30
Faktor keempat adalah belum adanya pengakuan dari pemerintah sebagai pengambil kebijakan untuk mengakui bahwa agroforest karet atau perkebunan
karet multikultur adalah salah satu pilihan bentuk penggunaan lahan sama halnya dengan perkebunan karet monokultur ataupun perkebunan kelapa sawit. Hal ini
terlihat dengan jelas dalam laporan-laporan statistika daerah yang tidak pernah mencantumkan data mengenai agroforest karet di daerahnya. Biasanya
agroforest karet muda dimasukkan ke dalam kelompok semak belukar, agroforest karet yang baru disadap biasanya dimasukkan ke dalam kelompok perkebunan
karet, sedangkan agroforest karet tua dimasukkan ke dalam kelompok hutan sekunder atau semak belukar Ekadinata and Vincent, 2003. Dengan tidak
adanya pengakuan dari pemerintah terhadap jenis penggunaan lahan ini, petani agroforest karet tidak pernah diberikan perhatian yang sepatutnya dalam
mengembangkan agroforest karet mereka. Anggapan yang berkembang adalah, agroforest karet merupakan lahan yang kurang produktif dan harus segera diganti
dengan perkebunan monokultur yang lebih “modern” dan produktif M. van Noordwijk, 2005. komunikasi pribadi. Implikasinya, sistem penggunaan lahan ini
semakin tidak mendapat tempat di dalam kultur pertanian masyarakat.
3.1.5 Upaya Pengembangan Agroforest Karet
Sekarang ini ada kecenderungan global untuk memperlakukan lingkungan hidup dengan cara yang lebih bersahabat. Sistem wanatani termasuk agroforest
karet, adalah salah satu sistem pertanian yang telah diakui di dunia ilmu pengetahuan merupakan sistem yang berkelanjutan dan memiliki nilai kearifan
dalam pengelolaan lahan dimana unsur ekonomi dan ekologi dapat dipadukan dengan harmonis. Jasa lingkungan yang diberikan oleh sistem ini hampir sama
dengan hutan sekunder. Sayangnya, masih banyak kendala yang dihadapi oleh sistem ini antara lain seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Rekomendasi ilmiah tentang keunggulan sistem agroforest dari berbagai lembaga penelitian dalam maupun luar negeri, telah semakin membuat sistem
pertanian ini menjadi lebih dikenal terutama dikalangan akademisi. Beberapa lembaga penelitian, pendidikan dan lembaga non pemerintah dalam dan luar
negeri yang peduli terhadap perkembangan dan keberlanjutan sistem wanatani ini telah banyak melakukan berbagai macam usaha. Beberapa usaha tersebut antara
lain dengan melakukan berbagai penelitian pada berbagai skala untuk memahami
31
sistem ini secara komprehensif, mengadakan seminar-seminar, lokakarya, publikasi hasil penelitian, menjalin kerja sama dengan berbagai pihak terkait serta
melakukan inovasi teknologi terhadap sistem agroforest yang melibatkan petani secara langsung.
Khususnya untuk agroforest karet, setelah diketahui masalah utama yang dihadapi petani adalah rendahnya produktivitas lahan, beberapa rekomendasi
telah diberikan oleh lembaga-lembaga terkait. Beberapa di antara rekomendasi tersebut telah dilakukan pengujian di lapangan dalam bentuk on farm research,
suatu bentuk penelitian yang dilakukan di lapangan dengan melibatkan petani secara partisipatif. Rekomendasi tersebut antara lain adalah dengan
menggunakan jenis karet klon yang telah diketahui lebih tinggi produktivitas karetnya dibandingkan dengan anakan karet alam, memperkaya dengan jenis
tanaman atau tumbuhan pohon lain yang bernilai ekonomis MPTs dimana unsur hara dan cahaya pada lahan pertanian dimanfaatkan secara optimal, dan
mempromosikan manfaat dan kelebihan manajemen “sisipan” yang selama ini memang telah dikenal dan dipraktekkan oleh sebagian petani lokal. Pengayaan
jenis dengan jenis yang bernilai secara ekonomi selain dilakukan untuk mempertinggi tingkat pendapatan petani, juga dimaksudkan untuk membuat
keragaman yang ada pada sistem agroforest karet tidak bersifat insidental seperti yang selama ini terjadi. Untuk mempercepat proses alih teknologi bagi petani,
lembaga penelitian terkait memfasilitasi pembentukan beberapa kelompok petani, memberikan pelatihan dan kunjungan lapangan serta membangun perkebunan
entres desa yang dapat menyediakan bahan tanaman maupun bahan entres okulasi.
Pada tingkat yang lebih tinggi, kebijakan-kebijakan yang terkait dengan agroforest karet juga merupakan bidang yang cukup penting untuk diperhatikan.
Untuk mendapatkan pengakuan terhadap sistem pengelolaan lahan yang ramah lingkungan ini, beberapa usaha yang dilakukan antara lain adalah dengan aktif
ikut serta dan melaksanakan lokakarya, seminar dan pameran baik tingkat lokal, nasional maupun internasional, menerbitkan dan menyebarluaskan berbagai
macam publikasi mengenai wanatani dan menjalin kerjasama dengan lembaga- lembaga pendidikan untuk memasukkan pelajaran wanatani sebagai salah satu
mata ajaran di sekolah dan universitas. Kebijakan dibidang deregulasi perdagangan kayu yang berasal dari kebun wanatani juga diusahakan untuk
diperbaiki karena akan meningkatkan pendapatan petani agroforest karet
32
disamping mengurangi ketergantungan kayu yang berasal dari hutan alam. Sekarang ini sedang dirintis pemberian insentif berupa reward kepada petani dan
masyarakat yang berusaha mempertahankan kebun agroforest karet mereka karena jasa lingkungan yang diberikan oleh sistem tersebut. Jasa lingkungan
yang memberikan manfaat kepada kepentingan masyarakat global seperti penyimpan CO
2
carbon stock dan keragaman hayati telah dan sedang dilakukan kuantifikasi. Data ini dipakai untuk menarik perorangan, badan usaha, atau
negara manapun yang memiliki motivasi moral, hukum maupun rasional untuk membayar jasa lingkungan yang disediakan oleh sistem ini.
3.2 Ekologi Regenerasi Pohon Hutan Tropika