Struktur Tegakan Agroforest Karet dan Hutan 1

83 Palaquium gutta balam merah dan Styrax benzoin kemenyan ditemukan pada kedua tipe vegetasi, baik di agroforest karet maupun hutan. Ketujuh jenis tersebut ditetapkan sebagai jenis yang dilindungi di Indonesia oleh SK Mentan No. 54KptsUm21972. UNEP-WCMC 2006 dan Whitmore dan Tantra 1986 juga menyatakan bahwa jenis Sindora sumatrana keranji putih batang dan Gonystylus acuminatus ramin merupakan jenis endemik Sumatera yang juga sedang terancam kelestariannya. Kedua jenis ini ditemukan beregenerasi di hutan sedangkan di agroforest karet hanya ditemukan jenis Sindora sumatrana saja.

5.1.2. Karakteristik Habitat Agroforest Karet dan Hutan

5.1.2.1. Struktur Tegakan Agroforest Karet dan Hutan 1

Luas penampang batang dan kerapatan pohon di agroforest karet dan hutan Luas penampang batang atau BA basal area pohon yang berdiameter = 10 cm di hutan berkisar antara 16.29 hingga 101.08 m 2 per ha dengan nilai rata- rata 33.59 m 2 per ha. Plot yang memiliki nilai BA tertinggi yaitu sebesar 101.08 m 2 per ha adalah plot SMUF1 yang terdapat di hutan Rantau Pandan yang memiliki beberapa pohon dengan dbh sangat besar seperti mersawa Anisoptera spp, balam Palaquium spp, Parashorea dan lain-lain. Nilai ini terpaut cukup jauh dengan nilai BA pada plot tertinggi kedua yaitu 55.48 m 2 per ha yang juga terdapat di hutan Rantau Pandan. Dibandingkan dengan BA pohon di hutan pada penelitian ini, hutan dataran rendah di Ketambe Leuser yang berkisar antara 16 hingga 45 m 2 per ha dan 16 hingga 42 m 2 per ha untuk pohon dengan dbh = 15 cm di Pulau Siberut Whitten at al, 1987, BA pohon pada hutan ini masih termasuk dalam kategori rata-rata. Sedangkan untuk agroforest karet, nilai BA pohon berkisar antara 9.48 m 2 hingga 50.07 m 2 per ha. Khusus untuk pohon bukan karet, besarnya BA per ha adalah antara 2.29 m 2 hingga 50.07 m 2 sedangkan untuk pohon karet besarnya BA berkisar antara 0.48 m 2 hingga 26.77 m 2 per ha. Adapun nilai rata-rata BA pada plot agroforest karet adalah 22.36 m 2 per ha untuk pohon total, 8.66 m 2 per ha untuk pohon karet dan 14.03 m 2 per ha untuk pohon bukan karet. 84 Kerapatan pohon di hutan berkisar antara 409 hingga 903 pohon per ha dengan nilai rata-rata 625 pohon per ha. Kerapatan ini masih termasuk dalam rentang nilai kerapatan hutan tropika pada kondisi mature yaitu antara 400 hingga 600 untuk pohon yang berdiameter =10 cm per ha Sheil et al., 2002. Sedangkan di agroforest karet, kerapatan pohon berkisar antara 298 hingga 857 pohon per ha dengan nilai rata-rata sebesar 547 per ha. Jika pohon di agroforest karet dipisahkan menjadi pohon bukan karet dan pohon karet, kerapatan pohon bukan karet adalah antara 39 hingga 749 pohon per ha sedangkan untuk pohon karet antara 17 hingga 631 pohon per ha. Rata-rata kerapatan pohon bukan karet adalah 339 per ha dan pohon karet 216 per ha. Terdapat tiga plot dari 77 plot agroforest karet yang sudah tidak memiliki pohon karet BA dan kerapatan pohon karet = 0 yaitu agroforest karet yang gagal tanam plot SRP13 yang berumur 30 tahun dan agroforest karet tua yang tidak disadap plot BBER1 yang berumur 70 tahun dan plot SJC10 yang berumur 70 tahun. Tabel 5.9 menyajikan nilai rata- rata luas penampang batang BA pohon total dan kerapatan pohon total per ha di agroforest karet dan hutan. Setelah dibandingkan, nilai rata-rata kedua parameter tersebut berbeda nyata antara agroforest karet dan hutan. Tabel 5. 9 Nilai rata-rata BA dan kerapatan pohon pada agroforest karet dan hutan Tipe vegetasi Jumlah unit contoh Komponen pohon BA pohon m2ha Kerapatan pohon ha -1 Total pohon 22.4±8.25 a 547±123.12 a Non-karet 14.0±8.7 339±155.97 Agroforest karet 77 Karet 8.7±6.34 217±150. 42 Hutan 31 Total pohon 33.6±16.53 b 625±142.19 b Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda nilainya berbeda nyata pada taraf uji 1 Tukey HSD Gambar 5.5 memperlihatkan perbandingan BA dan kerapatan pohon karet dan bukan karet pada empat kelas umur agroforest karet. Rata-rata BA maupun kerapatan pohon karet semakin kecil nilainya dengan naiknya kelas umur agroforest karet, kecuali pada kelas umur IV 60 tahun yang terlihat sedikit lebih besar nilainya dibandingkan dengan kelas umur III. Sedangkan untuk pohon bukan karet, nilai BA dan kerapatannya adalah kebalikannya. Naiknya BA dan kerapatan pohon karet pada kelas umur IV dan turunnya BA dan kerapatan pohon bukan karet pada kelas umur IV diduga karena dipengaruhi oleh agroforest karet tua di Rantau Pandan yang masih disadap. Rata-rata BA pohon karet tidak 85 berbeda di antara keempat kelas umur sedangkan BA pohon bukan karet berbeda sangat nyata p0.01 antara kelas umur 1,2,4 dengan kelas umur 3. Rata-rata kerapatan pohon karet berbeda nyata p0.05 antara kelas umur 1, 2, dan 4 dengan kelas umur 3, sedangkan kerapatan pohon bukan karet tidak berbeda nyata. Mean; Whisker: Mean-.95 Conf. Interval, Mean+.95 Conf. Interval 1 2 3 4 Kelas umur 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 BA m 2 .ha -1 BA K m2ha BANonK m2ha Mean; Whisker: Mean-.95 Conf. Interval, Mean+.95 Conf. Interval 1 2 3 4 Kelas Umur 100 200 300 400 500 600 Kerapatan pohon ha -1 Ker K m2ha KerNonK Nha Gambar 5.5 Perbandingan BA a dan kerapatan pohon karet dan pohon bukan karet b pada berbagai kelas umur agroforest karet 1 20 tahun; 2 antara 20-39 tahun; 3 antara 40-59 tahun; 4 = 60 tahun. 2 Diameter batang pohon di hutan dan agroforest karet Diameter pohon paling besar yang ditemukan di hutan adalah 145.47 cm yang terdapat pada plot di hutan Rantau Pandan. Jenis pohon yang dimaksud adalah mersawa Anisoptera laevis Ridl.. Pohon jenis timber komersil ini tidak ditebang oleh HPH sebelumnya ataupun oleh masyarakat karena bagian tengah batangnya berlubang. Sedangkan nilai rata-rata dbh di hutan adalah 22.13 cm. Di agroforest karet, diameter pohon bukan karet paling besar yang ditemukan adalah 267 cm sedangkan diameter pohon karet paling besar adalah 75 cm. Pohon bukan karet yang berdiameter paling besar tersebut adalah Ficus benjamina yang terdapat pada plot agroforest karet tua yang sudah tidak disadap di Desa Rambah Kecamatan Tanah Tumbuh. Sedangkan pohon karet yang berdiameter paling besar ditemukan pada plot SRP21 yang terletak di agroforest karet tua di Rantau Pandan yang masih aktif disadap. Tidak terdapat perbedaan a b 86 nilai rata-rata dbh antara pohon bukan karet dengan pohon karet, yaitu 20.2 cm untuk pohon bukan karet dan 20.8 cm untuk pohon karet. Jika dibandingkan nilai rata-rata dbh pohon terbesar antara agroforest karet dengan hutan, dbh pohon terbesar di hutan lebih tinggi dan berbeda nyata p0.01 dengan agroforest karet. Nilai rata-rata dbh pohon terbesar di hutan adalah 75.7 cm sedangkan nilai rata-rata dbh pohon terbesar di agroforest karet dengan nilai 57.4 cm. Tabel 5.10 berikut adalah nilai rata-rata, minimum dan maksimum dbh pohon terbesar di agroforest karet dan hutan. Tabel 5.10 Nilai rata-rata dbh pohon terbesar per unit contoh pada agroforest karet dan hutan Tipe vegetasi Jumlah plot contoh Komponen pohon Dbh pohon terbesar cm Total pohon 57.4±30.92 a Pohon bukan karet 54.7±32.36 Agroforest karet 77 Pohon karet 38.9±12.98 Hutan 31 Total pohon 75.7±24.07 b Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda berbeda nyata pada taraf uji 1 Tukey HSD Diameter pohon diklasifikasikan menjadi 4 kelas berdasarkan analisa K- means, yaitu kelas diameter 1 adalah pohon yang memiliki dbh 15 cm, kelas diameter 2 adalah pohon yang memiliki dbh antara 15 dan 30 cm, kelas diameter 3 adalah pohon yang memiliki dbh antara 30 dan 50 cm dan kelas diameter 4 adalah pohon yang memiliki dbh 50 cm. Dari 1836 individu pohon yang tercatat pada 372 sel plot contoh di hutan, sebanyak 38 masuk ke dalam kelas diameter 1, 43 masuk ke dalam kelas diameter 2, 14 masuk ke dalam kelas diameter 3 dan 5 masuk ke dalam kelas diameter 4. Sedangkan di agroforest karet, dari sebanyak 4538 individu pohon yang tercatat pada 924 sel plot contoh, sebanyak 37.46 adalah pohon karet sedangkan sisanya 62.54 adalah pohon selain karet. Sebanyak 32 dari 1700 total pohon karet termasuk ke dalam kelas diameter 1, 53 termasuk ke dalam kelas diameter 2, 14 termasuk ke dalam kelas diameter 3 dan 1 termasuk ke dalam kelas diameter 4. Untuk pohon bukan karet, dari total 2838 pohon, 42 termasuk kelas diameter 1, 44 termasuk kelas diameter 2,12 termasuk kelas diameter 3 dan 3 termasuk kelas diameter 4. Tabel 5.11 berikut adalah nilai rata-rata kerapatan dan BA 87 pohon di hutan dan agroforest karet berdasarkan kelas diameter serta kerapatan dan BA pohon karet dan pohon bukan karet di agroforest karet. Tabel 5.11 Nilai rata-rata kerapatan dan BA pohon pada plot hutan dan agroforest karet berdasarkan kelas diameter serta kerapatan dan BA pohon karet dan pohon bukan karet pada plot agroforest karet Struktur tegakan Kelas diameter pohon Hutan Agroforest karet 1 15 cm 247 ± 232 a 216 ± 195 a 2 15-30 cm 263 ±218 a 256 ± 202 a 3 30-50 cm 83 ± 119 b 65 ± 98 a Kerapatan Nha 4 50 cm 32 ± 76 b 10±36 a 1 15 cm 2.86±2.69 a 2.64 ± 2.44 a 2 15-30 cm 9.4 ± 8.82 a 9.12 ± 7.45 a 3 30-50 cm 9.5 ± 14.32 b 7.01 ± 10.89 a BA m2ha 4 50 cm 11.82 ± 33.31 b 3.59 ± 18.48 a Struktur tegakan agroforest karet Kelas diam eter pohon Pohon non karet Pohon karet 1 15 cm 147 ± 168 b 69 ± 120 a 2 15-30 cm 147 ± 158 b 109 ± 152 a 3 30-50 cm 37 ± 74 b 28 ± 68 a Kerapatan Nha 4 50 cm 8 ± 33 b 2 ± 14 a 1 15 cm 1.77 ± 2.10 b 0.87± 1.52 a 2 15-30 cm 5.08 ± 5.53 b 4.04 ± 5.89 a 3 30-50 cm 4.04 ± 8.29 b 2.97 ± 7.42 a BA m2ha 4 50 cm 3.15 ±19.12 b 0.44 ± 3.82 a Keterangan: Angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda pada taraf uji 1 menurut uji Tukey HSD Kerapatan pohon untuk kelas diameter 1 15 cm di hutan lebih tinggi dan dan kelas diameter 2 15-30 cm tidak berbeda nyata, sedangkan kelas diameter 3 30-50 cm dan 4 50 cm hutan lebih tinggi kerapatannya dan berbeda nyata dibandingkan dengan agroforest karet. Nilai BA untuk kelas diameter 1 dan 2 tidak berbeda nyata antara hutan dengan agroforest karet akan tetapi kelas diameter 3 dan 4 berbeda nyata. Untuk pohon karet dan bukan karet di agroforest karet, kerapatan dan BA pohon pada semua kelas diameter berbeda nyata dimana pohon bukan karet lebih tinggi dibandingkan dengan pohon karet. Gambar 5.6 berikut adalah grafik kerapatan dan BA pohon di hutan dan agroforest karet dan kerapatan dan BA pohon karet dan pohon bukan karet pada agroforest karet berdasarkan kelas diameter. 88 50 100 150 200 250 300 15 30 50 50 Kelas dbh cm Kerapatan pohon Nha AFK Hutan 50 100 150 200 15 30 50 50 Kelas dbh cm Kerapatan pohon Nha Karet Non karet 2 4 6 8 10 12 14 15 30 50 50 Kelas dbh cm BA m2ha AFK Hutan 1 2 3 4 5 6 15 30 50 50 Kelas dbh cm BA m2ha Karet Non karet Gambar 5.6 Rata-rata kerapatan dan BA pohon berdasarkan kelas diameter di agroforest karet dan hutan a dan b dan rata-rata kerapatan dan BA pohon karet dan bukan karet di agroforest karet c dan d. AFK adalah singkatan dari agroforrest karet 3 Pengaruh struktur tegakan terhadap kekayaan dan keragaman jenis anakan tumbuhan berkayu Dari analisa komponen utama principle component analysis = PCA terhadap parameter BA total, kerapatan pohon total, dbh pohon terbesar, parameter kekayaan dan keragaman jenis anakan diwakili oleh parameter probabilitas Simpson dan rarefaction Coleman pada agroforest karet terlihat, parameter kerapatan pohon total, BA total dan dbh pohon terbesar hampir tidak memiliki korelasi dengan parameter keragaman. BA total dan dbh pohon terbesar terletak berimpit hampir sejajar yang menandakan kedua parameter berkorelasi cukup tinggi Gambar 5.7a. Setelah komponen pohon di agroforest karet dipisahkan berdasarkan komponen pohon karet dan pohon bukan karet, proyeksinya terhadap sumbu utama pertama dan kedua adalah seperti yang terlihat pada Gambar 5.7b. Komponen BA pohon karet, dbh pohon karet paling besar dan kerapatan pohon bukan karet terlihat kecil sekali korelasinya dengan parameter kekayaan dan keragaman jenis. Sedangkan BA total pohon, BA pohon bukan karet dan dbh a c b d 89 pohon bukan karet paling besar, berkorelasi lebih nyata secara positif dengan parameter kekayaan dan keragaman jenis. Kerapatan pohon bukan karet terlihat nyata sekali berlawanan korelasinya dengan BA pohon karet dan dbh pohon karet paling besar. Gambar 5.7 Proyeksi beberapa parameter struktur tegakan dan keragaman jenis anakan kayu pada agroforest karet. Parameter struktur vegetasi belum dipisahkan antara pohon karet dan pohon bukan karet a dan setelah parameter struktur vegetasi dipisahkan antara komponen pohon karet dan bukan karet b Sedangkan di hutan, pola hubungan yang terbentuk antara parameter struktur vegetasi dengan parameter kekayaan dan keragaman jenis anakan adalah seperti yang terlihat pada Gambar 5.8a. Kerapatan pohon berkorelasi negatif sangat nyata dengan tingkat kekayaan dan keragaman jenis anakan, BA pohon juga berkorelasi negatif dengan kekayaan dan keragaman jenis anakan walaupun tidak terlalu nyata. Sedangkan dbh pohon paling besar hampir tidak berkorelasi dengan tingkat kekayaan dan keragaman jenis anakan. Jika dibandingkan antara agroforest karet dengan hutan, pola hubungan yang terbentuk antara parameter struktur tegakan dengan keragaman jenis anakan hampir sama dimana kerapatan pohon berlawanan arah dengan parameter kekayaan dan keragaman jenis, walaupun di agroforest karet tidak a b 90 terlalu nyata terlihat. Demikian juga halnya dengan BA pohon, baik di plot agroforest karet maupun plot di hutan. Pada plot agroforest karet terlihat nilai dbh pohon bukan karet paling besar berkorelasi positif cukup nyata dengan tingkat kekayaan dan keragaman jenis. Sedangkan di hutan, parameter ini tidak terlalu nyata korelasinya. Gambar 5.8b memperlihatkan pengaruh struktur vegetasi terhadap parameter kekayaan dan keragaman jenis anakan jika plot agroforest karet dan hutan digabung bersamaan. Di sini terlihat semua parameter struktur vegetasi berkorelasi positif dengan parameter kekayaan dan keragaman jenis, akan tetapi korelasi di antara parameter tersebut cukup kecil. Gambar 5.8 Proyeksi parameter struktur tegakan dan keragaman jenis anakan kayu di hutan a dan proyeksi parameter struktur tegakan dan keragaman jenis di hutan dan agroforest karet b Gambar 5.9a memperlihatkan hubungan antara kelimpahan anakan dengan tingkat kekayaan dan keragaman jenis pada plot di agroforest karet dan hutan. Secara umum telah diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara kelimpahan jenis dengan kekayaan jenis Denslow, 1995, namun hal ini tidak berlaku bagi plot di agroforest karet sebelum anakan karet dikeluarkan dari data. Gambar 5.9b adalah hubungan kelimpahan anakan terhadap kekayaan dan keragaman jenis anakan pada agroforest karet setelah komponen anakan karet a b 91 dikeluarkan dari data, yang memperlihatkan hubungan yang positif seperti halnya di hutan. Dominannya anakan karet akan menurunkan keragaman jenis anakan yang lain pada agroforest karet. 10000 20000 30000 N Sapling per ha 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Cole-Rarefaction AFK Hutan Tipe vegetasi 5000 10000 15000 20000 N Sapling NK per ha 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Cole-Rarefaction AFK Hutan Tipe vegetasi Gambar 5.9 Hubungan antara kelimpahan anakan dengan tingkat kekayaan dan keragaman jenis anakan pada tingkat plot di agroforest karet dan hutan. Komponen anakan karet masih termasuk ke dalam data pada plot agroforest karet a dan komponen anakan karet dikeluarkan dari data pada plot agroforest karet b. Beberapa jenis anakan ditemukan sangat dominan di hutan dan agroforest karet. Gambar 5.10 berikut memperlihatkan hubungan antara kehadiran dan kelimpahan dua jenis anakan yang paling dominan di hutan dan agroforest karet terhadap kekayaan dan keragaman jenis anakan. Jenis anakan yang paling dominan di hutan adalah Agrostistachys sp1, sedangkan di agroforest karet adalah Psychotria viridiflora. Dari gambar terlihat kehadiran dan kelimpahan jenis paling dominan pada kedua tipe vegetasi membentuk hubungan negatif. Semakin dominan suatu jenis pada suatu tempat akan mengakibatkan jenis-jenis lain menjadi terdesak karena kalah dalam persaingan memperebutkan sumberdaya sehingga dapat menurunkan keragaman jenis pada tempat tersebut. Jenis yang kelimpahannya dominan, adalah jenis yang mampu menguasai tempat dan sumberdaya yang ada pada tempat tersebut. a b 92 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Cole-Rarefaction 50 100 150 Agrostitachys sp. 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Cole-Rarefaction 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Psychotria viridiflora Gambar 5.10 Hubungan antara jenis anakan paling dominan di agroforest karet dan hutan dengan kekayaan dan keragaman jenis anakan yang diwakili oleh rarefaction Coleman. Jenis paling dominan di hutan adalah Agrostitachys sp1 a dan jenis paling dominan di agroforest karet adalah Psychotria viridiflora b.

5.1.2.2. Umur Agroforest Karet