11
C. PROSES PRODUKSI BUMBU PELEZAT SERBAGUNA DI PT.
UNILEVER INDONESIA, TBK.
Proses produksi bumbu pelezat serbaguna di PT. Unilever Indonesia, Tbk. terdiri atas lima tahap utama, yakni penimbangan bahan, pencampuran
mixing, pengayakan, pengisian dan pengeliman. Proses produksi bumbu pelezat serbaguna di PT. Unilever Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 3.
Satu campuran bumbu pelezat serbaguna dalam pabrik SCCC PT. Unilever Indonesia, Tbk. dinamakan satu batch produk bumbu pelezat serbaguna.
Campuran bumbu pelezat serbaguna yang dicampur di dalam mesin mixer. Kegiatan mengeluarkan campuran bumbu dari dalam mesin mixer dinamakan
dumping atau unloading. Tahap produksi setelah dumping ialah ageing. Ageing adalah waktu
pendiaman produk agar terbentuk karakter produk sesuai yang diinginkan, khususnya karakteristik flavor. Bumbu pelezat serbaguna terdiri atas sejumlah
bahan yang memiliki karakteristik flavor yang berbeda. Setelah pencampuran, beragam flavor yang berasal dari bahan yang berbeda akan terbentuk menjadi
satu kesatuan flavor. Hal ini dinamakan efek ageing Hirasa dan Takemasa, 1998.
Tahap ageing dilanjutkan dengan proses pengayakan. Pengayakan bertujuan untuk menahan benda-benda asing yang mungkin terdapat dalam
campuran bumbu pelezat serbaguna dan partikel-partikel bumbu yang berukuran besar. Setelah pengayakan, campuran bumbu pelezat serbaguna
dikemas pada masing-masing ukuran kemasan sesuai dengan varian yang diproduksi. Produk bumbu pelezat serbaguna yang telah dikemas kemudian
dikemas lanjut di dalam kemasan sekunder berupa kardus fibrite. Setelah itu, produk bumbu pelezat serbaguna ini disimpan di gudang sebelum diluncurkan
untuk dijual di pasar.
D. MUTU DAN PEMERIKSAAN MUTU
Mutu memiliki beragam definisi. Umumnya mutu dinilai dari penampilan, hasil kerja atau pemenuhan terhadap persyaratan. Para ahli telah
memberikan beragam definisi mengenai mutu. Juran 1974 diacu dalam
12 Herjanto 2006 mengartikan mutu sebagai kesesuaian dengan kegunaan
fitness for use. Crosby 1979 diacu dalam Herjanto 2006 mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian dengan persyaratan. Gasperz 2006b mendefinisikan
mutu sebagai segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan.
Mutu memiliki peranan yang besar dalam menjaga nama baik perusahaan dan dalam mengembangkan usahanya. Reputasi perusahaan
seringkali ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam mengendalikan mutu komoditas yang dihasilkannya dan kemampuannya dalam melayani
keinginan konsumen. Saat ini, mutu menjadi faktor penting bagi suatu perusahaan dalam rangka memasuki dan memperoleh pangsa pasar.
Perusahaan-perusahaan dari negara-negara yang miskin sumber daya alam berhasil menguasai pasar dunia dengan menjaga mutu produk-produknya tetap
tinggi. Pencapaian mutu produk yang telah ditetapkan termasuk sasaran utama
produksi bagi perusahaan selain untuk mencapai volume dan kecepatan produksi Soekarto, 1990. Kedua sasaran itu dapat saling bertentangan. Oleh
karena itu, keduanya harus dapat dicapai secara simultan. Untuk itu perlu kerjasama yang erat antara sistem produksi dan sistem pengendalian mutu
quality control. Soekarto 1990 menjelaskan bahwa pengendalian mutu bertujuan
untuk memberi pedoman mutu bagi produsen, melindungi konsumen, dan mengendalikan proses di tingkat industri. Salah satu aplikasi dari sistem
pengendalian mutu adalah kegiatan pengawasan atau pemeriksaan mutu quality inspection. Pemeriksaan mutu adalah suatu kegiatan pengukuran
karakteristik mutu untuk mengetahui kesesuaian produk yang dihasilkan dengan standar atau spesifikasi. Standar atau spesifikasi mutu menurut ISO
adalah suatu spesifikasi teknis mengenai mutu suatu komoditas atau dokumen lain yang dibuat dengan cara kerjasama dan konsensus antara pihak-pihak
yang berkepentingan dengan dasar ilmu pengetahuan, teknologi dan pengalaman sehingga standar mutu itu dapat dimanfaatkan masyarakat secara
optimal. Standar atau spesifikasi digunakan sebagai acuan yang akan
13 membantu perusahaan dalam menjaga dan mengukur mutu produk yang
dihasilkannya agar tetap seragam. Pemeriksaan mutu produk diperlukan untuk memberikan keyakinan
kepada perusahaan itu sendiri internal dan pelanggan eksternal bahwa mutu produk yang dihasilkan benar-benar telah sesuai dengan spesifikasi.
Semakin sering pemeriksaan dilakukan, maka semakin sedikit peluang produk cacat yang lolos atau terkirim ke konsumen. Pemeriksaan mutu umumnya
dilakukan dalam bentuk pengujian, seperti uji mikrobiologi, uji organoleptik, dan sebagainya, atau dalam bentuk pengukuran, seperti pengukuran panjang,
berat, dan sebagainya. Muhandri dan Kadarisman 2005 menjelaskan bahwa kegiatan
pemeriksaan mutu sebaiknya meliputi langkah-langkah penyusunan standar dan spesifikasi mutu, pengukuran karakteristik mutu dari produk,
pembandingan hasil pengukuran dengan standar, penentuan status kesesuaian, pemisahan produk yang tidak sesuai, dan pembuatan catatan hasil
pemeriksaan. Bentuk kegiatan pemeriksaan mutu bervariasi mengikuti kebutuhan dan kondisi yang terjadi di perusahaan. Oleh karena itu, tidak ada
bentuk pemeriksaan mutu yang benar-benar sama untuk semua perusahaan. Pemeriksaan mutu umumnya dilaksanakan di dalam perusahaan sebelum
produk dijual ke pasar di bawah tanggung jawab divisi Jaminan Mutu Quality AssuranceQA. Namun, tanggung jawab akan mutu produk tidak hanya
menjadi tanggung jawab divisi QA semata, tetapi juga divisi produksi dan Research and Development RD yang ada di perusahaan tersebut.
E. PEMERIKSAAN MUTU ORGANOLEPTIK