Bumbu Pelezat Serbaguna Rasa Sapi

57 menilai bahwa produk seperti ini memiliki karakter yang lebih bagus dari standar. Sampel produk yang memperoleh nilai penerimaan 3,73 dinilai masih diterima oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk. Nilai penerimaannya tidak terlalu rendah walaupun intensitasnya sedikit lebih rendah dari intensitas standar. Produk seperti ini diberi skor organoleptik 6. Sampel-sampel dengan tingkat penerimaan di bawah 3 tidak dapat diterima oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk. yang diwakili oleh para panelis. Panelis dalam hal ini bertindak sebagai konsumen internal. Produk yang sudah tidak dapat diterima oleh konsumen internal sebaiknya tidak dipasarkan sehingga tidak dikonsumsi oleh konsumen eksternal pelanggan. Oleh karena itu, produk seperti demikian akan diberi skor 5 dan harus ditolak.

c. Bumbu Pelezat Serbaguna Rasa Sapi

Sampel perlakuan untuk atribut-atribut kunci produk bumbu pelezat serbaguna rasa sapi disiapkan dengan metode yang sama dengan sampel produk bumbu pelezat serbaguna rasa ayam Tabel 2. Akan tetapi, bahan baku pendukung atribut spicy yang dipilih untuk produk bumbu pelezat serbaguna rasa sapi tidak sama dengan produk bumbu pelezat serbaguna rasa ayam, yakni hanya SS. Pemilihan bahan baku SS untuk mewakili atribut kunci spicy karena SS dinilai lebih mendorong pembentukan atribut spicy daripada bahan baku rempah-rempah lainnya. Bahan baku pendukung atribut lainnya terdiri atas SA asin, SG gurih, SM meaty, dan SF warna larutan. Lampiran 12 dan Gambar 16 menunjukkan bahwa hanya sampel- sampel untuk perlakuan atribut warna larutan bumbu pelezat serbaguna rasa sapi yang memiliki korelasi positif dan model regresi yang signifikan antara konsentrasi bahan baku pendukung atributnya dengan intensitas atributnya, yakni warna larutan. Hasil ini menunjukkan bahwa ketika konsentrasi bahan baku SF meningkat, maka intensitas warna yang 58 diterima oleh panelis juga akan meningkat. Lain halnya dengan sampel-sampel yang disiapkan untuk perlakuan atribut lainnya. Konsentrasi bahan baku pendukung atribut yang ditambahkan pada sampel-sampel untuk perlakuan atribut asin, gurih, spicy, dan meaty tidak memiliki korelasi sama sekali dengan intensitas atribut yang dihasilkannya Lampiran 12, Gambar 12-Gambar 15. Model regresi masing-masing kelompok sampel ini pun tidak signifikan pada taraf 5 dan tidak dapat digunakan kembali. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang erat antara variasi konsentrasi yang diberikan terhadap bahan baku SA, SG, SS, dan SM Tabel 2 dalam membentuk intensitas atribut asin, gurih, spicy dan meaty pada bumbu pelezat serbaguna rasa sapi. y = 0.014x + 3.080 R 2 = 0.011 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 1 2 3 4 5 Perlakuan Konsentrasi Bahan Baku SA In te n s it a s A tr ib u t A s in Gambar 12. Hubungan antara Perlakuan Konsentrasi Bahan Baku SA terhadap Intensitas Atribut Asin Bumbu Pelezat Serbaguna Rasa Sapi y = 0.174x + 2.302 R 2 = 0.204 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 1 2 3 4 5 Perlakuan Konsentrasi Bahan Baku SG Int e ns it a s A tr ibut G ur ih Gambar 13. Hubungan antara Perlakuan Konsentrasi Bahan Baku SG terhadap Intensitas Atribut Gurih Bumbu Pelezat Serbaguna Rasa Sapi 59 y = 0.324x + 3.043 R 2 = 0.880 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 1 2 3 Perlakuan Konsentrasi Bahan Baku SS In ten s it as A tr ib u t S p icy Gambar 14. Hubungan antara Perlakuan Konsentrasi Bahan Baku SS terhadap Intensitas Atribut Spicy Bumbu Pelezat Serbaguna Rasa Sapi y = 0.107x + 4.050 R 2 = 0.538 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 1 2 3 4 5 Perlakuan Konsentrasi Bahan Baku SM In te n s it as At ri b u t M eat y Gambar 15. Hubungan antara Perlakuan Konsentrasi Bahan Baku SM terhadap Intensitas Atribut Meaty Bumbu Pelezat Serbaguna Rasa Sapi y = 0.134x + 2.986 R 2 = 0.917 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 1 2 3 4 5 Perlakuan Konsentrasi Bahan Baku SF In te nsi ta s A tr ibut Wa rn a L a ru ta n Gambar 16. Hubungan antara Konsentrasi Bahan Baku SF terhadap Intensitas Atribut Warna Larutan Bumbu Pelezat Serbaguna Rasa Sapi 60 Hasil analisa ragam Lampiran 13-Lampiran 17 menunjukkan bahwa semua sampel dari masing-masing kelompok atribut dapat dibedakan secara signifikan pada taraf 5. Namun hasil uji Duncan Tabel 7 menunjukkan bahwa hanya tidak semua sampel dalam atribut yang sama memiliki perbedaan yang nyata pada taraf 5. Beberapa sampel dalam atribut yang sama hanya dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok. Namun, tidak diperoleh sampel yang benar-benar berbeda nyata satu sama lain dalam satu atribut yang sama. Sampel-sampel untuk atribut warna larutan hanya dapat dibedakan menjadi empat kelompok, tetapi, sampel masih tetap dapat dibedakan berdasarkan urutan intensitasnya. Tabel 7. Hasil Uji Duncan terhadap Intensitas Atribut Sampel Produk Bumbu Pelezat Serbaguna Rasa Sapi Atribut Warna Perlakuan Asin Gurih Spicy Meaty larutan A 4.93 c 3.98 a 3.12 a 4.58 a 3.49 a B 2.15 a 4.39 ab 3.25 a 4.31 a 3.51 a C 4.49 b 5.11 d 3.84 b 5.53 b 4.15 b D 4.05 b 4.48 bc 5.69 b 5.11 c E 4.33 b 4.89 cd 5.51 b 6.06 d Jenis perlakuan dibedakan berdasarkan urutan konsentrasi bahan baku pendukung atribut dari yang terendah hingga tertinggi Nilai dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak dapat dibedakan secara nyata pada taraf 5 Sampel-sampel akan dipakai sebagai bahan dalam penentuan batasan penerimaan mutu atribut jika sampel-sampel tersebut menunjukkan korelasi yang positif antara konsentrasi bahan baku pendukung atribut dengan intensitasnya, memiliki model regresi yang signifikan pada taraf 5, dan masing-masing sampel dalam kelompok atribut yang sama dapat dibedakan secara signifikan pada taraf 5. Dari semua kelompok sampel yang diuji, hanya kelompok sampel untuk atribut warna larutan yang paling memenuhi persyaratan ini. Keempat kelompok sampel lainnya diputuskan belum dapat digunakan sebagai bahan untuk menentukan batasan penerimaan mutu produk. 61 Hasil uji korelasi, analisa ragam terhadap model regresi, analisa ragam dan uji Duncan terhadap keempat kelompok sampel tersebut belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, formulasi ulang perlu dilakukan untuk membuat sampel-sampel yang dapat digunakan dalam penentuan batasan penerimaan mutu atribut asin, gurih, spicy dan meaty bumbu pelezat serbaguna rasa sapi. Sampel-sampel untuk atribut warna larutan dinilai dapat digunakan sebagai bahan untuk penentuan batasan penerimaan mutu warna larutan. Oleh karena itu, dilakukan uji korelasi terhadap intensitas atribut dengan tingkat penerimaan panelis untuk melihat hubungan antara dua variabel tersebut. Lampiran 18 menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara intensitas atribut warna larutan hasil uji rating dengan tingkat penerimaan panelis hasil uji hedonik pada taraf 5. Dengan demikian, dapat dibuat suatu grafik hubungan antara kedua variabel ini. 4.14 3.80 4.68 4.76 3.24 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 Intensitas Atribut Warna Larutan T in g kat P e n e ri m aan P a n e li s Gambar 17. Hubungan antara Intensitas Atribut Warna Larutan dengan Tingkat Penerimaan Panelis terhadap Bumbu Pelezat Serbaguna Rasa Sapi Sama halnya dengan penentuan batasan penerimaan mutu atribut warna larutan bumbu pelezat serbaguna rasa ayam, penentuan batasan penerimaan mutu warna larutan bumbu pelezat serbaguna rasa sapi dilakukan dengan menghubungkan intensitas atribut sampel dengan tingkat penerimaannya oleh panelis serta menyesuaikannya dengan skor 62 uji organoleptik yang telah digunakan selama ini Tabel 3. Kegiatan ini juga dilakukan dalam bentuk diskusi bersama antara Divisi Produksi, Divisi Quality dan Divisi Development. Selain itu, penentuan batasan penerimaan mutu juga didasarkan pada intensitas atribut warna larutan seperti yang tercantum pada profil atribut sensorinya. Nilai intensitas standar warna larutan bumbu pelezat serbaguna rasa sapi seperti yang tercantum dalam profil atribut sensorinya bernilai 4. Sampel yang dengan intensitas atribut mendekati 4 4,15 memperoleh tingkat penerimaan panelis sebesar 4,68. Dengan demikian, sampel ini diberi skor organoleptik 7. Sampel dengan intensitas atribut 3,49 dan 3,51 tidak dapat dibedakan secara signifikan pada taraf 5 Tabel 7. Oleh karena itu, kedua sampel ini diasumsikan memiliki karakter sensori yang sama. Dengan tingkat penerimaan panelis yang berkisar antara 3,80 dan 4,14, kedua sampel tersebut dinyatakan masih dapat diterima oleh para panelis walau intensitasnya lebih rendah dari standar. Oleh karena itu, sampel ini diberi skor organoleptik 6. Begitu pula halnya dengan sampel yang memperoleh intensitas atribut 5,11. Peningkatan intensitas ini menunjukkan bahwa sampel tersebut tidak lagi sama dengan standar atau spesifikasi produk. Namun, dengan tingkat penerimaan panelis yang tidak terlalu jauh dengan tingkat penerimaan panelis untuk sampel dengan intensitas standar, maka sampel dengan intensitas atribut 5,11 diberi skor organoleptik 6. Sampel dengan intensitas 6,06 tidak dapat diterima oleh panelis. Hal ini menunjukkan bahwa ketika warna larutan semakin tua, maka panelis tidak dapat menerima produk tersebut karena tidak sesuai dengan spesifikasi. Dengan kata lain, tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Dengan demikian, produk-produk yang memiliki karakter seperti sampel ini akan diberi skor organoleptik 5 dan tidak boleh diterima untuk dilepas ke pasar. 63

4. Perbaikan Dokumen Pemeriksaan Mutu Organoleptik Bumbu Pelezat Serbaguna