97
6.3.19 Partisipatif petani lahan kering dalam pelaksanaan musrenbangdes
1 Latar Belakang Petani lahan kering gampong Lampisang Dayah tidak seorang pun
mengenal dengan proses perencanaan pembangunan daerah di kecamatan yang diselenggarakan melalui musrenbangdes. Dengan demikian petani lahan kering
Gampong Lampisang Dayah masih belum memahami dan belum memperoleh informasi yang jelas mennyangkut pola perencanaan daerah sebagaimana diatur
dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Peraturan tersebut di dalamnya turut mengatur
mekanisme perencanaan pembangunan daerah pengelolaan APBD KabupatenKota dalam kerangka penyelenggaraan otonomi daerah. Dasar
pemikiran tersebut secara sadar responden sependapat mengatakan pentingnya pelibatan petani dalam penentuan arah pembangunan daerahnya, yang dikenal
dengan perencanaan dari bawah ke atas bottom-up. Tuntutan inilah yang menjadi pegangan peneliti mengedepankan program partisipatif petani lahan
kering. 2 Tujuan
Pemerintah dapat menyerap aspirasi masyarakat petani lahan kering sebagai bagian dari penerapan pembangunan pola perencanaan botton-up. Petani lahan
kering akan merasa diberdaya dan tertampung dalam penyampaian aspirasi dan berfunsinya pasrtisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah.
3 Sasaran Perwakilan petani lahan kering termasuk perempuan yang aktivitasnya di sektor
pertanian.
6.3.20 Partisipatif petani lahan kering dalam pelaksanaan musrenbang.
1 Latar Belakang Pelaksanaan musrenbang adalah lanjutan dari aspirasi yang dikumpulkan
Camata pada musrenbangdes. Dasar hukumnya adalah Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Jika
musrenbang dilakukan secara aspiratif, maka hasil yang dibahas di tingkat musrenbang adalah tindak lanjutnya. Tuntutan inilah yang menjadi pegangan
peneliti menyodorkan program partisipatif petani lahan kering dalam forum musrenbang.
98 2 Tujuan
Pemerintah dapat menyerap aspirasi masyarakat petani lahan kering sebagai bagian dari penerapan pembangunan pola perencanaan botton-up. Petani lahan
kering akan merasa diberdaya dan tertampung dalam penyampaian aspirasi dan berfunsinya pasrtisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah, khususnya
kelompok sasaran pembangunan pertanian. 3 Sasaran
Perwakilan petani lahan kering termasuk perempuan yang aktivitasnya di sektor pertanian.
99
Tabel 24 Kerangka Kerja Logis Pemberdayaan Petani Lahan Kering
NO PROGRAM TUJUAN
KEGIATAN INDIKATOR PELAKU WAKTU
1. Pembentukan
kelompok pertanian dan
peternakan. Untuk merubah
prilaku petani subsisten menjadi
pertanian komersial. Kerjasama PLK secara
gotongroyong. Terbentuk 2 kelompok
PLK, setiap kelompok 30 KK
PLK, Dinas Pertanian,
Dinas Peternakan
Pelaksanaan pada triwulan ke 2, 2008.
2. Pembentukan lembaga adat
Seunebok. Untuk menguatkan
kegiatan PLK, sehingga bisa
mengembangkan usahatani.
Perlindungan SDA bersama lembaga adat Seuneubok.
Perlindungan komunitas petani melalui Peutua
Seuneubok. Terbentuk lembaga
adat berbasis lahan kering.
Tercipta kerjasama masyarakat dalam
pengembangan PLK. PLK, aparat
desa, tokoh masyarakat.
PLK, aparat desa dan
masyarakat. Pelaksanaan pada
triwulan ke 3 tahun 2008.
Pelaksanaan pada tahun 2009.
3. Kerjasama BRR
dengan kelom- pok pertanian
lahan kering. Untuk menguatkan
kelembagaan petani melalui penyediaan
dana dan pembinaan. Pembinaan prilaku PLK
dalam bekerjasama dengan institusi luar komunitas.
Pmbinaan kegiatan PLK Sesuai dana tersedia.
Terjadi interaksi PLK dengan pengusaha
swasta. Tercipta swadaya
setelah pembinaan. BRR dan PLK
BRR dan PLK Sesuai jadwal BRR
2008 -2009 Sesuai jadwal BRR
2008 -2009 4 Kerjasama
BRR dengan
Lembaga Adat Seuneubok.
Untuk keberlanjutan pengembangan
institusi PLK melalui Lembaga Adat
Seuneubok. Pembinaan prilaku PLK
terhadap institusi luar desa. Pembinaan prilaku PLK
dalam komunitasnya. Terjadi interaksi kepa-
da sumber modal. Kuatnya toleransi
sesama PLK. BRR dan PLK
BRR dan PLK
Sesuai jadwal BRR2008 -2009
Sesuai jadwal BRR 2008 -2009
.
Ketetrangan : PLK = Petani Lahan Kering
100
NO PROGRAM TUJUAN
KEGIATAN INDIKATOR
PELAKU WAKTU
5. Pendampingan
PPL Pertanian dalam peng-
gunaan lahan intensifikasi.
Untuk meningkatkan ketrampilan PLK
dalam pemanfaatan SDA.
Pengenalan cara pengolahan tanah dan pengenalan cara
perawatan tanaman palawija. Mampu bertindak tepat
terhadap pengelolaan lahan sempit .
PLK dan PPL Pertanian.
Pelaksanaan, awal tahun 2009.
6. Peyuluhan PPL
Pertanian terhadap Lahan
peremajaan kebun.
Untuk memberi arahan tatacara
peremajaan kebun, berbasis ekosistem
lokal. Pengenalan cara
pengelolahan kebun. Ekstensifikasi lahan berbasis
lingkungan hidup. Terlaksana
peremajaan kebun. Meningkat kualitas
tanaman kebun. PPL Pertanian
dan PLK PPL Pertanian
dan PLK Persiapan, pada
awal Tahun 2009. Pelaksanaan pada
2009 7. Mendirikan
Koperasi simpan-pinjam
berbadan hukum.
Untuk memfasilitasi permodalan dan
pemasaran komoditi pertanian.
Menyusun ADRT melalui rapat anggota.
Pengurusan izin kepada Dinas Koperasi.
Terbangun lembaga secara demokrasi
Tersedia lembaga pengembangan
ekonomi yang formal.
PLK dan Dinas
Koperasi.
Pembentukan pada awal tahun
2009.
8. Melibatkan
donatur ke dalam koperasi.
Untuk mendukung penyediaan modal
dalam jumlah besar. Melakukan negosiasi dengan
berbagai sumber modal. Tercipta network akses
kepada sumber modal. Pengurus,
Pembina dan Koordinator
Penjajakan kerjasama pada
pertengahan tahun 2009.
Ketetrangan : PLK = Petani Lahan Kering
101
.
NO PROGRAM TUJUAN
KEGIATAN INDIKATOR
PELAKU WAKTU
9. Pelibatan pendam-
ping teknis dalam kegiatan kelompok
pertanian lahan kering .
Mendukung keberlan- jutan kegiatan kelom-
pok dalam pengem- bangan SDM bidang
pertanian. Pengarahan ketrampilan
kelompok dalam menangani lahan pertanian.
Tumbuhnya tanggungjawab
bersama terhadap kegiatan.
PPL Pertanian dan anggota
kelompok. Setelah terbentuk
kelompok, akhir tahun 2008.
10. Pelibatan
pendamping teknis dalam lembaga
adat Seuneubok. Mendukung
keberlanjutan lembaga adat dalam
melindungi lahan perkebunanladang.
Pengarahan tentang aturan- aturan hokum dalam
pengelolaan lahan. Mendapat kepercayaan
terhadap lembaga adat. PPL Pertanian
dan PPL dan tokoh
masyarakat. Setelah terbentuk
lembaga adapt, awal tahun 2009.
11. Pengenalan dan
penerapan alat pengolah minyak
kelapa. Untuk meningkatkan
ketrampilan perempuan dalam
pengolahan bahan baku hasil kebun.
Demontrasi alat pengolah minyak kelapa.
Praktek pengolahan minyak kelapa.
Terbuka wawasan PLK terhadap
ketrampilan. Menambah kegiatan
dan penerimaan sector jasa.
BPM Provinsi NAD dan BPM
Kabupaten Aceh Besar
Disesuaikan dengan kegiatan
BPM Propinsi NAD dan Kabupaten
Aceh Besar.
12. Pengenalan cara
dan penerapan alat pengolah
sabut kelapa. Untuk meningkatkan
ketrampilan keluarga dalam pengolahan
bahan limbah hasil kebun.
Demontrasi alat pengolah sabut kelapa,
Praktek pengolahan sabut kelapa.
Terbuka wawasan PLK terhadap
ketrampilan. Tersedia lapangan
kerja keluarga. BPM Provinsi
NAD dan BPM Kabupaten
Aceh Besar Disesuaikan
dengan kegiatan BPM Propinsi NAD
dan Kabupaten Aceh Besar.
Ketetrangan : PLK = Petani Lahan Kering
102
.
NO PROGRAM TUJUAN
KEGIATAN INDIKATOR
PELAKU WAKTU
13. Kemitraan
usahatani dengan sektor
swasta. Untuk menarik
investasi swasta terhadap usahatani
lahan kering Kerjasama pola bagi hasil,
anatar penyedia modal dan penyedia lahan.
Kerjasama sistem pinjaman lunak.
Membuka lapangan kerja keluarga.
Tersedia pinjaman lunak yang mudah
pengembalian
PLK dan pengusaha
PLK, Dinkop, pengusaha.
Pelaksanaan pada tahun
2009 - 2010.
Pelaksanaan pada tahun,
2009 - 2010.
14. Kerjasama petani
lahan kering dengan
pengusaha lokal. Untuk perbaikan
infrastruktur yang mendukung
kegiatan usahatani. Pembangunan infrastruktur
sumber air mata air Terpelihara SDA yang
berkelanjutan.
Pengusaha dan PLK.
Pelaksanaan pertengahan tahun
2008.
15. Melakukan advokasi ke BPM
Aceh Besar, sebelum
penyelenggaraan musrenbangdes.
Untuk terlaksana musrenbangdes
yang transparan. Melakukan
hubunganpersuasive ke BPM menyangkut rencana
pelaksanaan musrenbangdes. Tertampung aspirasi
masyarakat, khususnya PLK secara
institusional. Perwakilan
kelompok tani dan lembaga
adat Seuneubok.
Sebelum dilakukan musrenbangdes
April 2008
16. Melakukan advokasi ke
Bappeda Aceh Besar, sebelum
penyelenggaraan musrenbang.
Supaya terlaksana musrenbangdes
yang transparan. Melakukan hubunganpersuasif
ke BPM menyangkut rencana pelaksanaan musrenbangdes.
Tertampung aspirasi masyarakat, khususnya
PLK secara institusional.
Perwakilan kelompok tani
dan lembaga adat
Seuneubok. Sebelum dilakukan
musrenbang Juni 2008
Keterangan : PLK = Petani Lahan Kering
.
103
NO PROGRAM TUJUAN
KEGIATAN INDIKATOR
PELAKU WAKTU
17. Pemberian bimbingan teknis
bidang pertanian bagi PLK
Untuk meningkatkan ketrampilan PLK
dalam pemanfaatan SDA.
Pelatihan pembibitan dan perawatan tumbuhan
palawija. Pelatihan pembibitan
perawatan tanaman tua. Memiliki
ketrampilan tentang pertanian
Ketrampilan tentang pertanian
Dinas Pertanian, BPM
dan PLK Dinas
Pertanian, BPM dan PLK
Pada triwulan ketiga tahun
2008. Pada triwulan
ketiga tahun 2009.
18. Pemberian bimbingan teknis
bidang perternakan bagi PLK
Untuk meningkatkan ketrampilan PLK
dalam usaha penggemukan lembu
jantan. Pelatihan pemeliharaan
penanganan ternak dalam kandang.
Memiliki ketrampilan
tentang peternakan
Dinas Peternakan,
BPM dan PLK Pada awaltahun
2009.
19. Partisipatif petani lahan kering dalam
pelaksanaan musrenbangdes.
Untuk menyerap aspirasi masyarakat
PLK sebagai ujud pola perencanaan botton-
up. Mengikutsertakan
perwakilan petani lahan kering dalam
musrenbangdes. Terakses pada
penyusunan program
pembangunan pertanian
BPM Kab. Aceh Besar Camat
Seulimeum dan PLK
Pada musrenbang- des bulan April,
setiap tahun.
20. Partisipatif petani lahan kering dalam
pelaksanaan musrenbang.
Untuk berjalannya pasrtisipatif
masyarakat dalam pembangunan daerah.
Mengikutsertakan unsur kelembagaan
petanilembaga adat petani lahan kering dalam
musrenbang. Tertampung
kebutuhan petani lahan kering
Dalama program Pemda Aceh Besar.
Bappeda dan PLK Pada musrenbang-
des bulan Juni, setiap tahun.
Keterangan : PLK = Petani Lahan Kering
.
104
VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis total pendapatan sektor pertanian dan ternak, terdapat 47,06 persen petani lahan kering yang berpendapatan di bawah standar property line
Kabupaten Aceh Besar, artinya kepala keluarga ini belum mampu meningkatkan kesejahteraan hidup. Dengan demikian berarti 52,94 persen petani lahan kering
Gampong Lampisang Dayah berpenghasilan di atas angka indikator kesejahteraan Kabupaten Aceh Besar yakni berada di atas garis kemiskinan. Berkaitan dengan
rendahnya pendapatan tersebut, dikaitkan dengan aspek pengeluaran rumahtangga yang dipengaruhi jumlah tanggungan, maka pengeluaran perbulan menjadi lebih
besar sehingga mengalami ketidakcukupan kebutuhan dasar. Pendapatan lebih rendah dari standar kesejahteraan daerah dan pengeluaran lebih besar dari
pendapatan menunjukkan suatu indikator kemiskinan, yakni terhadap 47,06 persen kepala keluarga petani lahan kering Gampong Lampisang Dayah.
Tingkat keberhasilan terhadap kegiatan pengelolaan lahan pertanian kebun dan ladang dapat dijadikan tolok ukur adalah tingkat efektivitas penggunaan lahan
dengan penghasilan rata-rata. Pendapatan rata-rata terhadap rata-rata 0,6 hektar lahan setiap kepala keluarga adalah Rp1,083,581 perbulan. Angka pendapatan rata-
rata dimaksud merupakan angka yang layak menurut ketentuan daerah, tetapi ketika dihubungkan dengan jumlah tanggungan, berarti perlu melakukan usahatani yang
lebih maksimal lagi. Demikian juga halnya pemamfaatan lahan seluas 135 hektar untuk kegiatan penggembalaan oleh 4 kepala keluarga merupakan penggunaan
lahan yang kurang efektif, namun belum ada motivasi petani lainnya untuk kegiatan tersebut.
Petani lahan kering Gampong Lampisang Dayah dalam kegiatan usahataninya mengalami beberapa permasalahan yang berasal dari dalam
komunitas sendiri maupun datangnya dari faktor luar komunitas, sehingga mengalami hambatan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan keluarga. Dengan
munculnya berbagai permasalahan di sekitar pertanian lahan kering maka berpengaruh besar dalam kegiatan usahatani. Pengaruh internal maupun eksternal
pengelolaan lahan adalah keterbatasan modal, SDM, penerapan teknologi dan akses pada partisipatif dalam pembangunan daerah. Di pihak lain, pengaruh yang bisa
mendukung kegiatan pertanian yakni ketersediaan lahan kering yang relatif luas, peran pendamping teknis, infrastruktur jalan dan pertumbuhan pasar.