75 tingkat I, dengan tahap memperhatikan ketaatan hukum dan memperhatikan
pemuasan kebutuhan. Anak usia 5-6 tahun termasuk dalam tahap moralitas Prakonvensional.
Tabel 1. Tahap Perkembangan Moral Versi Kohlberg
Tingkat Tahap
Konsep Moral
Tingkat I Moralitas
Prakonvensional usia 4-10 tahun
1 Tahap 1. Memperhatikan
ketaatan dan hokum 2
Tahap 2. Memperhatikan pemuasan kebutuhan
a Anak menentukan keburukan
berdasarkan akibat konsekuensi keburukan tersebut.
b Perilaku baik dihubungkan dengan
terhindarnya dari hukuman. c
Perilaku baik dikaitkan dengan pemuasan keinginan dan kebutuhan
sendiri tanpa mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
Sumber: Muhibbin Syah 2007: 41-42
b. Perkembangan kesadaran beragama
Abin Syamsuddin Makmun dalam Syamsu Yusuf LN, 2000: 176-177 menyatakan bahwa kesadaran beragama pada anak ditandai dengan ciri-ciri
sebagai berikut. 1
Sikap kegamaannya masih bersifat reseptif menerima meskipun banyak bertanya.
2 Pandangan ketuhanannya ersifat anthropormorph dipersonifikasikan.
3 Penghayatan rohaniah masih superficial belum mendalam meskipun mereka
telah melakukan atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ritual. 4
Hal ketuhanan dipahamkan secara ideosyncritic menurut khayalan pribadinya sesuai dengan taraf berpikirnya yang masih bersifat egosentrik
memandang segala sesuaitu dari sudut dirinya
Pengetahuan anak tentang agama terus berkembang karena mendengarkan ucapan-ucapan orang tua, melihat sikap dan perilaku orang tua dalam
mengamalkan ibadah, dan pengalaman dan meniru ucapan dan perbuatan orang tuanya. Sesuai dengan perkembangan intelektualnya berpikirnya yang terungkap
dalam kemampuan berbahasa, yaitu sudah dapat membentuk kalimat, mengajukan
76 pertanyaan dengan kata-kata: apa, siapa, dimana, dari mana, dan kemana, maka
anak sudah dapat diajarkan syahadat, bacaan dan gerakan shalat, doa-doa dan Al- Qur‟an Syamsu Yusuf LN, 2000: 177. Pentingnya mengajarkan shalat ialah
dalam rangka memenuhi tuntutan Rasulullah, yaitu bahwa orang tua harus menyuruh anaknya shalat pada usia tujuh tahun,
“muruu auladakum bisholaat sab’usiniin” suruhlah anak-anakmu shalat pada usia tujuh tahun. Dengan
demikian, mengajarkan bacaan dan gerakan shalat pada anak ialah dalam rangka mempersiapkan anak untuk dapat melaksanakan shalat pada usia tujuh tahun.
Berikut pemaparan tentang perkembangan nilai agama pada anak usia 5-6 tahun.
1 Perkembangan keagamaan menurut David Elkind
Elkind mengembangkan teori Piaget ke dalam pola perkembangan keagamaan pada anak. Elkind dalam Suyadi, 2010: 133 menyatakan bahwa
ketika anak tumbuh dewasa muncul empat tipe kebutuhan mental, yaitu: a
Pencarian untuk konservasi, pada tahap ini anak-anak menganggap bahwa hidup adalah abadi.
b Pencarian representasi masa pra-sekolah. Hal penting penting pada masa ini
adalah gambaran mental dan perkembangan bahasa. c
Pencarian relasi pertengahan kanak-kanak. Pada tahap ini anak-anak sudah mulai mengalami kematangan mental, sehingga mereka merasakan hubungan
dengan Tuhan. d
Pencarian tentang pemahaman, selama anak-anak tumbuh dewasa mereka memahami jalinan persahabatan dan perkembangan kemampuan untuk
berteori.
77 Elkind melakukan penelitian pada tahap doa atau ibadah. Ia melakukan
studi perkembangan agama dengan mengajukan pertanyaan kepada 160 anak laki- laki dan perempuan berusia 5-12 tahun tentang pengetahuan mereka dalam
beribadah. Elkind juga meminta anak-anak untuk mengisi pernyataan tentang ibadah. Dari jawaban anak-anak tersebut, Elkind menyimpulkan tiga tahap
perkembangan beribadah atau berdoa pada anak yaitu tahap global usia 5-7 tahun, tahap konkrit usia 7-9 tahun, dan tahap abstrak usia 11-12 tahun.
Berdasarkan tiga tahap perkembangan beribadah atau berdoa pada anak menurut Elkind, anak usia 5-6 tahun berada pada tahap pertama yaitu global.
2 Perkembangan keagamaan menurut Harms
Harms menyimpulkan bahwa hanya ada tiga tahapan tentang pemikiran atau perkembangan beragama pada anak. Perkembangan beragama pada anak usia
5-6 tahun menurut pemikiran Harms berada pada tahap firetale usia 3-6 tahun. Pada tahap ini anak merepresentasikan keadaan Tuhan seperti raksasa, hantu,
malaikat bersayap, dan lain sebagainya. Terkait tentang perkembangan nilai agama dan moral anak usia dini,
Suyadi 2004: 137-138 menjelaskan perkembangan nilai-nilai moral-keagamaan pada anak usia 5-6 tahun sebagai berikut.
Tabel 2. Tahap Perkembangan Nilai-nilai Moral-Keagamaan Anak Usia Dini
Usia Perkembangan Nilai-Nilai Moral Keagamaan
5-6 tahun
1 Mampu menghafal beberapa surah dalam Al-Qur‟an, seperti Al-
Ikhlas, dan An-Naas. 2
Mampu menghafal gerakan shalat secara sempurna. 3
Mampu menyebutkan beberapa sifat Allah. 4
Menghormati orang tua, menghargai teman-temannya, dan menyayangi adik-adiknya atau anak dibawah usianya.
5 Mengucapkan syukur dan terima kasih.
78
D. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Sabilla Rosydi 2013 dengan judul “Internalisasi Nilai-Nilai Agama Islam Melalui Metode Pembiasaan dalam
Pembinaan Mental Anak di Panti Asuhan Muhammadiyah Wates Kulon Progo”. Penelitian tersebut menggunakan jenis penelitian yang sama yaitu penelitian
deskriptif dan pendekatan kualitatif. Penelitian tersebut juga memiliki tujuan yang hampir sama yaitu mengetahui pelaksanaan penanaman nilai-nilai agama islam
melalui pembiasaan. Hasil penelitian dari Sabilla Rosydi adalah: 1.
Proses internalisasi nilai-nilai agama melalui metode pembiasaan dalam pembinaan mental anak terbagi menjadi tiga, yaitu pembiasaan disiplin,
pembiasaan hidup sederhana, dan pembiasaan cinta terhadap lingkungan. a
Pembiasaan disiplin meliputi pembiasaan penerapan sholat berjama‟ah, penerapan senyum, salam dan sapa serta pembiasaan berjabat tangan saat
bertemu. b
Pembiasaan hidup sederhana meliputi pembiasaan suka menabung, menerima makanan apa adanya, dan memakai baju seadanya.
c Pembiasaan cinta terhadap lingkungan meliputi membuang sampah pada
tempatnya, menanam, dan merawat tanaman di sekitar lingkungan. 2.
Setelah dilakukan pembinaan mental melalui metode pembiasaan, anak-anak mengalami perubahan perilaku yang positif. Perubahan itu dapat terlihat
misalnya anak mengikuti aturan yang ditetapkan, tingkah lakunya mengarah pada hal yang baik sesuai dengan ajaran agama yakni berperilaku hormat,
disiplin, murah hati, dan peduli terhadap sesama.