Rangkuman Tingkat Kesejahteraan Petani Lahan Kering

63

5.4 Rangkuman Tingkat Kesejahteraan Petani Lahan Kering

Mengukur kemiskinan, kajian ini merujuk pada poverty line Kabupaten Aceh Besar yakni berdasarkan indeks pendapatan pekapita Rp212,500orangbulan. Jika pendapatan pekapita perbulan tidak mencapai setingkat angka tersebut, artinya belum mencapai kesejahteraan miskin dengan indikasi tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar. Tabel 21 menunjukkan rata-rata pendapatan memang lebih besar dari batas pendapatan miskin terhadap 4 anggota keluarga, tetapi mengalami defisit anggaran rumahtangga terhadap 8 kepala keluarga 47,06 , sebagai keluarga yang berpendapatan di bawah garis kemiskinan daerah. Tabel 21 Perbandingan Pendapatan KK Perbulan dengan Batas Pendapatan Miskin Sesuai Poverty Line Kabupaten Aceh Besar URUTAN RESPONDEN PENDAPATAN KK RP ANGGOTA KELUARGA BATAS PENDAPATAN MISKIN RP SURPLUS DEFISIT RP 1 2,037,228 6 1,275,000 762,228 2 1,901,728 4 850,000 1,051,728 3 1,491,141 2 425,000 1,066,141 4 1,165,548 3 637,500 528,048 5 1,202,089 7 1,487,500 - 467,500 6 395,914 8 1,700,000 - 1,304,08 7 618,739 5 1,062,500 - 443,761 8 999,389 3 637,500 361,889 9 334,546 3 637,500 - 302,954 10 713,946 6 1,275,000 - 561,054 11 470,046 4 850,000 - 379,954 12 1,725,339 4 850,000 875,339 13 510,696 3 637,500 - 126,804 14 510,696 2 425,000 85,696 15 2,659,039 6 1,275,000 1,384,039 16 713,946 4 850,000 - 136,054 17 970,839 4 850,000 120,839 JUMLAH 18,420,869 74 15,725,000 2,513,780 RATA RATA 1,083,581 4 925,000 147,869 64

VI. STRATEGI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERTANIAN LAHAN KERING

Petani lahan kering Gampong Lampisang Dayah pasca konflik kembali menekuni kegiatan pertanian, dengan kegiatan usahatani bidang penggarapan lahan peladangan, peremajaan kebun dan penggembalaan ternak. Saat ini telah menunjukkan perkembangan usahanya dari segi peternakan namun dianggap tidak efektif terhadap penggunaan lahan yang sangat luas hanya oleh 4 kepala keluarga saja. Semua petani lahan kering mempunyai usaha tanaman di ladang sebagaimana telah dianalisis di depan mengenai pendapatan sektor palawija. Mengingat komunitas ini bertujuan mensejahterakan keluarganya masing-masing, maka sampai saat ini belum merasa terbebani untuk menggalang kerjasama terhadap komunitas petani lahan kering dalam bentuk organisasi. Artinya komunitas ini belum terwujud penyusunan kekuatan yang terorganisir guna melakukan penggembangan ekonomi secara kolektif. Usahatani perkebunan dan ladang sejak tiga tahun terakhir giat dilakukan terhadap ketersediaan atau kepemilikan lahan, hanya 4,16 persen yang belum dikerjakan, akan tetapi di sisi lain masih banyak permasalahan yang belum bisa mereka tanggulangi misalnya kerjasama dengan institusi lain dalam upaya menghimpun modal usaha. Padahal jika permasalahan pola hubungan vertikal dikembangkan justru mampu membuka berbagai peluang seperti perolehan modal usaha. Untuk menjawab semua itu perlu disusun rumusan rancangan strategi dan rancangan program pengembangan masyarakat yang bisa mengatasi permasalahan- permasalahan petani lahan kering. Guna menemui suatu program yang efektif, kajian ini akan menggunakan analisis SWOT, dengan meninjau berbagai faktor dengan menempuh tahapan-tahapan sebagai berikut :

6.1 Kondisi Lingkungan Pertanian Lahan Kering

Pembahasan mengenai kondisi lingkungan pertanian ini hanya menganalisis dalam lingkup aktivitas komunitas petani lahan kering di sektor usahatani kebun dan ladang tidak mengevaluasi lagi penggembalaan karena tidak efektif penggunaan lahan terluas untuk 4 orang penggembala. Kemudia melihat juga kegiatan di luar pekerjaan petani tetapi paling mempengaruhi terhadap keberlanjutan usahatani kebun dan ladang. Unsur-unsur yang dilaksanakan dan menyertai kegiatan usahatani akan dikaji sebagai faktor internal usahatani petani lahan kering, sedangkan unsur-