10
2.3 Pemberdayaan Masyarakat
Dikatakan pemberdayaan minimal adanya pihak pemberi dan penerima kekuasaan atau kedua pihak saling berbagi kekuatan empowerment share. Proses
demikian terjadi pelimpahan kekuatan, seperti dikatakan Ife dalam Suharto 2005, “pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah
atau tidak beruntung”. Prijono 1996 menjelaskan, pemberdayaan merupakan proses pematahan
breakdown kekakuan menjadi transparan dalam relasi antara subjek penguasapemerintah dengan objek masyarakatpetani. Proses ini mementingkan
adanya keseriusan subjek dalam membangun kemampuan objek menurut potensi yang dimilikinya. Proses ini melihat pentingnya mengalir daya flow of power dari
subjek ke objek. Pemberian kuasa, kebebasan dan “pengakuan” dari subjek kepada objek, manifestasinya dengan memberi kesempatan seluas-luasnya usaha
meningkatkan hidupnya dengan memanfaatkan sumber daya lokal setempat. Esensi akhir yang di lihat adalah kemampuan individu miskin untuk dapat mewujudkan
harapan berdasarkan “pengakuan” yang telah diberikan oleh subjek Pemerintah. Kemampuan individu dalam kegiatan merupakan bukti bahwa individu tersebut telah
memiliki daya. Pemberdayaan masyarakat seharusnya tidak tersekat-sekat, inipun bisa
terealisasi jika semua pihak berpartisipasi penuh. Mengingat pihak objek masyarakat identik dengan berbagai kelemahanketerbatasan, maka aliran pemberdayaan subjek
pemerintah sering terganggu dan kurang efektif. Sehubungan dengan karakter tersebut diperlukan keberpihakan empowerment kepada golongan powerless
ketidakberdayaan. Empowerment merupakan modal dasar yang tidak boleh dikonsentrasikan pada kasus tertentu saja, tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan.
Membangun masyarakat melalui pemberdayaan, prosesnya terintegrasi dan menyeluruh ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, komunikasi dan lainnya
mengingat pola pengembangan masyarakat sekarang dalam kondisi modernisasi dan globalisasi.
Menempatkan partisipasi masyarakat sebagai subjek pembangunan, Oakley dan Marsden dalam Adimihardja 2004 menggambarkan pemberdayaan cenderung
pada proses pemberian atau pengalihan sebagian kekuasaan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Proses ini biasanya ditandai dengan
upaya membangun aset material guna mendukung pembangunan kemandirian masyarakat melalui keorganisasian lokal.
11 Aspek pemberdayaan yang menekankan peranserta masyarakat partisipatif
berarti proses pembangunan berpusat pada rakyat people development centre operasionalnya tidak mudah tersekat-sekat. Escap dalam Adimiharja 1999
menyatakan “kajian strategis pemberdayaan masyarakat, baik ekonomi, sosial, budaya atau politik menjadi penting sebagai input untuk reformasi pembangunan yang
berpusat pada rakyat, yang memberikan peluang bagi masyarakat untuk membangun secara partisipatif.
Argumentasi diatas terkait dengan gagasan Depsos RI dan Chambers dalam Kartasasmita 1996 “pemberdayaan masyarakat tidak hanya mengembangkan
potensi ekonomi rakyat, tetapi termasuk harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, terpeliharanya tata nilai budaya setempat. Pemberdayaan sebagai
konsep sosial budaya yang implementatif dalam pembangunan yang bertumpu pada rakyat, tidak saja menumbuhkan dan mengembangkan nilai tambah ekonomi, tetapi
juga termasuk nilai tambah sosial-budaya”.
2.4 Kelembagaan