47 pembiasaan yaitu menghambat bakat dan inisiatif anak, serta menimbulkan
verbalisme.
C. Kajian Tentang Perkembangan Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini
1. Konsep Dasar Nilai Agama dan Moral
Nilai agama dan moral merupakan salah satu aspek perkembangan yang termasuk dalam ranah afektif. Nilai berasal dari bahasa Inggris value dan bahasa
Latin valere yang berarti berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat. Poerwadarminto dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007: 801 menyatakan
bahwa nilai adalah harga, hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Mulyana 2004: 11 menyatakan bahwa nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam
menentukan pilihan. Dari kedua pendapat dapat dikatakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang tertanam dalam diri seorang individu dan bersifat abstrak, sehingga
untuk bisa mengetahui nilai dalam diri seseorang hanya bisa dikaji melalui indikator-indikatornya saja. Jack R Fraenkel dalam Yudha M. Saputra
Rudyanto, 2005: 176 menyebutkan beberapa indikator dari nilai yaitu: a.
Cita atau tujuan yang dianut dan diutarakan seseorang. b.
Aspirasi yang dinyatakan. c.
Sikap yang ditampilkan. d.
Perasaan yang diutarakan. e.
Perbuatan yang dijalankannya serta kekhawatiran-kekhawatiran yang diutarakan atau yang tampak.
Sunarto B. Agung Hartono 2008: 170 menyatakan bahwa nilai-nilai perlu dikenal terlebih dahulu kemudian dihayati dan didorong oleh moral, baru
kemudian akan terbentuk sikap sesuai nilai-nilai yang dimaksud. Istilah agama dalam bahasa Arab berasal dari kata ad-din yang artinya
sejumlah aturan yang disyariatkan Allah SWT bagi hamba-hamba-Nya yang
48 menyembah kepada-Nya, baik aturan-aturan yang menyangkut kehidupan duniawi
dan yang berkenaan dengan ukhrowi. Harun Nasution dalam Abudin Nata, 2010: 9 menyatakan bahwa kata agama tersusun atas dua kata yaitu a = tidak dan gam
= pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun-temurun. Ahmad A.K.
Muda 2006: 18 menyatakan bahwa agama adalah prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan aturan-aturan syarat-syarat tertentu. Dari
berbagai pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa nilai agama adalah sejumlah tata aturan yang menjadi pedoman manusia agar dalam setiap tingkah
lakunya sesuai dengan ajaran agama sehingga dalam kehidupannya dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan lahir dan batin dunia dan akhirat.
Istilah moral berasal dari bahasa Yunani ethos dan bahasa Latin mos mores, yang berarti adat istiadat peraturannilai-nilai atau tata cara kehidupan.
Adapun moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Menurut Yudrik Jahja 2011: 50
menyatakan bahwa nilai-nilai moral itu seperti 1 seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara hak orang lain, dan 2 larangan mencuri, berzina,
membunuh, meminum minuman keras dan berjudi. Purwadarminto dalam Sunarto B. Agung Hartono, 2008: 169 moral merupakan ajaran tentang baik
buruk perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa moral merupakan kendali dalam
bertingkah laku agar sesuai dengan kaidah-kaidah moral. Seorang anak dapat dikatakan sebagai anak yang bermoral jika tingkah lakunya sesuai dengan tingkah
49 lakunya sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung oleh kelompok sosialnya
Yudha M. Saputra Rudyanto, 2005: 175. Lebih lanjut Hersh, et al dalam Maria J. Wantah, 2005: 47-48
menjelaskan tentang pengertian moralitas sebagai suatu proses aktivitas kesadaran dalam diri seseorang. Kesadaran moral meliputi tiga aktivitas, yaitu perhatian,
pertimbangan pemikiran obyektif, dan tindakan. Lebih jelas akan diuraikan sebagai berikut.
a. Perhatian adalah suatu keadaan pada diri seseorang dalam menyikapi secara
moral berbagai masalah dalam kehidupan sosial. Unsur perhatian ini mendorong seseorang untuk melakukan penilaian, pemikiran, dan
pertimbangan yang obyektif terhadap suatu masalah moral. b.
Penalaran moral moral reasoning merupakan dasar bagi suatu sikap, atau tindakan moral. Pertimbangan moral berimplikasi pada penalaran. Sementara
penalaran diterapkan pada semua kasus yang sama. Pertimbangan moral menuntut adanya kemampuan untuk mengevaluasi berbagai kepentingan yang
berbeda berdasarkan kriteria atau prinsip yang konsisten. c.
Tindakan merupakan hal yang tidak kalah penting untuk menilai kesadaran moral. Suatu tindakan dikatakan bermoral atau tidak tergantung pada kualitas
perhatian dan pertimbangan yang mengarahkan tindakan tersebut. Kesadaran moral pada anak-anak tentu saja berbeda dengan kesadaran
moral orang dewasa, demikian juga kualitas moralnya. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Bear dan Richards dalam Sjarkawi, 2009: 41 menyatakan bahwa
anak-anak memiliki tingkat perkembangan moral yang lebih rendah, secara
50 signifikan menunjukkan lebih banyak problem perilaku yang dihadapi daripada
anak-anak yang pertimbangan moralnya berada pada tingkatan yang lebih tinggi. Pada anak usia dini nilai-nilai moral bukan terletak pada dampak tindakan tetapi
terletak pada apakah tindakan mendatangkan kepuasan bagi anak atau tidak. Baik perhatian, pertimbangan moral, maupun tindakan berpusat pada anak itu sendiri.
Dari pemaparan tentang nilai agama dan moral dapat disimpulkan bahwa nilai agama merupakan sesuatu yang tertanam dalam diri seorang individu yang
bersumber dari ajaran agama, sedangkan moral sebagai pengendali. Dengan kata lain moral adalah pengendali tingkah laku, sedangkan tingkah laku seorang
individu tergantung pada nilai yang telah tertanam dalam diri seorang individu tersebut.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Nilai Agama dan