54 dan potensi manusiawi lainnya. Maka dari itu sepanjang kehidupan manusia akan
senantiasa dituntut untuk selalu belajar dan mempergunakan sistem nilainya, bahkan bukan mustahil gejolak pembaharuan sistem nilainya mengikuti alur usia
kehidupan manusia. Proses sosialisasi diri manusia merupakan proses belajar sepanjang hayat yang sekaligus merupakan proses pembentukan sistem nilainya.
Disinilah proses panjang yang akan dijalani anak, proses imitasi dan coba-coba akan menjadi pengalaman berharga sepanjang hidupnya.
Uraian tentang proses perkembangan niai agama dan moral di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan nilai agama dan moral pada anak berkembang
sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.
4. Cara Mengembangkan Moral Anak Usia Dini
Perkembangan moral pada anak dapat berlangsung melalui berbagai cara yang digunakan baik oleh pendidik maupun orang tua dalam menanamkan nilai
dan moral tersebut. Berikut ini akan diuraikan tentang beberapa cara dalam mengembangkan moral pada anak Yusuf dalam Yudha M. Saputra Rudyanto,
2005: 180.
a. Pendidikan langsung
Pendidikan langsung dapat dilakukan melalui penanaman pengertian tingkah laku yang benar dan salah atau baik dan buruk oleh orang tua atau guru.
Selain itu pendidikan moral juga menuntut adanya keteladanan baik dari orang tua maupun pendidik dalam melakukan nilai-nilai moral. Keteladanan dari orang tua
maupun pendidik dapat dikatakan sebagai salah satu cara yang efektif dalam menanamkan nilai agama dan moral pada anak.
55
b. Identifikasi
Anak-anak akan mengidentifikasi atau meniru tingkah laku moral seorang idolanya seperti guru, orang tua, kakak, maupun orang dewasa yang lain. Jadi
meniru orang dewasa ini akan menyebabkan anak lebih cepat tumbuh dan berkembang tingkah lakunya.
c. Proses coba-coba trial and error
Proses coba-coba trial and error merupakan cara mengembangkan perilaku secara coba-coba. Dengan cara coba-coba ini tingkah laku yang
mendatangkan penghargaan akan terus dikembangkan, sedangkan tingkah laku yang mendatangkan hukuman akan dihentikan.
Suyadi 2010: 134 menjelaskan tentang beberapa stimulasi untuk meningkatkan perkembangan agama pada anak. Beberapa stimulasi tersebut
antara lain:
a. Mengikutsertakan anak dalam kegiatan-kegiatan keagamaan
Melibatkan anak-anak dalam kegiatan keagamaan secara langsung dapat memberikan kesan khusus dalam diri anak, bukan melalui nasihat-nasihat yang
sulit dipahami anak. Kegiatan keagamaan yang bisa melibatkan anak secara aktif adalah mengikuti pendidikan ekstrakurikuler di masjid atau Taman Pendidikan
Al- Qur‟an TPA, mengajak anak shalat dimasjid, kerja bakti membersihkan
lingkungan masjid, dan sebagainya. Keikutsertaan anak dalam kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut akan menambah pengalaman keagamaan anak, dan
pengalaman tersebut akan menjadi dasar bagi kepekaan beragama anak selanjutnya.
56
b. Membiasakan ketaatan beribadah