Pendekatan Partisipatif TINJAUAN PUSTAKA

8 Todaro 1985 mengemukakan, sangat diperlukan secara menyeluruh melakukan perubahan-perubahan kepada seluruh sendi kehidupan sosial, ekonomi dan struktur kelembagaan pada masyarakat desa. Jika tidak dilakukan pembenahan hal dimaksud, maka pembangunan pertanian sulit berkembang bahkan akan terjadi kesenjangan antar kelompok petani kecil dengan pemilik tanah. Artinya, penguatan ekonomi masyarakat petani terpengaruh pada kondisi sosial dan budaya setempat.

2.2 Pendekatan Partisipatif

Menurut Dagun 1987 dari sekian banyak pengertian pendekatan antara lain disebutkan tentang suatu cara menangani atau memecahkan masalah. Sedangkan partisipatif diartikan keikutsertaan atau berperan-serta dalam suatu kegiatan. Jika kedua kata tersebut didefinisikan berarti; suatu metode fasilitasi penyelesaian masalah secara bersama-sama terhadap apa yang sedang diperhatikan. Pendekatan partisipatif di sini dimaksudkan pada cara tempuh dalam penyelesaian kegiatan pembangunan kesejahteraan sosial-ekonomi. Diperlukan gerakan kolektif bersama unsur pemerintah, swasta dan masyarakat serta komunitas petani lahan kering sendiri. Pelibatan masyarakat petani dalam kegiatan pembangunan ekonomi bukan tujuan penguasaan material modal usaha, dan aset tanah saja, namun perlu kerjasama secara berperanserta dalam membangun jejaring sosial, penguatan kelembagaan lokal dan lainnya guna berkelanjutan sustainable operasional kegiatan petani lahan kering. Maschab dalam Suparlan 1994 menggarisbawahi, pembangunan desa khususnya terhadap kegiatan pertanian sebagai suatu kegiatan yang terus-menerus mementingkan peran unsur penggerak mobilisasi dari dalam masyarakat itu sendiri. Pemerintah tidak bisa melaksanakan pembangunan tanpa dukungan partisipatif pihak masyarakat, bukan disebabkan keterbatasan dana dan tenaga, tetapi karena pembangunan manusia seutuhnya tidak terbatas pada peningkatan pendapatan dan kemakmuran semata, tetapi harkat dan martabatnya sebagai bangsa merdeka yang sederajad dengan bangsa lain di dunia. Dari pemikiran di atas, program pengembangan masyarakat desa memerlukan aspek partisipasi berbagai stakeholders khususnya unsur Pemerintah. Dalam arti lain, penguatan ekonomi lebih mengutamakan peranan partisipasi semua unsur, namun demikian partisipasi masyarakat desa sebaiknya tidak terbatas pada pelaksanaan kegiatan, tetapi diperluas pada partisipasi aspiratif dalam perencanaan dengan pola bottom-up planing, sehingga kegiatan pembangunan sesuai kebutuhan masyarakat. 9 Mewujudkan partisipasi penuh, diutamakan kreativitas dan keseriusan masyarakat tani. Pelibatan masyarakat seharusnya secara sempurna dari awal sampai akhir proses suatu kegiatan bahkan perlu dilibatkan masyarakat dalam evaluasi kegiatan. Pada era desentralisasi sekarang menerapkan pola bottom-up dalam upaya memperkuat masyarakat di lapisan terendah masyarakat tani sebagai objek pembangunan. Cohen dan Uphoff dalam Prijono 1976 membatasi lingkup partisipasi masyarakat desa, yaitu pelibatan unsur masyarakat desa dalam penentuan arah kebijakan pembangunan harus dimulai dari tahap penyusunan perencanaan, penentuan kebijakan kegiatan, pembuatan keputusan, penerapan keputusan, pelaksanaan, kerjasama, penikmatan hasil proyek sampai pada monitoring dan evaluasi program pembangunan. Konsep partisipasi masyarakat adalah konsep bottom-up, tetapi tidak terbatas pembangunan ekonomi melainkan termasuk persoalan transpormasi masyarakat luas global society. Yaitu menyangkut justice keadilan, inclucivennes kesetiakawanan dan sustainability berkesinambungan. Artinya harus berpeluang sama dalam kebutuhan hidup, berbagi kemampuan sesama dalam pengelolaan SDA serta memperhatikan kepentingan generasinya. Azas demikian hanya mengandalkan masyarakat atau partisipasi aktif dimaksud diistilahkan dengan a people centered development, Maschab dalam Suparlan 1994. Dengan demikian, endekatan partisipatif dianggap paling efektif dalam operasional otonomi daerah, khususnya terhadap penguatan ekonomi petani lahan kering. Ditinjau dari aspek pembiayaan pembangunanpun termasuk paling efesien, sebab pendekatan ini memprioritaskan rancangan pengembangan pembangunan yang prioritas atau disesuaikan kehendak masyarakat desa seperti petani. Uphoff dan Todaro dalam Riwu 1997, menegaskan partisipasi dalam pembangunann dapat dilakukan melalui keikutsertaan masyarakat dalam memberikan kontribusi penuh guna menunjang pelaksanaan pembangunan yang berwujud pada barang-barang, tenaga, material, informasi yang konstruktif terhadap pembangunan. Jika tujuan pembangunan perdesaan diarahkan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat yang diawali dari peningkatan kesejahteraan setiap keluarga, maka yang menajdi indikatornya adalah pendapatan, pengeluaran dan produksi petani kecil yang dihubungkan dengan pendapatan layak menurut standar setempat poverty line. Instrumen dan indikator pencapaiannya adalah teknologi, inovasi, kebijakan pemerintah dan partisipasi swasta. Indikator lain ialah pengolahan, pasar, partisipatif aktif dan peradaban penanganan lingkungan. 10

2.3 Pemberdayaan Masyarakat