Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
86 mahasiswa Teknologi Pendidikan yang berperan sebagai subjek uji coba
penelitian dan calon pengguna. Sedangkan dinyatakan dapat meningkatkan motivasi belajar mahasiswa apabila hasil post-tes lebih baik daripada hasil pre-tes.
Kelayakan produk pengembangan dilakukan dengan melakukan beberapa tahap uji coba. Tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1 tahap
validasi ahli materi, 2 tahap validasi ahli media instruksional, 3 uji coba lapangan awal, 4 uji coba lapangan utama, dan 5 uji coba lapangan operasional.
Pada validasi ahli materi tahap I produk pengembangan memperoleh kategori Baik . Ahli materi saran yaitu 1 terlalu banyak teks sehingga terlihat monoton
dan membosankan, 2 model pengajar pada bagian langkah-langkah model pembelajaran kooperatif kurang menguasai materi sehingga terlihat kaku dan
terpaku pada teks, dan 3 pada tahap langkah-langkah model pembelajaran kooperatif belum terlihat kongkret. Saran dari ahli materi mengenai terlalu banya
teks tidak sesuai dengan prinsip desain pesan pembelajaran khususnya prinsip pemusat perhatian. Mahasiswa akan cenderung bosan dengan banyaknya teks,
sehingga peneliti mengubah bagian yang terdapat banyak teks dengan adanya animasi. Asri 2003: 118-128 menyatakan bahwa cara yang dapat digunakan
untuk memusatkan perhatian salah satunya dengan menggunakan alat pemusat seperti gambar, bagan, dan media pembelajaran visual lainnya. Adanya animasi
dapat digunakan menjadi alat pemusat perhatian, seperti halnya yang telah diutarakan oleh Asri 2003: 118-128. Pada validasi ahli materi tahap II produk
pengembangan memperoleh kategori Baik . Ahli materi memberikan komentar
87 pemilihan materi sudah baik dan memberikan saran berupa penambahan
keterangan pada poin motivasi dan penghargaan. Pada validasi ahli media instruksional tahap I produk pengembangan
memperoleh kategori Baik . Ahli media instruksional memberikan saran yaitu 1 perbaikan cover sehingga lebih mencerminkan Student Teams-Achievement Teams
STAD, 2 pada tahap langkah-langkah model pembelajaran kooperatif belum terlihat kongkret, 3 model pengajar pada bagian langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif kurang menguasai materi sehingga terlihat kaku dan terpaku pada teks, dan 4 pemberian materi pada tahap langkah diharapkan materi
yang tidak terlalu khusus. Pada validasi ahli media instruksional tahap II produk pengembangan memperoleh kategori Sangat Baik . Ahli media instruksional
memberikan komentar semua bagian sudah baik dan memberikan saran berupa penambahan referensi pada akhir video.
Pada tahap uji coba penelitian dilakukan tiga tahap pengujian yaitu, uji coba lapangan awal, uji coba lapangan utama, dan uji coba lapangan operasional
dengan 12 indikator penilaian. Sebelum dan sesudah mahasiswa menggunakan media video, mahasiswa diberikan pre-tes dan post-tes untuk mengetahui sejauh
mana pengetahuan mahasiswa sebelum dan sesudah menggunakan video. Apabila ada peningkatan nilai setelah mahasiswa mengerjakan soal pre-tes dan post-tes
maka dinyatakan media dapat meningkatkan motivasi belajar bagi mahasiswa. Subjek uji coba lapangan awal digunakan 5 orang mahasiswa Teknologi
Pendidikan angkatan 2015 dengan menghasilkan kategori Baik dan memiliki tingkat kelayakan Layak . Respon dari uji coba lapangan awal ini mahasiswa
88 merasa tertarik dengan adanya media video. Mahasiswa dapat dengan leluasa
mengulang dan memperhatikan adegan yang sekiranya penting untuk dipelajari. Kelima mahasiswa memberikan saran bahwa produk pengembangan dapat
mengkongkretkan langkah yang ada sehingga dapat lebih jelas terlihat bagaimana proses pembelajarannya, serta tidak membingungkan. Hasil post-tes lebih baik
daripada hasil pre-tes sehingga dapat disimpulkan motivasi belajar mahasiswa meningkat. Keleluasaan mahasiswa dalam mengulang media video sejalan dengan
pendapat Arsyad 2006: 49 yang menyatakan bahwa media video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat dan dapat diulang jika diperlukan.
Pengulangan media video diperlukan apabila mahasiswa belum mengerti tentang materi dalam video, proses pengulangan hingga terbentuk pengetahuan baru
sejalan dengan teori behavioristik Thorndike tentang adanya pengulangan stimulus sehingga timbul respon Asri, 2012: 21.
Subjek uji coba lapangan utama digunakan 10 orang mahasiswa Teknologi Pendidikan angkatan 2015 dengan menghasilkan kategori Baik dan memiliki
tingkat kelayakan Layak . Respon dari uji coba lapangan utama ini mahasiswa terlihat tertarik dan termotivasi dengan adanya media yang dapat membantu
mereka belajar. Kesepuluh mahasiswa memberikan saran bahwa produk pengembangan dapat diperbaiki, dikarenakan suara pada beberapa adegan tidak
terdengar jelas apabila volume pada alat pemutar video tidak ditambah. Hasil post-tes lebih baik daripada hasil pre-tes sehingga dapat disimpulkan motivasi
belajar mahasiswa meningkat.
89 Subjek uji coba lapangan operasional digunakan 20 orang mahasiswa
Teknologi Pendidikan angkatan 2015 dengan menghasilkan kategori Sangat Baik dan memiliki tingkat kelayakan Layak . Respon dari uji coba lapangan
opersional ini mahasiswa terlihat tertarik akan media yang dikembangkan serta memperhatikan dengan seksama selama video diputar. Hasil post-tes lebih baik
daripada hasil pre-tes sehingga dapat disimpulkan motivasi belajar mahasiswa meningkat.
Hasil uji coba lapangan awal, uji coba lapangan utama, dan uji coba lapangan operasional menyatakan bahwa mahasiwa menikmati proses pembelajaran dengan
adanya media video yang telah dikembangkan peneliti. Sejalan dengan pendapat Atwi dalam Hamzah B. Uno 2008: 61 menyatakan bahwa strategi pembelajaran
untuk orang dewasa mengandung beberapa komponen yaitu, urutan kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan waktu
pembelajaran. Saat semua komponen terpenuhi dengan baik, maka terjadi pembelajaran yang memberikan rasa aman, fleksibel dan tidak mengancam dalam
pembelajarannya. Hal tersebut juga terjadi pada saat uji coba lapangan yang dilakukan oleh peneliti, dengan adanya media video pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams-Achievement Division STAD mahasiswa merasakan suasana menyenangkan saat berjalannya proses pembelajaran.
Kesimpulan dari adanya pre-tes dan post-tes yang dilakukan adalah sebelum pemutaran media video yang dikembangkan mahasiswa belum mampu menjawab
pertanyaan pre-tes yang diberikan. Setelah pemutaran media video, mahasiswa mampu menjawab pertanyaan soal post-tes dengan benar. Hasil pre-tes dan hasil
90 post-tes memperlihatkan bahwa media video dapat menyampaikan materi
pembelajaran dengan baik, khususnya mengkongkretkan pemikiran mahasiswa, menerangkan dari suatu proses, dan adanya peningkatan motivasi belajar
mahasiswa akan mata kuliah model dan desain sistem pembelajaran. Hasil ini dapat dijadikan salah satu alasan bahwa media video yang telah dikembangkan
dinyatakan layak sebagai sumber belajar bagi mahasiswa Teknologi Pendidikan. Total subjek uji coba yang dilakukan peneliti sebanyak 35 orang mahasiswa.
Berdasarkan pengamatan pada uji coba tersebut dapat disimpulkan bahwa 1 mahasiswa Teknologi Pendidikan tertarik dengan adanya media video sebagai
media dalam penyampaian materi pembelajaran, 2 motivasi belajar mahasiswa Teknologi Pendidikan terhadap mata kuliah model dan desain sistem
pembelajaran meningkat 3 mahasiswa Teknologi Pendidikan mampu menerima pesan dengan baik dengan adanya media video sebagai media dalam penyampaian
materi pembelajaran, 4 media video yang telah dikembangkan layak sebagai sumber belajar mahasiswa Teknologi Pendidikan.
Berdasarkan penilaian yang didapatkan dari proses validasi ahli materi, validasi ahli media instruksional, dan mahasiswa Teknologi Pendidikan selaku pengguna
produk pengembangan menyatakan bahwa media video instruksional
pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Division STAD untuk meningkatkan motivasi belajar mahasiswa Teknologi Pendidikan yang telah
dikembangkan oleh peneliti dinyatakan Layak untuk digunakan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran pada mata kuliah model dan desain sistem
pembelajaran untuk mahasiswa Teknologi Pendidikan.
91