I. Kalibrasi Instrumen
1. Validitas Instrumen
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mampu mengukur apa yang ingin
diukur. Dalam bahas Indonesia “valid” disebut dengan istilah “sahih”
7
Sebutir item dapat dinyatakan valid, jika skor item yang bersangkutan terbukti mempunyai korelasi positif yang signifikan dengan
skor totalnya.
8
Rumus yang dapat digunakan untuk mengukur validitas butir soal yaitu menggunakan rumus korelasi product momen poin
biseral:
9
√
Keterangan: r
bis
= koefisien korelasi point biseral M
p
= skor rata-rata dari subjek yang menjawab benar pada item yang dicari validitasnya
M
t
= rata-rata skor total SD
t
= stadar deviasi dari skor total p
= proporsi siswa yang menjawab benar pada pada item soal yang sedang diuji validitasnya
q = 1-p
Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, dari 45 soal yang telah diuji validitasnya, diperoleh 30 soal yang valid, yaitu soal nomor 1,
4, 5, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 19, 20, 21, 23, 24, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 42, 43, dan 44.
10
7
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h.65.
8
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h.184.
9
Sumarna Supranata, Analisis, Validitas, Reliabilitas,dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, h. 61.
10
Keterangan pada lampiran 9.
2. Reliabilitas Instrumen
Reliability keandalan ialah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu tes dikatakan andal apabila tes tersebut dapat dipercaya,
konsisten, atau stabil dan produktif. Jadi, yang dipentingkan di sini adalah ketelitiannya, sejauh mana tes atau alat tersebut dapat dipercaya
kebenerannya.
11
Pengujian reliabilitas instrument penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan rumus teknik Kuder dan Richardson KR-20. Rumus yang
digunakan sebagai berikut:
12
∑
Keterangan: r
11
= reliabilitas tes menggunakan persamaan KR-20 p
= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q
= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah p = 1 – p
∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q k
= banyaknya item soal S
= simpangan baku standar deviasi Data koefesien reliabilitas yang telah diperoleh diklasifikasikan
menurut Guiford, dengan r
11
= 0,91 – 1,00 termasuk pada kategori korelasi
sangat tinggi, r
11
= 0,71 – 0,90 termasuk pada kategori korelasi tinggi, r
11
= 0,41 – 0,70 termasuk dalam kategori korelasi cukupsedang, r
11
= 0,21 –
0,40 termasuk dalam kategori korelasi rendah, dan r
11
= 0,20 termasuk dalam kategori tidak ada korelasi.
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas instrumen menggunakan program ANATES, diperoleh data reliabilitas instrument yang telah
diujikan termasuk ke dalam kategori tinggi, yaitu sebesar 0,87.
13
11
M. NgalimPurwanto, op. cit., h. 139.
12
Sumarna Supranata, op. cit., h. 114.
13
Keterangan lengkap pada lampiran 9.
3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah analisis kuantitatif yang hasil hitungannya adalah perbandingan antara siswa yang menjawab benar dengan
keseluruhan siswa yang mengikuti tes. Indeks kesukaran rentangnya dari 0,0
– 0,1. Dalam rentang indeks ditunjukkan bahwa semakin mudah butir soal maka jumlah siswa yang menjawab benar semakin banyak. Untuk
menghitung tingkat kesukaran item dapat digunakan rumus berikut:
14
Keterangan : P
= proporsi indeks kesukaran B
= jumlah siswa yang menjawab benar N
= jumlah peserta Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut:
15
Soal dengan P = 0 sampai 0,25 adalah soal sukar Soal dengan P = 0,26 sampai 0,75 adalah soal sedang
Soal dengan P = 0,76 sampai 1 adalah soal mudah Berdasarkan
hasil perhitungan
tingkat kesukaran
dengan menggunakan ANATES, diperoleh soal dengan beberapa kategori sangat
sukar, sukar, sedang, mudah dan sangat mudah. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran dengan ANATES
16
Kategori soal Jumlah
Nomor buti soal Sangat mudah
6 1, 15, 23, 24, 40, 42
Mudah 9
10, 13, 19, 21, 29, 35, 37, 38, 44 Sedang
11 5, 12, 20, 27, 28, 30, 31, 32, 34, 36, 43
Sukar 2
4, 9 Sangat Sukar
2 16, 33
14
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanuddin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta press, 2006, h. 103.
15
Ibid., h. 103 – 104.
16
Keterangan lengkap pada lampiran 9.
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal merupakan kemampuan butir soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai.
Daya beda yang baik adalah: D 0,30. Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal yaitu:
17
Keterangan: D
= daya pembeda Ba
= banyak siswa kelompok atas yang menjawab dengan benar Bb
= banyak siswa kelompok bawah yang menjawab dengan benar N
= jumlah siswa yang mengikuti tes Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda menggunakan
ANATES, diperoleh hasil daya pembeda terendah sebesar 11,11 termasuk ke dalam kategori jelek dan tertinggi sebesar 88,89 yang
termasuk ke dalam kategori baik sekali.
18
J. Teknik Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat Analisis
Dalam teknik analisis data dilakukan pengujian prasyarat analisis terlebih dahulu berupa uji normalitas dan uji homogenitas sebelum
melakukan uji hipotesis statistik.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Uji Liliefors.
17
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, dan Burhanuddin Milama, op. cit., h. 104.
18
Keterangan lengkap pada lampiran 9.
Prosedur yang dilakukan dalam Uji Liliefors yaitu:
19
1 Data mentah yang diperoleh diurutkan dari nilai terendah sampai
nilai tertinggi, kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam kolom Xi
2 Kolom Zi diperoleh dari perhitungan
̅
, dengan s = √
∑ ̅
3 Kolom luas Zi diperoleh dari tabel Standard normal Z
distribution. 4
Kolom FZi diperoleh dari perhitungan: a
Jika Zi bernilai negatif, maka FZi = 0,5 – Luas Zi b
Jika Zi bernilai positif, maka FZi = 0,5 + Luas Zi 5
Kolom SZi diperoleh berdasarkan perhitungan 6
Kolom LoL
hitung
diperoleh dari perhitungan FZi – SZi
7 L
tabel
dapat dilihat dari nilai kritis uji Liliefors Kriteria hipotesis untuk uji normalitas untuk menganalisis data
dalam penelitian yaitu: 1
Jika LoL
hitung
L
tabel
, maka H diterima dan data berdistribusi
normal. 2
Jika Lo L
hitung
L
tabel
, maka H ditolak dan data berdistribusi tidak
normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari sampel memiliki varians yang homogen atau tidak. Uji
homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Fisher, dengan rumus sebagai berikut:
20
F
hit
=
=
, dimana S
2
=
∑ ∑
19
Sudjana, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, 2005, h. 466.
20
Supardi, Aplikasi Statistika dalam Penelitian, Jakarta: PT Ufuk Publishing House, 2011, h.129.
Keterangan: F : Homogenitas
S
1 2
: Varians terbesar S
2 2
: Varians terkecil Hipotesis untuk uji homogenitas yaitu:
H : Data memiliki varians yang homogen
H
1
: Data tidak memiliki varians yang homogen Kriteria hipotesis uji homogenitas yang digunakan untuk
menganalisi data dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1
Jika F
hitung Ftabel
, maka H0 diterima yang berarti varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen.
2 Jika F
hitung
F
tabel
, maka H0 ditolak yang berarti varians antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak homogen.
2. Uji Hipotesis Statistik
Jika data sudah berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji hipotesis statistik menggunakan uji-
t dengan taraf signifikan α = 0,05 namun sebelumnya perlu diketahui terlebih dahulu peningkatan hasil
belajar yang dihitung melalui N-gain:
Dengan kategori perolehan: G tinggi
: nilai g 0,7 G sedang
: nilai 0,7 g . 0,3 G rendah
: nilai g 0,3 Kemudian dilakukan perhitungan uji-t menggunakan rumus sebagai
berikut: ̅
̅ √
√
Dengan:
Keterangan : ̅
= rata-rata hasil belajar biologi siswa yang berikan pembelajaran menggunakan media animasi dengan analogi kelompok eksperimen
̅ = rata-rata hasil belajar biologi siswa yang berikan pembelajaran
menggunakan media animasi tanpa analogi kelompok kontrol = jumlah sampel pada kelompok eksperimen
= jumlah sampel pada kelompok kontrol S
1
= varians kelompok eksperimen S
2
= varians kelompok kontrol t = hasil hitung distribusi
K. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah: H
:
1
=
2
H
a
:
1
≠
2
Dengan: µ
1
= rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan media animasi dengan analogi
µ
2
= rata-rata hasil belajar siswa yang menggunakan media animasi tanpa analogi
52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian yang disajikan yaitu berupa hasil pretest, posttest, uji normalitas, uji homogenitas, N-Gain, dan uji hipotesis uji t.
1. Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol
Hasil pretest yang diperoleh kelas eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1 Data Pretest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Data Pretest
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai Terendah 37
33 Nilai Tertinggi
57 63
Rata-rata 47,59
46,06 Modus
50 50
Standar Deviasi 5,31
6,58 Jumlah siswa
32 32
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa nilai terendah pada kelas eksperimen adalah 37, sedangkan pada kelas kontrol adalah 33. Nilai
tertinggi pada kelas eksperimen adalah 57 sedangkan pada kelas kontrol adalah 63. Rata-rata pretest pada kelas eksperimen adalah 47,59 sedangkan
kelas kontrol 46,06. Hasil tersebut dapat mendeksripsikan bahwa kemampuan awal rata-rata kelas eksperimen dan kontrol tidak berbeda jauh.
2. Hasil Uji Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Hasil posttest yang diperoleh kelas eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol
Data Posttest
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai Terendah 63
60 Nilai Tertinggi
93 87
Rata-rata 79,09
75,03 Modus
77 77
Standar Deviasi 7,54
7,02 Jumlah siswa
32 32
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi, yaitu 79,09 jika dibandingkan dengan kelas kontrol,
yaitu 75,03. Nilai tertinggi pada kelas eksperimen adalah 93 sedangkan pada kelas kontrol adalah 87, sedangkan nilai terendah pada kelas eksperimen yaitu
63 dan kelas kontrol 60. Perbedaaan tersebut dapat menunjukkan bahwa penggunaan media animasi dengan analogi pada proses pembelajaran di kelas
eksperimen berhasil mempengaruhi perolehan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan media animasi tanpa
analogi. Perolehan nilai yang lebih tinggi pada kelas eksperimen dapat dilihat pada
tabel rekapitulasi hasil belajar per indikator kelas eksperimen dan kontrol yang disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Rekapitulasi Data Pretest dan Posttest Per Indikator Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Standar Kompetensi Memahami berbagai sistem pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
Kompetensi Dasar Mendeskripsikan sistem peredaran darah pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
No Indikator
Pretest Posttest
N-Gain Eksperimen
Kontrol Eksperimen
Kontrol Eksperimen
Kontrol ̅
SD ̅
SD ̅
SD ̅
SD 1.
Mengidentifikasi komponen-
komponen darah 80,21
20,49 57,30
15,22 87,50
21,99 85,42
22,30 0,37
0,66 2.
Menjelaskan fungsi
komponen- komponen darah
50,00 50,80
75,00 43,99
93,75 24,60
90,63 29,61
0,88 0,63
3. Menjelaskan
proses pembekuan
darah 32,30
10,32 43,75
21,48 97,92
8,20 92,71
14,00 0,97
0,87
4. Mengidentifikasi
macam-macam golongan darah
46,88 12,30
46,88 12,30
81,25 24,59
75,00 33,60
0,65 0,53
5. Menjelaskan
fungsi peredaran darah
pada manusia
41,67 18,93
41,67 22,40
79,17 18,45
71,88 24,11
0,64 0,52
6. Mengidentifikasi
alat-alat peredaran darah
70,31 33,26
70,31 37,80
84,38 23,55
76,56 25,35
0,47 0,21
7. Mendeskripsikan
struktur alat-alat peredaran darah
manusia 65,63
19,83 51,56
21,94 89,84
13,99 85,94
16,73 0,70
0,71
8. Membedakan
proses peredaran darah besar dan
kecil 24,38
13,18 30,63
10,14 58,75
12,99 57,50
15,03 0,46
0,39
9. Menjelaskan
sistem peredaran getah bening
34,38 19,83
37,50 16,40
59,38 23,54
52,08 18,81
0,38 0,23
10. Menjelaskan
berbagai penyakit
pada sistem peredaran
darah dan
hubungannya dengan
kesehatan 46,88
24,39 35,94
15,47 75,78
17,37 75,00
19,05 0,54
0,61
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata perindikator pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda jauh, bahkan pada
beberapa indikator, kelas kontrol memiliki rata-rata yang lebih besar dibandingkan dengan kelas eskperimen, seperti rata-rata indikator 2, 3, 8, dan
9. Selain itu terdapat indikator yang memiliki rata-rata sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, seperti indikator 4, 5, 6. Hal tersebut dapat
menunjukkan bahwa siswa pada pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang tidak berbeda jauh.
Pada rata-rata perindikator posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, meskipun terdapat rata-rata per indikator
yang selisihnya tidak berbeda jauh antara kelas eksperimen dan kontrol seperti pada indikator 10. Pencapaian nilai rata-rata perindikator yang lebih baik pada
kelas eksperimen tersebut dapat memperlihatkan bahwa nilai yang diperoleh kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.
Perbedaan pencapaian rata-rata perindikator kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat dari hasil N-Gain yang diperoleh disetiap indikatornya. Kelas
eksperimen memperoleh N-Gain dalam kategori tinggi sebanyak 2 indikator yaitu indikator 2 dan 3, sedangkan 8 indikator lainnya yaitu indikator 1, 4, 5,
6, 7, 8, 9, dan 10 berada dalam kategori sedang. Pada kelas kontrol, jumlah indikator yang memperoleh nilai N-Gain dalam kategori tinggi sebanyak 2
indikator, yaitu indikator 3 dan 7, untuk kategori sedang sebanyak 8 indikator yaitu indikator 1, 2, 4, 5, 8, dan 10, sedangkan 2 indikator lainnya masuk ke
dalam kategori nilai N-Gain yang rendah yaitu indikator 6 dan 9. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pencapaian nilai-rata
perindikator antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana kelas eksperimen memperoleh nilai yang lebih baik dibandingkan dengan kelas
kontrol.
3. Deskripsi Nilai N-Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Nilai N-Gain yang diperoleh dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu kategori rendah, sedang dan tinggi. Nilai N-Gain yang masuk ke dalam
kategori rendah yaitu nilai N-Gain yang kurang dari 0,3 G 0,3. Nilai N- Gain yang memiliki rentang 0,3 sampai kurang dari 0,7 0,3
≤ G 0,7 masuk