keberhasilan proyek dapat tercapai dengan terjaganya keselamatan dan kesehatan kerja seluruh tenaga kerja yang terlibat dalam suatu proyek.
4.2.2. Pengaruh Pendidikan dan Masa Kerja terhadap Pemahaman Manajer
Konstruksi pada PT. Waskita Karya Persero Medan
Pengujian hipotesis kedua menyatakan bahwa pendidikan dan masa kerja berpengaruh terhadap pemahaman Manajer Konstruksi PT. Waskita Karya Persero
Medan. Pemahaman Manajer Konstruksi akan lebih baik apabila Manajer Konstruksi memiliki pendidikan dan masa kerja yang baik. Artinya, semakin baik pendidikan dan
semakin lama masa kerja maka semakin baik pula pemahaman Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya Persero Medan.
Pada pengujian secara serempak hipotesis kedua diperoleh hasil bahwa pendidikan dan masa kerja berpengaruh terhadap pemahaman Manajer Konstruksi pada
PT. Waskita Karya Persero Medan. Ini memberi arti bahwa pendidikan dan masa kerja dapat menentukan pemahaman Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya Persero
Medan. Faktor pendidikan merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan
seseorang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Pendidikan merupakan prasarat bagi kemampuan seorang karyawan untuk memperbaiki kualitasnya yaitu kualitas
menjalankan tugasnya. Faktor pendidikan juga berpengaruh dalam meningkatkan kedisiplinan seseorang, hal ini disebabkan bahwa semakin tinggi daya analisanya
sehingga pada akhirnya akan mampu memecahkan masalah yang dihadapinya Oktaviani, 2009
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan dapat menggambarkan besarnya pengaruh sikap dan prilaku dalam perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasinya dalam mengerjakan aktivitasnya.
Pendidikan merupakan salah satu kekuatan sosial yang ikut dibentuk dan membentuk masa depan manusia dengan sendirinya sehingga pendidikan juga ikut berpengaruh
dalam menentukan tingkat pemahaman Manajer Konstruksi. Menurut Robins 2001, bahwa kemampuan intelektual atau fisik khusus yang
diperlukan untuk kinerja yang memadai pada suatu pekerjaan, bergantung pada persyaratan kemampuan yang diminta dari pekerjaan itu. Persyaratan kemampuan ini
biasanya diakui apabila seorang individu telah melewati jenjang pendidikan tertentu. Secara umum kemampuan individu akan meningkat sesuai dengan jenjang pendidikan
yang telah dilaluinya. Selain faktor pendidikan, masa kerja juga dapat mempengaruhi pemahaman
Manajer Konstruksi. Robbins 2001, menyatakan bahwa masa kerja seseorang juga menunjukkan hubungan secara positif terhadap kinerja seseorang. Masa kerja yang lama
menunjukkan pengalaman yang lebih dari seseorang dibandingkan rekan kerja yang lain, sehingga sering masa kerjapengalaman kerja menjadi pertimbangan suatu perusahaan
dalam mencari pegawai. Manusia merupakan suatu hal yang penting di dalam keberhasilan suatu proyek,
berdasarkan hal ini seorang Manajer Konstruksi harus memiliki kompetensi akademis, pengalaman, maupun lingkungan. Akan tetapi, untuk membentuk sebuah karakter
manajemen proyek yang efektif, diperlukan kompetensi pengalaman Deendarlianto, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Gardner 1999, bahwa pemahaman merupakan indikator untuk kerja yang siap direnungkan, dikritik, dan digunakan oleh orang lain. Pemahaman adalah suatu
proses mental terjadinya adaptasi dan transformasi ilmu pengetahuan. Keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi akan sangat ditentukan oleh kualitas dari
orang-orang yang menanganinya, terutama mereka yang memegang posisi kunci seperti Manajer Konstruksi. Manager Konstruksi mempunyai tugas dan tanggung jawab
memimpin pelaksanaan proyek sesuai perencanaan dalam upaya meningkatkan kinerja proyek. Oleh sebab itu, Manager Konstruksi sebagai penanggung jawab pelaksanaan
proyek harus dapat dievaluasi tingkat pemahamannya dalam menjalankan suatu proyek konstruksi.
Secara parsial variabel masa kerja berpengaruh lebih dominan daripada variabel pendidikan. Dengan demikian pihak PT. Waskita Karya Persero Medan harus lebih
memperhatikan variabel masa kerja disamping variabel pendidikan dalam upaya meningkatkan pemahaman Manajer Konstruksi PT. Waskita Karya Persero Medan.
Beberapa perusahaan lebih cenderung untuk memilih tenaga kerja yang lebih berpengalaman. Masa kerja pada hakekatnya merupakan rangkuman dari pengalaman
seseorang terhadap apa yang telah dialami dalam bekerja, sehingga apa yang dialami telah dikuasai. Artinya dengan rentan waktu tertentu akan menunjukkan sejauh mana
sesorang menguasai pekerjaannya Masa kerja dikaitkan dengan pengalaman kerja, semakin lama seseorang bekerja, maka semakin berpengalaman orang tersebut, apabila
seseorang itu telah mempunyai kecakapan atas bidang yang pernah dia lakukan. Senioritas adalah masa kerja seorang pekerja, bilamana ditetapkan pada hubungan kerja
Universitas Sumatera Utara
maka senioritas adalah masa kerja seseorang pada perusahaan tertentu. Winardi, 2002
4.2.3. Pengaruh Waktu dan Biaya terhadap Kinerja Manajer Konstruksi pada PT. Waskita Karya Persero di Medan
Pengujian hipotesis ketiga menyatakan bahwa waktu dan biaya berpengaruh terhadap kinerja Manajer Konstruksi PT. Waskita Karya Persero Medan. Kinerja
Manajer Konstruksi akan lebih baik dengan mempertimbangkan waktu dan biaya. Artinya, semakin tepat waktu dan biaya yang digunakan maka semakin baik kinerja
Manajer Konstruksi PT. Waskita Karya Persero Medan. Pada pengujian secara serempak hipotesis ketiga diperoleh hasil bahwa waktu dan
biaya berpengaruh terhadap kinerja Manajer Konstruksi PT. Waskita Karya Persero Medan. Ini memberi arti bahwa waktu dan biaya dapat menentukan kinerja Manajer
Konstruksi pada PT. Waskita Karya Persero Medan. Jadwal waktu pelaksanaan proyek merupakan alat yang dapat menunjukkan kapan
berlangsungnya setiap kegiatan, sehingga dapat digunakan pada waktu merencanakan kegiatan-kegiatan maupun untuk pengendalian pelaksanan profesional secara
keseluruhan. Sedangkan biaya adalah sumber daya yang harus dikorbankan untuk mencapai tujuan spesifik atau untuk mendapat sesuatu sebagai gantinya. Manajemen
biaya proyek termasuk di dalamnya adalah proses yang dibutuhkan untuk menjamin bahwa proyek dapat diselesaikan sesuai dengan budget yang telah disepakati.
Kinerja adalah hasil dari prestasi kerja yang telah dicapai seseorang karyawan sesuai dengan fungsi tugasnya pada periode tertentu Bernadin Russell, 1993. Kinerja
Manajer Konstruksi merupakan keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi akan sangat
Universitas Sumatera Utara
ditentukan oleh faktor waktu dan biaya. Waktu dan biaya merupakan dua unsur kunci yang menentukan selesainya sebuah proyek dengan baik, sesuai keinginan pemilik.
Pada pengujian secara parsial hipotesis ketiga diperoleh hasil bahwa variabel waktu berpengaruh lebih dominan daripada variabel biaya. Dengan demikian pihak PT. Waskita
Karya Persero Medan harus lebih memperhatikan variabel waktu selain dengan variabel biaya dalam penentuan kinerja Manajer Konstruksi PT. Waskita Karya Persero
Medan. Waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan atau keadaan berada
atau berlangsung, dalam hal ini skala waktu merupakan interval antara dua buah keadaankejadian, atau bisa merupakan lama berlangsungnya suatu kejadian Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1997. Manajemen waktu proyek adalah proses merencanakan, menyusun dan
mengendalikan jadwal kegiatan proyek. Manajemen waktu termasuk ke dalam proses yang akan diperlukan untuk memastikan waktu penyelesaian suatu proyek. Sistem
manajemen waktu berpusat pada berjalan atau tidaknya perencanaan dan penjadwalan proyek. Dimana dalam perencanaan dan penjadwalan tersebut telah disediakan pedoman
yang spesifik untuk menyelesaikan aktivitas proyek dengan lebih cepat dan efisien. Adapun aspek-aspek manajemen waktu yaitu menentukan penjadwalan proyek,
mengukur dan membuat laporan dari kemajuan proyek, membandingkan penjadwalan dengan kemajuan proyek sebenarnya di lapangan, menentukan akibat yang ditimbulkan
oleh perbandingan jadwal dengan kemajuan di lapangan pada akhir penyelesaian proyek,
Universitas Sumatera Utara
merencanakan penanganan untuk mengatasi akibat tersebut, yang terakhir memperbaharui kembali penjadwalan proyek
Kinerja waktu dimasukkan dalam kategori berhasil jika waktu yang dibutuhkan untuk penyelesaian proyek sama atau lebih kecil dari rencana. Sasaran manajemen
konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan
spesification. Untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan.
Hal ini didukung oleh pernyataan Ashley 1987 yang berpendapat bahwa sebuah proyek konstruksi dapat dikatakan sukses apabila mempunyai hasil yang sesuai atau lebih
baik daripada yang direncanakan dalam sasaran biaya, jadwal, kualitas. Selanjutnya menurut De wit 1992, proyek dianggap mencapai sukses secara keseluruhan bila proyek
bisa memenuhi spesifikasi teknik danatau misi yang harus dicapai, dan tingkat kepuasan tertinggi dalam proyek terdapat pada tim proyek dan klien dari proyek tersebut.
Universitas Sumatera Utara
142
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan