animasi yang beranalogi tersebut lebih sulit untuk diingat dan lebih rumit. Sedangkan beberapa siswa pada kategori rendah mengatakan lebih menyukai
pembelajaran yang menggunakan media animasi dengan analogi walaupun menurut siswa tersebut agak sedikit rumit dalam memahaminya.
Sebagian besar siswa yang telah diwawancarai mengatakan bahwa siswa mudah mengingat dan memahami penjelasan materi pada bagian komponen
darah yang diumpamakan seperti komponen bus transjakarta, kemudian pembuluh darah yang diumpamakan seperti jalan bus transjakarta. Namun
berdasarkan hasil wawancara tersebut, beberapa siswa juga mengatakan bahwa siswa mengalami sedikit kesulitan dalam memahami materi sistem
peredaran darah besar dan kecil yang diumpamakan seperti perjalanan bus transjakarta dari halte harmoni menuju Kota maupun Blok M. Hasil
wawancara secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 26.
F. Pembahasan
Hasil pretest dan posttest kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang telah diperoleh kemudian dilakukan uji hipotesis statistik dengan
menggunakan uji t. Pada pengujian hipotesis nilai pretest diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang siginifikan antara hasil
belajar siswa di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki
kemampuan awal yang sama sebelum diberikan perlakuan. Namun setelah diberikan perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen yang diberikan perlakuan
berupa penggunaan media animasi dengan analogi, memperoleh nilai rata-rata posttest yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang diberikan
perlakuan berupa penggunaan media animasi tanpa analogi. Hal tersebut didukung dengan hasil pengujian hipotesis statistik posttest dimana t
hitung
t
tabel
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang siginifikan terhadap penggunaan media animasi dengan analogi terhadap hasil belajar
Biologi siswa.
Data yang diperoleh dari perhitungan rata-rata perindikator pretest mampu memperkuat pernyataan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki kemampuan awal yang tidak berbeda jauh. Pada perhitungan rata- rata perindikator pretest, sebanyak 3 indikator kelas eksperimen lebih tinggi
nilai rata-ratanya dibanding kelas kontrol yaitu indikator 1, 7, dan 10. Namun sebanyak 4 indikator kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata yang lebih
rendah dibandingkan kelas kontrol, yaitu indikator 2, 3, 8 dan 9. Indikator lainnya yaitu indikator 4, 5 dan 6, kelas kontrol maupun eksperimen
memperoleh nilai rata-rata perindikator yang sama. Pencapaian tujuan pembelajaran pada kelas eskperimen lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas kontrol setelah berlangsungnya proses pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata perindikator
posttest kelas eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
Pada perhitungan rata-rata nilai N-Gain kelas eksperimen memperoleh nilai 0,60 sedangkan kelas kontrol sebesar 0,53. Hal ini menunjukkan bahwa
rata-rata nilai N-Gain pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol berada pada kategori sedang. Namun jumlah siswa yang memperoleh nilai N-Gain
dalam kategori tinggi lebih banyak pada kelas eskperimen sebanyak 8 siswa dibandingkan kelas kontrol sebanyak 4 siswa. Pada kelas eksperimen juga
tidak ditemukan siswa yang memperoleh nilai N-Gain dalam kategori rendah, sedangkan pada kelas kontrol masih ditemukan seorang siswa yang
memperoleh nilai N-gain dalam katageri rendah. Perhitungan nilai N-Gain juga dilakukan pada nilai rata-rata perindikator
kelas eksperimen dan kontrol untuk melihat perbedaan pencapaian nilai antara kelas eksperimen dan kontrol. Kelas eksperimen memperoleh nilai N-Gain
dalam kategori tinggi sebanyak 2 indikator dan 8 indikator lainnya berada dalam kategori sedang. Sedangkan pada kelas kontrol, jumlah indikator yang
memperoleh nilai N-Gain dalam kategori tinggi sebanyak 2 indikator, 7 indikator dalam kategori sedang dan 1 indikator lainnya masuk ke dalam
kategori rendah. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan