16
jenis seperti pada Tabel 2.5. Sama halnya dengan data dari BPS Bungo 2002, lahan di Kabupaten Bungo masih didominasi oleh vegetasi hutan. Agroforest karet
umur tua dan produktif hanya menempati 11.74 dari total luas Kabupaten Bungo dan hampir seimbang luasnya dengan perkebunan kelapa sawit. Bentuk
penggunaan lahan dominan urutan kedua adalah perkebunan karet umur muda dan produktif dengan luas mencakup 32.31 dari total luas wilayah. Perlu diingat
bahwa perkebunan karet umur muda dimasa depan mas ih berpotensi untuk menjadi agroforest karet.
Tabel 2. 5 Jenis dan luas areal penggunaan lahan di Kabupaten Bungo tahun 2002
Klasifikasi lahan Luas km
2
Luas Vegetasi Bukan Karet
Ø Hutan Ø Perkebunan kelapa sawit
Ø Semak dan herba Ø Sawah
1533.38 543.56
5.98 8.88
33.72 11.95
0.132 0.195
Vegetasi Karet Ø Perkebunan karet
Ø Kebun karet muda Ø Agroforest karet tua
Ø Agroforest karet produktif 1260.96
208.54 265.23
268.56 27.73
4.59 5.83
5.91 Non Vegetasi
Ø Pemukiman Ø Badan air
Ø Lahan terbuka Ø Ditutupi Awan
261.45 12.26
169 9.59
5.75 0.27
3.72 0.211
Total 4547.4
100
Sumber: Ekadinata dan Vincent 2003
2.6.2 Sejarah perubahan penggunaan hutan
Sekitar 30 tahun yang lalu wilayah Kabupaten Bungo umumnya masih berupa hutan. Seiring dengan semakin bertambahnya penduduk, luas hutan
menjadi semakin berkurang. Lahan-lahan yang tadinya berupa hutan berubah menjadi pemukiman, kebun dan perkebunan, padang rumput dan lahan terbuka
seperti padang alang-alang. Gambar 2.3 mengilustrasikan perubahan lahan dari tahun 1973 sampai dengan 2002 berdasarkan foto citra satelit.
17
Sumber: Tim data spasial ICRAF
Gambar 2.3 Peta perubahan lahan dari tahun 1973 hinga tahun 2002 di Kabupaten Bungo Jambi Sumatera hitam = hutan; merah =
agroforest karet; hijau tua = karet monokultur; merah muda = kelapa sawit
Konversi hutan menjadi lahan untuk penggunaan lain terjadi dengan cepat pada kurun waktu antara 1973 sampai dengan 1993. Umumnya hasil konversi
hutan di Kabupaten Bungo pada kurun waktu tersebut menjadi lahan perkebunan karet, baik kebun monokultur maupun agroforest. Mulai dari tahun 1993 hingga
2002 konversi lahan lebih cenderung berubah menjadi perkebunan kelapa sawit Ekadinata, 2003. Umumnya hutan yang dikonversikan terletak pada topografi
datar pada ketinggian sekitar 150 meter diatas pemukaan laut. Menurut van Noordwijk et al. 1995, selama periode 1986 – 1992, konversi hutan di wilayah
Provinsi Jambi umumnya terjadi pada hutan yang telah dibalak logged over forest melalui sistem tebas-bakar. Perubahan lahan hutan selama tiga tahun
terakhir yang terjadi di Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo adalah seperti yang terlihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2. 6 Perubahan penggunaan lahan hutan selama tiga tahun terakhir mulai dari tahun 2002 di Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo
Kabupaten Lahan Sawah
Ha Perumahan
Ha Perusahaan
perkantoran Ha
Lahan pertanian
bukan s awah Ha
Lainnya Ha
Bungo 2
46.5 2000
2116 30
Tebo 105.5
50 -
6912 -
Sumber: BPS Pusat 2003
18
Peta digital untuk menganalisa tipe penggunaan lahan dan sejarah penggunaan lahan di sekitar agroforest karet hanya tersedia untuk wilayah
administratif Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Oleh karena itu karakteristik lanskap yang dianalisa hanya untuk lokasi yang terletak di Kabupaten Bungo.
Tahun 2002 agroforest karet di Rantau Pandan, Muara Kuamang, Tanah Tumbuh, Sepunggur dan Jujuhan umumnya di kelilingi oleh kebun karet
monokultur dan pemukiman. Berdasarkan analisa peta digital dari LandsatTM dan SPOT seri waktu 1973, 1988, 1993, 1999 and 2002 perubahan tipe
penggunaan lahan di sekitar agroforest karet pada keempat lokasi penelitian adalah:
1. Rantau Pandan Agroforet karet di Rantau Pandan pada tahun 1973 hingga 1988 di kelilingi
oleh kebun karet monokultur, pemukiman, semak dan hutan. Tahun 1993 tipe penggunaan lahan di sekitar agroforest karet di sedikit berubah, yaitu kebun
karet monokultur, pemukiman, semak dan hutan yang luasnya telah menyusut. Tipe penggunaan lahan di sekeliling agroforest karet ini tidak
berubah hingga tahun 2002 kecuali luasannya. 2. Tanah Tumbuh
Pada tahun 1973 agroforest karet di Tanah Tumbuh di kelilingi oleh hutan dan pemukiman. Selanjutnya tahun 1988 sudah ada kebun karet monokultur
disamping pemukiman dan hutan. Pada tahun 1993 hingga 2002 tipe penggunaan lahan di sekeliling Agroforet karet di Tanah Tumbuh masih relatif
sama kecuali hutan yang menjadi semakin mengecil luasnya. 3. Muara Kuamang
Agroforest karet di Muara Kuamang pada tahun 1973 di kelilingi oleh hutan dan pemukiman. Pada tahun 1988 tipe penggunaan lahan semakin beragam
yaitu kebun karet monokultur, pemukiman, lahan terbuka yang baru dibersihkan dan hutan. Pada tahun 1993 bertambah satu lagi jenis
penggunaan lahan yang baru di sekitar agroforest karet, yaitu kebun kelapa sawit. Pada tahun 1999 dan 2002 sudah ditemukan kebun kelapa sawit yang
sudah mature selain kebun kelapa sawit muda.
19
4. Jujuhan Tahun 1973 agroforest karet di Jujuhan hanya di kelilingi oleh hutan dan
pemukiman. Pada tahun 1988 hutan sudah tidak ada di sekeliling agroforest karet, agroforest karet hanya di kelilingi oleh kebun karet monokultur,
pemukiman dan lahan terbuka yang baru dibersihkan. Pada tahun 1993 hingga 2002 tipe penggunaan lahan di sekeliling agroforest karet adalah
pemukiman dan kebun karet monokultur. Dari keempat lokasi, agroforest karet yang paling lama sudah tidak berbatasan
dengan hutan adalah agroforest karet yang berlokasi di Jujuhan.
2.7 Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk