4. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Krisis keragaman hayati global yang terjadi sekarang ini baik secara langsung ataupun tidak langsung disebabkan oleh deforestasi hutan tropika
Turner, 1996. Selain menghilangkan habitat asli bagi keragaman hayati, deforestasi juga menyebabkan hutan yang tersisa menjadi terpisah-pisah
fragmented dalam luas yang bervariasi. Semakin kecil fragmen hutan, kemampuannya untuk mendukung keragaman hayati juga semakin sedikit. Isolasi
yang menghalangi terjadinya imigrasi akan membuat vitalitas populasi dalam wilayah yang terfragmen menjadi semakin lemah karena frekuensi kemunculan
gen homozigot menjadi lebih tinggi akibat tidak adanya kawin silang. Bagi tumbuhan dioecious, fragmentasi akan menjadi faktor yang menghalangi
terjadinya polinasi jika tumbuhan jantan dan betinanya terdapat pada fragmen yang terpisah sehingga fertilisasi akan gagal. Di Indonesia laju deforestasi per
tahunnya sudah mencapai 2.84 juta ha Departemen Kehutanan, 2005. Sistem agroferest karet adalah salah satu sistem pertanian yang dilakukan
oleh masyarakat lokal dan dikelola secara ekstensif sehingga memungkinkan jenis-jenis liar dapat hidup dan berkembang biak di dalamnya. Berdasarkan pada
hasil penelitian yang telah dilakukan, sistem agroforest memiliki kemiripan dengan hutan alam, baik dalam karakteristik habitat maupun keragaman hayati di
dalamnya Michon de Foresta, 1995; Michon de Foresta, 1993; Thiollay, 1995; Werner, 1999; Beukema dan van Noordwijk, 2004. Kemiripan tersebut
antara lain dapat dilihat pada struktur kanopi yang berlapis, komposisi penyusun vegetasi yang beragam, iklim mikro dan sistem siklus unsur hara yang hampir
tertutup. Pada agroforest damar kemiripan jenis rata-rata pada tingkat plot dengan hutan alam untuk jenis tumbuhan mendekati 50, untuk jenis burung 60 dan
untuk jenis mesofauna tanah 100 Michon de Foresta, 1995. Jika dibandingkan antara hutan alam, agroforest karet dan agroekosistem yang
manajemennya intensif, keragaman vegetasi penyusun pada agroforest karet secara rata-rata berada di tengah-tengahnya intermediate. Namun sampai
sejauh ini belum ada informasi mengenai sejauh mana sistem agroforest karet
41 dapat menampung kekayaan dan keragaman jenis tumbuhan berkayu pada
tingkat lanskap. Mengingat luasnya wilayah yang harus disurvei, obyek yang akan diambil
sebagai sumber data adalah jenis tumbuhan berkayu yang masih pada tahap anakan. Dibandingkan dengan pohon dewasa yang berukuran tinggi, anakan
tumbuhan berkayu relatif lebih mudah pengambilan datanya di lapangan. Kriteria anakan yang diambil sebagai data adalah yang sudah memiliki tinggi di atas 1 m
dengan diameter = 3 cm pada ketinggian setinggi dada dengan asumsi bahwa anakan tumbuhan berkayu tersebut sudah melewati masa kritis untuk bertahan
hidup. Informasi tentang kekayaan dan keragaman jenis tumbuhan berkayu terutama jenis pohon yang terdapat di agroforest karet akan sangat berguna
karena selain berfungsi sebagai pembentuk struktur vegetasi informasi tentang komponen pohon juga dapat dipakai dalam membantu menilai dengan lebih baik
produktivitas lahan agroforest karet karena kayu yang dihasilkan dapat menjadi nilai tambah bagi petani.
Keberadaan suatu jenis pada suatu tempat merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor, mulai dari faktor reproduksi jenis tumbuhan itu sendiri untuk
menghasilkan biji, agen yang memindahkan biji dari sumbernya ke tempat yang sesuai, kondisi habitat yang mendukung, interaksi antara jenis yang sama dan
dengan jenis yang berbeda, predator dan penyakit, sejarah perubahan lahan dan faktor manajemen jika terdapat unsur manusia dalam sistem tersebut. Jika kajian
dilakukan pada tingkat lanskap, keberadaan sistem lain yang terdapat dalam lanskap yang sama juga akan ikut mempengaruhi. Oleh karena itu selain untuk
mengetahui tingkat kekayaan dan keragaman jenis tumbuhan berkayu yang dapat ditampung oleh sistem agroforest karet, penelitian ini ini juga akan mengkaji
beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan jenis tersebut pada sistem agrofrest karet. Namun karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, di antara
sekian banyak faktor yang mempengaruhi keberadaan suatu jenis pada suatu tempat sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, pada penelitian ini kajiannya
dibatasi hanya pada lima faktor saja yang dianggap cukup penting, yaitu: 1. Manajemen agroforest karet. Faktor ini dianggap penting karena agroforest
karet merupakan salah satu bentuk agroekosistem dimana manusia adalah unsur yang paling dominan pengaruhnya. Sebagaimana yang telah diketahui,
42 semakin tinggi tingkat intensitas manajemen pada suatu lahan pertanian,
keragaman hayati yang terdapat di dalamnya akan semakin rendah. 2. Faktor yang berasal dari lingkungan yaitu faktor cahaya dan karakteristik
tanah Ashton Hall, 1992; Lescure dan Boulet, 1985; Newbery, et al., 1984; Maldvido Martinez-Ramos, 2002; Sizer dan Tanner,1999. Terkait dengan
ketersediaan cahaya, jenis pohon di hutan hujan tropika basah memiliki dua strategi regenerasi secara umum , yaitu strategi sebagai jenis pionir dan non
pionir klimaks. Jenis pionir adalah jenis pohon yang bijinya mampu berkecambah dan anakannya mampu bertahan hidup jika kondisi intensitas
cahayanya tinggi terbuka. Sedangkan jenis klimaks adalah jenis pohon yang bijinya mampu berkecambah pada kondisi intensitas cahaya rendah
ternaungi dan anakannya mampu bertahan hidup dalam waktu yang lama di bawah naungan Whitmore, 1996. Walaupun begitu, secara keseluruhan
pertumbuhan dan kemampuan untuk bertahan hidup anakan akan lebih baik di bawah kanopi yang terbuka dibandingkan dengan di bawah naungan. Pada
beberapa tempat dilaporkan, komposisi jenis tumbuhan dipengaruhi oleh kondisi dan karakteristik fisika dan kimia tanah Sabatier et al., 1997; Baillie et
al., 1987; Poore, 1968. Namun ada juga hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perbedaan parameter fisik dan kimia tanah tidak berpengaruh terhadap
komposisi jenis Kwan dan Whitmore, 1970. Sollins 1988 berdasarkan hasil review beberapa artikel mengatakan bahwa karakteristik tanah yang paling
mungkin mempengaruhi komposisi jenis di hutan hujan tropika berturut-turut adalah ketersediaan P, keracunan Al, kedalaman air tanah, porositas,
ketersediaan kation logam basa dan unsur hara mikro seperti B, Zn dan N. 3. Struktur tegakan vegetasi seperti kerapatan dan BA pohon. Pada beberapa
penelitian faktor ini terlihat mempengaruhi kekayaan dan keragaman jenis anakan pada suatu tempat Huang, et al., 2003; Couteron, et al., 2002;
Brearley, et al., 2004; Hall, 1996. 4. Agen penyebar biji yang berfungsi untuk memindahkan biji dari sumber biji ke
tempat yang sesuai untuk tumbuh dan berkembang Faegri Pijl, 1979; Garber Lambert, 1988; Swaine, 1996.
5. Faktor keberadaan hutan sebagai sumber propagul dalam suatu lanskap. Yang dilihat di sini adalah dominan tidaknya hutan dalam suatu lanskap.
6. Sejarah lahan, antara lain informasi asal vegetasi dan umur agroforest karet.
43 Diagram alur pemikiran penelitian adalah seperti yang digambarkan pada
Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Alur pemikiran penelitian
Deforestasi
•
Hilangnya habitat
•
Fragment asi habit at
•
Turunnya kualitas habitat Keragaman
hayati menurun
Pot ensi AFK sebagai kaw asan penampung bagi jenis t umbuhan berkayu selain karet ?
Manajemen petani
•
I ntensitas manajemen
Karakteristik lanskap
•
Mosaik lanskap Karakteristik habitat
•
Struktur tegakan
•
Tanah
•
Cahaya
•
Vegetasi asal agroforest karet
•
Umur agroforest karet Kepunahan jenis
•
Hilangnya habitat
•
Pencemaran lingkungan
•
Perubahan iklim global
Faktor yang mempengaruhi
•
Jenis anakan t umbuhan berkayu yang beregenerasi
di AFK dan hutan ?
•
Tingkat kekayaan jenis?
•
Tingkat keragaman jenis?
Survei jenis
•
Kelompok pemencar biji Agroforest Karet AFK
•
Bentuk pertanian yang berkelanjutan
•
I ntensitas manajemen rendah
•
Karakteristik habitat mirip hutan alam
•
Kanopi berlapis
•
Siklus unsur hara hampir t ert ut up
•
44
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian