah desa 4.
Air bersih 5.
Irigasi desa 6.
Prasarana perumahan dan lingkungan 7.
Penyediaan sarana perkebunan dan pertanian 8.
Pembangunan dan revitalisasi sarana pendidikan 9.
Pembangunan kantor pelayanan kemanan dan ketertiban
masyrakat 10.
Pengembangan perikanan tangkap 11.
Optimalisasi pengolahan pemasaran produksi perikanan
12. Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan 13.
Listrik perdesaan a.
Pembangunan infrastruktur transportasi
jalan dan jembatan serta
sarana transportasi wilayah kepualauan
b. Pembangunan dan rehabilitasi
gedung sekolah dan fasilitas
kesehatan c.
Pembangunan dan peningkatan fasilitas
obyek d.
Pembangunan dan peningkatan jaringan
listrik dan telekomunikasi e.
Pengadaan dan peningkatan sarana pertanian
f. Pengembangan dan pembangunan
pasar tradisionaldesa
g. Pembangunan dan rehabilitasi
lingkungan kumuh
h. Peningkatan fasilitas pelayanan
pemerintah
Penanganan karakteristik
khusus daerah
1. Pelayanan bencana alam
2. Penanganan wabah penyakit
3. Rehabilitasi kawasan hutan
a. Rehabilitasi lahan kritis dan daerah
aliran sungai
b. Peningkatan wawasan kebangsaan
c. Pengadaan sarana dan prasarana
penanggulangan bencana
Sumber : RAD PPDT Kabupaten Lampung Selatan, 2008
Berdasarkan dokumen RAD PPDT Kabupaten Lampung Selatan, sebanyak 16 SKPD terkait dengan
upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal. Dalam upaya tersebut, dana yang diperlukan
sebanyak Rp 428.767.000.000,‐ yang sebagian besar 54,32 bersumber dari APBN. Selebihnya
bersumber dari APBD Provinsi sebesar 20,05 dan APBD Kabupaten sebesar 25,64. Dana tersebut
hampir seluruhnya untuk penyediaan prasarana dan sarana, yaitu sebesar Rp 399.990.000.000,‐
93,29. Selebihnya untuk pengembangan ekonomi lokal sebanyak 4,59, pengembangan
sumberdaya manusia 1,22, pengembangan kelembagaan 0,13, dan penanganan karakteristik
khusus daerah konflik dan bencana sebesar 0,77.
Gambar 2008
4.2.2.
Kabupat pecahan
Tahun 1
geografi Sementa
dengan Kabupat
156 des
wilayah
Gambar r
4.3 Kompo