Preferensi Jenis terhadap Cahaya

152

5.2.3. Ekologi Regenerasi Anakan Tumbuhan Berkayu

5.2.3.1. Preferensi Jenis terhadap Cahaya

Berdasarkan pada data LAI-L di Rantau Pandan, tidak terdapat perbedaan secara statistik jumlah persentase cahaya yang masuk ke bawah kanopi pada agroforest karet dan hutan. Hal ini diduga karena hutan yang diteliti termasuk hutan sekunder bekas lokasi tebangan HPH. Walaupun demikian, besarnya nilai rata-rata persentase cahaya yang masuk ke bawah kanopi terlihat lebih tinggi di agroforest karet dibandingkan dengan hutan Tabel 5.29. Tidak ada pengaruh yang nyata dari persentase cahaya di bawah kanopi terhadap kekayaan jenis anakan tumbuhan berkayu pada agroforest karet. Namun persentase cahaya di bawah kanopi di hutan berpengaruh sangat nyata menurunkan kekayaan jenis pada kelas cahaya tinggi Tabel 5.32 dan Gambar 5.24. Tidak terdeteksinya pengaruh cahaya terhadap kekayaan dan keragaman jenis anakan berkayu di agroforest karet diduga karena banyaknya yang faktor lain yang bekerja pada sistem agroforest karet sehingga kalau faktor-faktor tersebut dilihat secara terpisah, pengaruhnya menjadi tidak jelas. Namun diduga, faktor yang paling berperan bagi sebuah agroekosistem seperti agroforest karet adalah faktor yang berasal dari manusia. Selain itu kondisi cahaya di agroforest karet lebih dinamis karena adanya aktifitas manajemen yang dilakukan oleh petani, sehingga kondisi cahaya yang terukur saat penelitian ini dilakukan belum tentu sama kondisinya dengan keadaan cahaya beberapa waktu sebelumnya. Selain itu adanya karakteristik fenologi pohon karet yang menggugurkan daun pada musim kemarau, sehingga mengakibatkan pada masa-masa tersebut jumlah cahaya yang sampai ke lantai hutan lebih besar. Sedangkan di hutan, kondisi struktur vegetasinya lebih stabil. Adanya kecenderungan turunnya kekayaan dan keragaman jenis anakan dengan naiknya kelas cahaya, diduga karena pada keadaan kanopi yang sangat terbuka, tempat tersebut akan didominasi oleh satu dan beberapa jenis anakan dari golongan jenis pionir. Preferensi jenis anakan tumbuhan berkayu terhadap cahaya yang didapatkan pada penelitian ini didasarkan pada data kelimpahan jenis. Jika jenis dan kelimpahan jenis anakan di agroforest karet dianggap sangat ditentukan oleh manusia melalui manajemen yang diterapkan, maka hanya hasil analisa berdasarkan data dari hutan saja yang lebih bisa dipercaya. Namun sebagaimana 153 yang diketahui bahwa, di agroforest karet juga terdapat beberapa kebun tua yang sudah lama tidak disadap sehingga kemungkinan untuk mendapatkan gambaran yang benar tentang pola distribusi kelimpahan jenis menurut kelas cahaya di agroforest karet juga ada. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian literatur untuk untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai jenis-jenis tersebut. Tabel 5.43 berikut menyajikan beberapa informasi ekologi, berat jenis kayu, dan kelompok pemencar biji jenis yang memiliki pola kelimpahan yang meningkat dengan naiknya kelas cahaya di bawah kanopi. Analisa dilakukan dengan memakai data gabungan agroforest karet dan hutan. Kajian literatur dilakukan dengan berdasarkan pada Corner 1988; Whitmore 1972; PROSEAa 1994; PROSEAb 1994; dan Whitmore dan Tantra 1986. Dari tabel terlihat pada umumnya jenis tersebut memiliki berat jenis kayu antara ringan dan sedang. Buah pada umumnya berdaging atau kapsul dengan biji yang berukuran cukup kecil dan berkulit keras yang merupakan ciri jenis pionir. Pemencaran biji umumnya dibantu oleh hewan. Beberapa di antara jenis anakan tersebut diketahui umum dijumpai di hutan terbuka dan hutan sekunder. Berdasarkan hasil kajian literatur ini, jenis-jenis tersebut cukup sesuai untuk digolongkan sebagai jenis yang cenderung suka terhadap cahaya. Tabel 5. 42 Informasi ekologi, berat jenis kayu, dan agen pemencar biji jenis anakan yang memiliki pola kelimpahan tertentu menurut naiknya kelas cahaya yang memakai data gabungan agroforest karet dan hutan Jenis nama lokal Kelas berat jenis kayu Berat jenis kayu gcm3 Bentuk hidup Informasi ekologi Ukuran biji Agen pemencar Adenanthera pavonina Legum. Petai belalang Ringan – Berat 0.595-1.1 Pohon 25- 40 m, dbh 45 cm Hidup di pinggir hutan, hutan primer dan sekunder 7-9.5 mm dimakan dan disebarkan oleh burung Elaeocarpus stipularis Elaeocarp. Ganitri kayu gambir Ringan 0.44-0.69 Pohon 40- 50 m, dbh 80-160 cm Sangat umum di hutan dataran rendah sekunder dan primer Malaya 1 inc i, buah berdaging, drupe keras buah dimakan oleh burung, kelelawar, hewan pengerat dan babi Ficus glandulifera Morac. Aro kalebuk Ringan - Pohon 40- 50 m Umum di hutan dataran rendah Buah berdaging , kecil buah dimakan oleh burung, kelelawar, rusa, babi,monyet, gajah Gynotroches axillaris Rhizoph. Meransi Ringan – sedang 0.54-0.71 Pohon 35- 45, dbh 40- 50 Hutan sekunder dan hutan primer yang terbuka Buah berdaging, berry, biji kecil - Mallotus peltatus Euph. Tarak merpuyang Ringan 0.48-0.69 pohon 25-35 m, dbh 50- 80 cm Hutan primer Buah kapsul 0.5 x 0.25 inci Burung Palaquium hexandrum Sapot. Balam terung Ringan- sedang 0.45-0.77 Pohon 50 m, dbh 80 cm Hutan dataranrendah primer, umum di Malaysia Buah berdaging panjang 2-3 cm dimakan kelelawar, kadang burung,umumnya jatuh dekat pohon tapi sedikit yang bisa berkecam bah Theaceae1 sp1 Theac. - - - - - - - 154 Sedangkan jika dipakai hanya yang terdapat pada hutan saja, maka jenis yang dikategorikan sebagai jenis yang suka terhadap cahaya ada tiga jenis yaitu Diospyros wallichii, Syzygium sp11 dan Theaceae1 sp1. Jenis D. wallichii merupakan pohon kecil sub-kanopi dengan ketinggian sekitar 20 m dan umum ditemukan di hutan sekunder dan primer dataran rendah. Buahnya berdaging dan berbiji banyak dengan kulit biji yang keras dan tebal. Buah jenis ini biasanya dimakan dan disebarkan oleh burung, kelelawar dan monyet. Namun jika jenis yang ditemukan di agroforest karet saja yaitu Adenanthera pavonina, Elaeocarpus stipularis dan Ficus glandulifera, dikeluarkan dengan pertimbangan sebagaimana yang telah disebutkan di atas, maka jenis anakan yang cenderung suka terhadap cahaya berdasarkan pada penelitian ini adalah Gynotroches axillaris, Mallotus peltatus, Palaquium hexandrum, Theaceae1 sp, Diospyros wallichii, Syzygium sp11 dan Theaceae1 sp1. Tabel 5.44 berikut menyajikan beberapa informasi ekologi, berat jenis kayu, dan kelompok pemencar biji jenis yang memiliki pola kelimpahan menurun dengan naiknya kelas cahaya. Kelompok jenis ini juga ditentukan berdasarkan data gabungan agroforest karet dan hutan. Sumber literatur yang dipakai sama dengan yang dipakai untuk menganalisa jenis yang suka terhadap cahaya. Dari tabel tersebut terlihat beberapa jenis anakan memperlihatkan karakteristik yang sesuai sebagai jenis bukan pionir successional late syndrom seperti Crudia, Dialium, Diospyros, Kokoona, Pouteria, Shorea, Trigoniastrum. Karakteristik yang dimaksud antara lain memiliki berat jenis yang bernilai cukup besar, buah atau biji yang berukuran besar dan biasanya penyebaran biji secara autokhori. Sedangkan jenis selain jenis tersebut, cirinya masih memperlihatkan sindrom sebagai jenis yang tidak terspesialisasi dengan keadaan cahaya rendah seperti Antidesma, Archidendron, Carallia, Koilodepas, Popowia, Rinorea dan Lithocarpus. Hal ini mungkin terkait dengan kondisi cahaya pada tempat penelitian. Hutan Rantau Pandan adalah hutan sekunder bekas petak tebangan HPH sehingga yang dimaksud dengan kelas cahaya rendah di sini kondisinya tidak seperti yang terdapat pada hutan primer yang belum terganggu. Selain itu bias juga berasal dari kondisi agroforest karet seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Jika kelompok jenis yang cenderung suka naungan ini ditentukan berdasarkan pada data hutan saja, maka yang termasuk sebagai jenis yang distribusinya cenderung berkurang dengan meningkatnya kelas cahaya adalah Antidesma stipulare, Kokoona littoralis, Pouteria malaccensis dan Shorea cf hopeifolia. Masuknya jenis A. stipulare sebagai salah satu jenis yang cenderung 155 suka terhadap naungan walaupun pengaruh dari agroforest karet telah dihilangkan adalah karena pengaruh kondisi di hutan Rantau Pandan yang sudah banyak terbuka seperti yang telah dijelaskan di atas. Berdasarkan kondisi cahaya yang terdapat pada lokasi penelitian, analisa untuk menentukan jenis yang cenderung suka terhadap cahaya lebih dapat dipercaya dibandingkan dengan analisa untuk menentukan jenis yang cenderung suka terhadap naungan. Tabel 5.43 Informasi ekologi, berat jenis kayu, dan agen pemencar biji jenis yang memiliki pola kelimpahan tertentu menurut naiknya kelas cahaya yang memakai data gabungan agroforest karet dan hutan Jenis Nama lokal Kelas berat jenis kayu Berat jenis kayu gcm3 Bentuk hidup Informasi ekologi Ukuran biji Agen pemencar Antidesma stipulare Euph. Tanduk ruso Ringan 0.48 Pohon 20- 28 m, dbh 60 cm - Buah berdaging, 1 biji Buah dimakan dan disebarkan oleh burung Archidendron bubalinum Legum. Kabau - - Pohon kecil 20 m, dbh 25 cm Hutan sekunder dan primer 0- 900 m dpl Buah polong10x2.5 cm, biji kecil Buah dimakan dan disebarkan oleh monyet, tupai, dan monyet Carallia suffruticosa Rhizoph. Ruku-ruku pohon - - Pohon 36- 50 m, dbh 70 cm - Buah berdaging, biji 1-5 Burung, monyet Crudia bantamensis Legum. - Berat – sangat berat - Pohon - Buah polong, Monyet, tupai, burung Dialium indum Legum. Keranji Berat - sangat berat 0.795 - 1.25 Pohon 40 m, dbh 100 cm hidup di hutan rawa, dataran rendah dan bukit Buah polong 3 x 2 cm, bij kecil Dimakan dan disebarka oleh monyet dan air, mampu mengapung Diospyros sp2 Eben. Kayu arang Berat - Pohon kecil hingga sedang - Buah berdaging Disebarkan oleh kelelawar, burung dan monyet Garcinia sp5 Clusiac. Gelugo hutan - - Pohon kecil hingga sedang - Buah berdaging berbiji 1-8 Dimakan dan disebarkan oleh monyet, burung, tupai Koilodepas longifolium Euph. Bantun - - Pohon kecil 10 m umum di Malaya, dataran rendah dan hutan kerangas Buah kapsul kering , biji kecil licin Pecah di udara, autokhori Kokoona littoralis Celast. Suren Berat - Pohon 45 m, dbh 75 cm Dataran rendah maks 600 m dpl Buah besar bersayap, 18x5.5 cm. Angin, autochori Lithocarpus spicatus Fag. Berang- berang - - Pohon35m, dbh 90cm Peg. Bawah, hutan sekunder Nut, acorn Monyet, tupai, babi Mallotus moritzianus Euph. Tarak - - Pohon kecil 9 m Hutan primer dat. rendah terbuka, shade tolerant species Kapsul Pecah di udara, Burung Popowia sp1 Anno. Banitan - - Pohon kecil - Sedang - Pouteria malaccensis Sapot. Balam panto Sedang – berat 0.67- 0.82 Pohon 40 m, dbh 90 Sering ditemui, hutan dat.rendah Buah berdaging Monyet, tupai, kelelawar, burung Rinorea anguifera Violac. Teregu - - Pohon kecil 10 m Hutan dataran rendah Kapsul Pecah di udara, autokhori Shorea cf hopeifolia Dipt. Meranti Sedang- berat - Pohon Hutan ataran rendah dibawah 600 m dpl. Nut, buah bersayap Autokhori, angin Shorea sp.sect. Riechtioides Dipt. Meranti Sedang- berat - Pohon Hutan dataran rendah Nut, buah bersayap Autokhori, angin Trigoniastrum hypoleucum Trigon. Medang Sedang – berat 0.62-0.9 Pohon kecil 6-30m, dbh 14-50 cm Hutan dataran rendah dibawah 1000 m dpl. Kapsul bersayap, biji samara Pecah di udara, angin Xanthophyllum eurhynchum Polyg. Segilandak halus daun Berat 0.8 Pohon kecil 3-30 m, dbh 30cm Hutan datarn rendah kapsul, besar, biji tidak berendosperm Autokhori, hewan 156 Berdasarkan nilai proporsi, jenis yang hanya ditemukan beregenerasi di agroforest karet, lebih tinggi nilai proporsinya pada kelompok jenis anakan yang cenderung terdistribusi ke arah kelas cahaya yang lebih tinggi cenderung suka cahaya. Sedangkan jenis anakan yang hanya ditemukan beregenerasi di hutan, proporsinya lebih tinggi pada kelompok jenis anakan yang cenderung terdistribusi ke arah kelas cahaya rendah cenderung suka naungan. Adapun nilai proporsi kelompok jenis anakan berdasarkan preferensi terhadap cahaya pada ketiga kelompok jenis anakan yang dipisahkan berdasarkan tempat ditemukan dapat dilihat pada Tabel 5.45. Preferensi jenis ditentukan berdasarkan data gabungan antara agroforest karet dan hutan. Tabel 5.44 Proporsi jenis yang hanya ditemukan di agroforest, hutan dan pada agroforest karet dan hutan berdasarkan kelompok jenis yang cenderung suka cahaya dan jenis yang cenderung suka naungan Kelompok jenis berdasarkan preferensi terhadap cahaya Total jenis Proporsi jenis yang hanya ditemukan di RAF Proporsi jenis yang hanya ditemukan di hutan Proporsi jenis yang ditemukan di RAF dan hutan Cenderung suka cahaya 7 0.429 0.143 0.429 Cenderung suka naungan 18 0.111 0.222 0.667 Jumlah jenis yang ditemukan memililiki preferensi yang nyata terhadap faktor cahaya sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah jenis anakan yang ada. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan dalam beberapa literatur yang menyebutkan bahwa jenis anakan di hutan tropika umumnya adalah generalis dan tidak memperlihatkan dengan jelas kekhususan terhadap kondisi habitat tertentu van Ulft, 2004.

5.2.3.2. Kelompok Pemencar Biji yang Berperan di Agroforest Karet dan Hutan