Tabel 3.9. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Waktu
Pertanyaan Corrected
Item Total Correlation
Keterangan 1. Pelaksanaan jadwal pekerjaan proyek yang
dilakukan manajer konstruksi. 2. Pelaksanaan laporan kemajuan proyek yang
dilakukan manajer konstruksi. 0.716
0.830 Valid
Valid Sumber: Hasil Penelitian, 2012 Data Diolah
Berdasarkan Tabel 3.9 di atas, diperoleh bahwa hasil pengujian instrumen dari variabel waktu memiliki nilai Corrected Item Total Correlation yang lebih besar dari
0,30. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen pertanyaan dari variabel waktu
yang digunakan adalah valid dan dapat digunakan dalam penelitian.
B. Uji Validitas Instrumen Variabel Biaya
Hasil pengujian validitas intrumen variabel biaya dapat dilihat pada Tabel 3.10
berikut:
Tabel 3.10. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Biaya
Pertanyaan Corrected
Item Total Correlation
Keterangan 1. Ketepatan estimasi biaya suatu proyek.
2. Ketepatan penganggaran yang digunakan pada suatu proyek.
3. Pengendalian biaya yang dilakukan dalam suatu proyek.
0.580 0.575
0.327 Valid
Valid Valid
Sumber: Hasil Penelitian, 2012 Data Diolah
Berdasarkan Tabel 3.10 di atas, diperoleh bahwa hasil pengujian instrumen dari variabel biaya
memiliki nilai Corrected Item Total Correlation yang lebih besar dari 0,30. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen pertanyaan dari variabel
biaya yang digunakan adalah valid dan dapat digunakan dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara
C. Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja
Hasil pengujian validitas intrumen variabel kinerja dapat dilihat pada Tabel 3.11
berikut:
Tabel 3.11. Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Kinerja
Pertanyaan Corrected
Item Total Correlation
Keterangan 1. Kemampuan manajer konstruksi dalam
menyelesaikan suatu proyek. 2. Pengetahuan yang dimiliki manajer konstruksi
berkaitan dengan pekerjaannya. 3. Motivasi manajer konstruksi dalam menyelesaikan
suatu proyek. 0.456
0.493 0.481
Valid Valid
Valid Sumber: Hasil Penelitian, 2012 Data Diolah
Berdasarkan Tabel 3.11 di atas, diperoleh bahwa hasil pengujian instrumen dari variabel kinerja memiliki nilai Corrected Item Total Correlation yang lebih besar dari
0,30. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh instrumen pertanyaan dari variabel kinerja yang digunakan adalah valid dan dapat digunakan dalam penelitian.
3.7.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas dapat diartikan sebagai accuracy ketepatan dari skor responden yang kita peroleh dengan instrumen yang kita gunakan benar-benar merupakan skor yang
sebenarnya dari responden tersebut di dalam hal karakteristik yang diukur. Pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara One Shot atau Single Trial Method. Suatu variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha 0,60 Nunnally dalam Ghozali, 2005. Uji reliabilitas ini dilakukan pada 30 orang diluar responden.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.12. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel
Variabel Cronbach’s
Alpha N
Of Items Keterangan
1. Variabel Pemahaman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Manajer Konstruksi 2. Variabel Keberhasilan Proyek
3. Variabel Pendidikan 4. Variabel Masa Kerja
5. Variabel Pemahaman Manajer
Konstruksi
6. Variabel Waktu 7. Variabel Biaya
8. Variabel Kinerja 0.630
0.654 0.785
0.641 0.809
0.842 0.674
0.662 3
3 2
2 3
2 3
3 Reliabel
Reliabel Reliabel
Reliabel Reliabel
Reliabel Reliabel
Reliabel Sumber: Hasil Penelitian, 2012 Data Diolah
Reliabilitas yang kurang dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima, dan reliabilitas dengan Cronbach’s Alpha 0,8 atau diatasnya adalah baik.
Berdasarkan output yang diperoleh pada tabel di atas, diperoleh nilai koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha pada semua variabel lebih besar dari 0,6. Dengan demikian variabel-
variabel yang digunakan pada instrumen tersebut adalah reliabel untuk digunakan dalam penelitian.
3.8. Model Analisis Data
3.8.1. Analisis Data Hipotesis Pertama
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Sederhana dengan model sebagai berikut:
Y = B +
B
1
X
1
+ e Dimana :
Y = Keberhasilan Proyek
X
1
= Pemahaman manajemen keselamatan dan kesehatan kerja Manajer Konstruksi
Universitas Sumatera Utara
B = Koefisien Regresi
B
1
= Koefisien Variabel X1 e
= Variabel yang tidak terungkap Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat diuji dengan tingkat kepercayaan 95
atau œ = 0,05. Uji Hipotesis dengan menggunakan uji F dan uji Parsial Uji t
3.8.2. Analisis Data Hipotesis Kedua
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Berganda dengan model sebagai berikut:
Y = B +
B
1
X
1
+ B
2
X
2
+ e Dimana :
Y = Pemahaman Manajer Konstruksi
X
1
= Pendidikan X
2
= Masa Kerja B
= Koefisien Regresi B
1
= Koefisien Variabel X1 B
2
= Koefisien Variabel X2 e
= Variabel yang tidak terungkap Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat diuji dengan tingkat kepercayaan 95
atau œ = 0,05. Uji Hipotesis dengan menggunakan uji F dan uji Parsial Uji t
Universitas Sumatera Utara
3.8.3. Analisis Data Hipotesis Ketiga
Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Berganda dengan model sebagai berikut:
Y = B +
B
1
X
1
+ B
2
X
2
+ e Dimana :
Y = Kinerja Manajer Konstruksi
X
1
= Waktu X
2
= Biaya B
= Koefisien Regresi B
1
= Koefisien Variabel X1 B
2
= Koefisien Variabel X2 e
= Variabel yang tidak terungkap Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat diuji dengan tingkat kepercayaan 95
atau œ = 0,05. Uji Hipotesis dengan menggunakan uji F dan uji Parsial Uji t
3.9. Pengujian Asumsi Klasik
3.9.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel bebas dan terikat keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Menurut Sugiyono
2006, bahwa ”Model yang paling baik adalah apabila datanya berdistribusi normal atau mendekati normal. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
Universitas Sumatera Utara
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya, jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka
model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.”
3.9.2. Uji Multikolinierietas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variabel bebasnya. Menurut Ghozali 2002 bahwa “jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal”. Variabel
ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam
model regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor VIF, jika nilai tolerance 0,10 atau nilai VIF 10 berarti terdapat multikolinearitas.
3.9.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi perbedaan variasi residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau
gambaran hubungan antara nilai yang diprediksi dengan standardized delete residual nilai tersebut. Heteroskedastisitas dapat diuji dengan menggunakan metode grafik, yaitu
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu yang tergambar pada grafik. Jika pola titik-titik yang terbentuk membentuk pola teratur bergelombang, melebar, kemudian menyempit,
maka telah terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. Sebaliknya, jika tidak terbentuk pola yang jelas dimana titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu
Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi Ghozali, 2002.
Universitas Sumatera Utara
93
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum PT. Waskita Karya Persero Medan 4.1.1.1. Sejarah Singkat PT. Waskita Karya Persero Medan
Pada tanggal 1 Januari 1961, melalui peraturan pemerintah no.621961, pemerintah Republik Indonesia melakukan nasionalisasi terhadap perusahaan nv volker
aaneming maatschapij berganti nama menjadi PN Waskita Karya. Dan pada tanggal 5 Maret 1973, berdasarkan peraturan pemerintah no.401970, perusahaan berubah dari
perusahaan negara menjadi perusahaan perseroan dan berganti nama menjadi PT. Waskita Karya Persero. Saat itu, perusahaan hanya berkecimpung dalam pekerjaan
yang terkait dengan air, termasuk reklamasi, pengerukan, pelabuhan, serta irigasi. PT. Waskita Karya Persero merupakan salah satu perusahaan negara yang pada
awalnya hanya melakukan pembangunan untuk fasilitas-fasilitas umum, khususnya pekerjaan yang terkait dengan air, termasuk reklamasi, pengerukan, pelabuhan, serta
irigasi. Dengan status hukum yang baru, PT. Waskita Karya Persero mulai mengembangkan usahanya sebagai kontraktor umum dan menyediakan rangkaian jasa
konstruksi yang lebih luas, termasuk pengembangan jalan raya, jembatan, pelabuhan, bandar udara, gedung, pabrik pengolahan air limbah, pabrik semen, pusat pembangkit
listrik, gedung pabrik, serta fasilitas industri lainnya. PT. Waskita Karya Persero juga mengembangkan sistem zona dan mulai melakukan kerjasama dengan kontraktor asing.
Universitas Sumatera Utara
Pada masa ini, PT. Waskita Karya Persero menjadi pelopor pembangunan jembatan pra tegang bentang panjang dengan sistem free cantilever.
PT. Waskita Karya Persero terus berkembang, baik dari segi organisasi maupun dari segi skala proyek yang dikerjakan. Memasuki dasawarsa 90an, PT. Waskita Karya
Persero menyelesaikan berbagai gedung bertingkat tinggi dengan reputasi terpuji, seperti misalnya BNI City gedung tertinggi di Indonesia, Gedung perkantoran Bank
Indonesia, Graha Niaga Tower, Mandiri Plaza Tower, dan Hotel Shangri-La. Kemampuan teknologi pun dikembangkan melalui kerja sama operasi dengan karya
antara lain reaktor nuklir Sywabessy, serta tahap I dan II Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. PT. Waskita Karya Persero meraih sertifikat ISO 9002 : 1994 pada
November 1995, yang menjadi pengakuan internasional yang meyakinkan terhadap Sistem Pengelolaan kualitas. PT. Waskita Karya Persero juga mampu melalui krisis asia
pada tahun 1999 bahkan telah menyelesaikan beberapa proyek monumental. Pada tahun 2002, PT. Waskita Karya Persero melakukan restrukturisasi internal,
unit bisnis usaha terbagi menjadi 3 wilayah dan 3 divisi. Perusahaan juga menerapkan kebijakan akselerasi penyehatan dengan memusatkan perhatian pada bisnis pokoknya,
yaitu jasa konstruksi. PT. Waskita Karya Persero mulai mengerjakan serangkaian luas proyek berteknologi canggih. Transfer teknologi dilakukan melalui aliansi usaha, dalam
bentuk operasi bersama dan usaha bersama dengan berbagai perusahaan asing terkemuka. Pencapaian yang signifikan dan membanggakan pada waktu itu adalah Bandar Udara
Soekarno-Hatta, Reaktor Multi Guna Siwabessy, serta Pusat Pembangkit Listrik Batu Bara Muara Karang, Jakarta.
Universitas Sumatera Utara
Pada Juni 2003, PT. Waskita Karya Persero berhasil memperbaharui Quality Management System dan meraih sertifikasi ISO 9001 : 2000.
Pada tahun 2007, PT. Waskita Karya Persero telah melanjutkan proses restrukturisasi dan siap menjalani privatisasi untuk mengembangkan usahanya. Dalam
perkembanganya hingga saat ini, perusahaan terdiri dari beberapa wilayah dan divisi, kantor cabang dan anak perusahaan yang tersebar di Indonesia dan luar negeri. PT.
Waskita Karya persero juga telah ekspansi ke Dubai, Uni Emirat Arab untuk usaha kontraktor Pembangunan dan infrastruktur jalan. dikutip dari :
http:www.waskita.co.idwaskitaDefault.aspx, 19 Januari 2012 . Untuk wilayah Sumatera Utara, proyek-proyek yang dikerjakan saat ini antara
lain: Proyek Bandara Kualanamu, RS Universitas Sumatera Utara, Hotel Santika Medan.
4.1.1.2.Visi dan Misi PT Waskita Karya Persero 4.1.1.2.1. Visi
”Menjadi Badan Usaha Terkemuka dalam Industri Konstruksi”, Perseroan diarahkan untuk mencapai posisi tiga besar dalam pencapaian pangsa pasar nasional,
serta mengembangkan bisnis baru yang terkait dengan bidang industri konstruksi. Visi ini dicapai dengan kriteria, yaitu:
1. Menduduki posisi tiga besar dalam pencapaian pangsa pasar nasional 2. Mengembangkan bisnis baru yang terkait dengan bidang industri konstruksi
3. Memasuki pasar internasional dalam kurun waktu sepuluh tahun
Universitas Sumatera Utara
4.1.1.2.2. Misi
”Meningkatkan nilai perusahaan melalui produk jasa konstruksi yang bermutu dan berdaya saing tinggi”. Peningkatan kinerja perusahaan secara berkesinambungan menjadi
tolak ukur utama, sementara produk dan jasa dihasilkan sesuai standar mutu, waktu dan biaya, serta memperdulikan keselamatan kerja dan lingkungan, pengembangan sumber
daya, dan kesejahteraan karyawan. Misi ini dicapai dengan kriteria sebagai berikut: 1. Peningkatan kinerja perusahaan secara berkesinambungan.
2. Penyediaan produk dan jasa sesuai standar mutu, waktu dan biaya, dengan memperdulikan keselamatan kerja dan lingkungan serta pengembangan sumber
daya dan kesejahteraan karyawan.
4.1.1.3. Struktur Organisasi, Tugas dan Wewenang 4.1.1.3.1. Struktur Organisasi