Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

111 belajar matematika siswa dengan penerapan model TGT lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa dengan penerapan model pembelajaran konvensional.

4.5. Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji keefektifan penerapan model TGT terhadap motivasi dan hasil belajar matematika materi Pecahan dalam Perbandingan dan Skala pada siswa kelas V SDN Debong Tengah 1, 2, 3 Kota Tegal. Desain penelitian ini menggunakan Quasi Experimental Design yang diadaptasi dari True Experimental Design, dengan alasan bahwa peneliti dalam melakukan eksperimen ini tidak mutlak mampu mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Adapun bentuk dari desain eksperimen yang diterapkan adalah Posttest-Only Control Design tanpa pretest yang diadaptasi dari True Experimental Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Negeri Debong Tengah 1, 2, 3 Kota Tegal yang berjumlah 108 siswa, terdiri dari 44 siswa kelas V SD Negeri Debong Tengah 1 Kota Tegal, 36 siswa kelas V SD Negeri Debong Tengah 2 Kota Tegal, dan 28 siswa kelas V SD Negeri Debong Tengah 3 Kota Tegal. Dalam hal ini, alasan penentuan populasi adalah karena keadaan dari siswa ketiga SD tersebut masih dalam satu lingkungan sekolah dan diharapkan iklim, karakteristik pembelajaran dan juga kemampuan awal dari siswa itu sama. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik probability sampling dengan metode Simple Random Sampling, yang menghasilkan kelas V SD Negeri Debong Tengah 3 sebagai kelas eksperimen, kelas V SD Negeri 112 Debong Tengah 1 sebagai kelas kontrol, dan kelas V SD Negeri Debong Tengah 2 sebagai kelas uji instrumen penelitian. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat yaitu motivasi dan hasil belajar matematika, dan variabel bebas yaitu penerapan model TGT dalam pembelajaran matematika materi pecahan dalam perbandingan dan skala kelas V SDN Debong Tengah 1, 2, 3 Kota Tegal. Alasan pemilihan ketiga variabel ini adalah karena peneliti ingin mempelajari keterkaitan ketiganya dalam suatu pembelajaran, sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan secara umum terhadap objek yang berkarakterisitik sama dengan objek penelitian ini. Sebelum penelitian, terdapat uji prasyarat instrumen dan uji prasyarat analisis hasil penelitian. Uji prasyarat instrumen meliputi validitas, reliabilitas, daya beda soal, dan tingkat kesukaran soal. Untuk mengetahui hasil uji prasyarat instrumen, peneliti melakukan uji coba pada kelas uji coba. Setelah ujicoba dilaksanakan, didapatlah instrumen penelitian yang telah memenuhi syarat. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 2 jenis sesuai dengan variabel yang akan diukur. Variabel motivasi belajar diukur dengan menggunakan instrumen angket, dengan jumlah item 27 butir dan dengan lima opsi jawaban. Variabel hasil belajar diukur dengan menggunakan soal tes yang berjumlah 18 soal dengan empat opsi jawaban. Baik instumen angket maupun instrumen soal, telah melalui tahap uji prasyarat analisis, sehingga kedua jenis instrumen ini tidak diragukan lagi penggunaannya dalam penelitian ini. Sementara itu, uji prasyarat analisis hasil penelitian dilakukan terhadap data awal motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keadaan awal dari kedua sampel yang dijadikan sebagai objek penelitian. Uji 113 prasyarat analisis ini meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t kesamaan rata-rata awal. Data yang akan akan diolah antara lain data motivasi belajar siswa sebelum mengikuti pembelajaran matekatika, serta data hasil UTS Genap Matematika, baik dikelas eksperimen maupun kontrol. Setelah data tersebut dianalisis, maka diperoleh hasil pengujian hipotesis yang menyatakan perbandingan motivasi siswa antara t hitung dan t tabel yaitu 0,441 0,05 t hitung lebih besar dari t tabel dan perbandingan hasil belajar antara t hitung dan t tabel yaitu 0,694 0,05 t hitung lebih besar dari t tabel . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho untuk kedua variabel tidak ditolak. Ho tidak ditolak mengartikan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata skor motivasi sebelum pembelajaran maupun rata- rata nilai UTS Genap Matematika siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan kata lain, data awal motivasi dan hasil belajar siswa telah dinyatakan memiliki rata-rata awal yang sama, sehingga penelitian bisa dilanjutkan. Untuk mengetahui keefektifan penerapan model TGT terhadap motivasi dan hasil belajar matematika, perlu dilakukan pengambilan data melalui serangkaian kegiatan pembelajaran dan tes akhir postes. Setelah mendapatkan data motivasi dan hasil belajar siswa dari kedua kelas, data kemudian dianalisis hingga diperoleh hasil pengujian hipotesis yang menyatakan perbandingan motivasi belajar yang di tunjukkan oleh t hitung sebesar 1,792 dan t tabel sebesar 1,673. Mengacu pada ketentuan pengambilan keputusan uji hipotesis satu pihak, hasil perbandingan 1,792 1,673 t hitung t tabel , maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain, motivasi belajar matematika siswa 114 dengan penerapan model TGT lebih baik dari pada motivasi belajar matematika siswa dengan penerapan model pembelajaran konvensional. Selain itu, hasil uji hipotesis data hasil belajar siswa dengan perhitungan menggunakan rumus uji hipotesis komparatif dua sampel independen secara manual menunjukkan bahwa, t hitung sebesar 2,571 dan t tabel sebesar 1,673. Mengacu pada ketentuan pengambilan keputusan uji hipotesis hasil perbandingan 2,571 1,673 t hitung t tabel , maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, atau hasil belajar matematika siswa dengan penerapan model TGT lebih baik dari pada hasil belajar matematika siswa dengan penerapan model pembelajaran konvensional. Hasil ini memperkuat hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yang menunjukkan bahwa penerapan model TGT efektif terhadap materi tertentu pada mata pelajaran matematika, salah satunya ialah materi Pecahan dalam Perbandingan dan Skala. Dikatakan lebih efektif karena para siswa dalam kelas kelas eksperimen yang proses pembelajarannya menerapkan model TGT ini telah terbukti memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi, serta sebagian besar siswa telah mampu mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa karena mempelajari ilmu yang bersifat abstrak. Karena sifatnya yang abstrak, maka tidaklah mudah bagi siswa SD untuk memahaminya secara langsung. Hal ini merupakan jawaban dari teori matematika yang dikemukakan oleh Subarinah 2006, bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya, tidak terkecuali materi pecahan. 115 Pada kenyataannya, materi pecahan masih belum dapat dipahami secara utuh oleh siswa. Guru seringkali mengalami kesulitan dalam membelajarkan materi pecahan, terlebih jika dihadapkan pada menurunnya minat siswa untuk mempelajari materi pecahan ini. Kenyataan tersebut ditemui peneliti ketika melakukan pembelajaran dikelas kontrol. Hal ini sekaligus menjawab pernyataan Depdikbud 1999 dalam Heruman 2012: 43 yang menyatakan bahwa pecahan merupakan salah satu topik yang sulit diajarkan. Dampak dari hal ini antara lain kurang maksimalnya hasil belajar siswa. Untuk itu diperlukan inovasi pembelajaran agar proses pembelajaran pecahan menjadi menarik bagi siswa. Penerapan model TGT merupakan salah satu inovasi dalam pembelajaran matematika. Penerapan model TGT ini terbukti dapat meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika. Hal ini terlihat dari munculnya indikator-indikator motivasi belajar siswa dalam pembelajaran dikelas eksperimen. Siswa terlihat bersemangat, penuh perhatian, bersungguh-sungguh dalam belajar, dan tertantang untuk saling bersaing dalam belajar. Hal ini menjawab teori motivasi yang dikemukakan oleh Hamalik 2012: 51 yakni perbuatan belajar terjadi karena adanya motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Selain meningkatkan motivasi belajar siswa, model TGT juga terbukti meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pecahan dalam perbandingan dan skala. Hal ini dibuktikan dari rata-rata nilai UTS Genap matematika kelas eksperimen sebesar 60,87 meningkat pada nilai postes menjadi sebesar 66,43. Rata-rata ini jauh lebih tinggi dibandingkan nilai postes kelas kontrol yang mencapai 51,91 dari nilai rata-rata nilai UTS Genap matematika semula yakni 116 59,94. Hasil belajar yang diperoleh siswa sesuai dengan pendapat Hamalik 2008, bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar tersebut ditandai dengan pemahaman siswa pada materi pecahan dalam perbandingan dan skala yang menjadi lebih baik. Pembelajaran model TGT memuat lima komponen utama yang terintegrasi dalam kegiatan inti pembelajaran. Dalam kegiatan inti pembelajaran, guru memperkenalkan model TGT dengan istilah tournament kepada siswa. Hal ini bertujuan menumbuhkan rasa antusias siswa untuk mengikuti pembelajaran Matematika. Pada tahap eksplorasi, guru menerapkan komponen TGT pertama yakni presentasi kelas. Guru menjelaskan materi pelajaran dengan didukung penggunaan media yang relevan, seperti manik-manik, kertas manila, peta, dan lainnya. Pada tahap elaborasi, guru membagi kelas kedalam tujuh kelompok kecil guna menerapkan komponen TGT kedua yakni belajar kelompok team study. Dalam team study ini, siswa melakukan diskusi membahas Lembar Kerja Siswa LKS yang diberikan oleh guru. Setelah siswa melakukan diskusi dengan kelompok belajarnya, guru kemudian menerapkan komponen TGT ketiga dan keempat, yakni permainan game dan turnamen tournament. Namun, guru terlebih dahulu memberi penjelasan kepada siswa tentang peraturan permainan dalam TGT ini. Setelah siswa memahami peraturan permainan, guru memulai turnamen. Dalam turnamen ini, siswa terlihat sangat aktif dan bersemangat mengerjakan soal. Di akhir turnamen, siswa dengan bimbingan guru melakukan pengitungan skor bersama. Kelompok dengan nilai rata-rata tertinggi mendapat 117 pengakuan dari guru sebagai pemenang dan berhak mendapat julukan sebagai Super Team, Great Team, dan Good Team. Disinilah komponen TGT kelima muncul, yakni penghargaan kelompok team recognize. Pada kegiatan akhir pembelajaran, guru memberikan evaluasi dan dilanjutkan dengan menutup pelajaran. Situasi pembelajaran di kelas kontrol berbeda dengan kelas eksperimen, yakni pada tahap kegiatan inti pembelajaran. Kelas kontrol yang pembelajarannnya menerapkan model konvensional terkesan lebih tegang, sepi, dan didominasi oleh guru. Guru menjelaskan materi dilanjutkan dengan pemberian soal-soal latihan yang harus dikerjakan siswa dalam waktu yang telah ditentukan. Guru menunjuk beberapa siswa untuk maju ke depan kelas mengerjakan soal-soal latihan. Bagi siswa yang telah mengerjakan soal dengan benar, diberikan aplause dari guru dan siswa lainnya. Di akhir pembelajaran, guru memberikan evaluasi dan dilanjutkan dengan menutup pelajaran. Jika ditelaah kembali, pemilihan untuk menerapkan model TGT di dalam pembelajaran matematika oleh peneliti ini didasari oleh pergeseran paradigma pembelajaran dari yang berpusat pada guru konvensional ke model pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa inovatif. Hal ini dikarenakan pergeseran cara pandang terhadap pengetahuan yang diperoleh siswa, yakni siswa bukan dianggap sebagai botol kosong yang harus di isi penuh oleh guru, melainkan siswa membangun sendiri pengetahuannya berdasarkan dari pengalaman yang dilaluinya selama proses pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran dengan model konvensional perlu digantikan dengan model yang lebih berpusat pada siswa, salah satunya yaitu dengan model cooperative learning. 118 Cooperative learning sebuah model pembelajaran yang menuntut kerjasama siswa di dalam kelompok belajar mereka untuk saling membantu didalam belajar, sehingga siswa dapat menambah wawasan pengetahuannya sekaligus juga menumbuhkan sikap sosial yang positif. Sebagai sebuah model pembelajaran, cooperative learning memiliki kelebihan. Kelebihan utama dari model cooperative learning ini yakni dapat melatih siswa untuk bekerjasama dengan orang lain di dalam kelompok belajarnya demi sebuah tujuan agar lebih produktif. Pada saat bergabung di dalam kelompok, banyak sekali nilai-nilai yang dapat dipetik oleh siswa, yaitu nilai kerjasama, tanggung jawab, kejujuran, komunikatif, sportifitas, dan lainnya. Nilai-nilai itulah yang juga dianggap penting, disamping pengetahuan dan ketrampilan yang dibekalkan pada siswa. Dari berbagai macam tipe model cooperative learning, salah satu tipenya yaitu model Teams Games Tournament TGT. Karena model TGT ini adalah tipe dari model cooperative learning, maka kelebihan utama yang terdapat dalam cooperative learning diatas juga terdapat dalam model pembelajaran TGT ini. Namun, model TGT ini memiliki kelebihan khusus dibanding tipe model cooperative learning yang lainnya. Kelebihan TGT ini antara lain sangat sesuai dengan karakteristik siswa SD. Kesesuaian model TGT dengan karakteristik siswa SD antara lain model TGT mengandung unsur game akademik yang menuntut adanya kerjasama timkelompok siswa. Dalam game akademik tersebut tentunya siswa akan aktif, baik fisik maupun mentalnya, karena siswa akan bergerak ke meja turnamen lalu kemudian mengerjakan soal. Disamping itu, siswa juga mengalami sendiri suasana kompetisi yang mengharuskannya mengerjakan sendiri soal yang terdapat 119 dalam game akademik. Ini akan memacu siswa untuk terus belajar agar dapat mengerjakan soal secara mandiri dengan benar. Tentunya hal tersebut sesuai dengan karakteristik siswa SD seperti yang dinyatakan dalam Sumantri 2011: 6.3 yaitu senang bermain, selalu bergerak, bekerja atau bermain dalam kelompok, dan senantiasa ingin melaksanakan atau merasakan sendiri. Dengan penerapan model TGT, diharapkan motivasi siswa akan semakin tumbuh dalam mengikuti pembelajaran matematika, sekaligus dapat meningkatkan hasil belajar matematikanya. Slavin 2008 mengungkapkan keunggulan dari model TGT ini sebagai berikut: 1 Para siswa di dalam kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka daripada siswa yang ada dalam kelas tradisional; 2 meningkatkan perasaanpersepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja, bukan keberuntungan; 3 TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka; 4 TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain kerjasama verbal dan non verbal, kompetisi yang lebih sedikit; 5 Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak; 6 TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors, atau perlakuan lain. Dalam mengimplementasikan model TGT ini dalam proses pembelajaran, perlu memperhatikan hal-hal berikut ini : 1 pembelajaran terpusat pada siswa; 2 proses pembelajaran dengan suasana kompetisi; 3 dalam kompetisi tersebut menerapkan sistem poin dan adanya kesetaraan kinerja akademik; 4 120 pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa ke dalam tim-tim; 5 adanya sistem penghargaan bagi siswa yang memperoleh poin terbanyak. Sebuah catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian, guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat pencapaian belajar siswa secara individual. Terlepas dari beberapa keunggulan dalam penerapan model TGT, peneliti juga tidak lepas dari beberapa kendala. Kendala yang dihadapi peneliti ketika menerapkan model pembelajaran TGT antara lain: 1 Dalam mengelompokkan siswa menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen bukanlah hal yang mudah. Guru harus mengelompokkan siswa secara adil dan seimbang sehingga kekuatan masing-masing kelompok untuk bertanding menjadi setara; 2 Ketika telah terbentuk kelompok kecil, awalnya siswa banyak yang meminta kepada guru agar ditempatkan pada kelompok yang mereka inginkan, sehingga situasi berubah menjadi kurang kondusif. Guru perlu memberikan pengertian bahwa kelompok yang telah dibentuk bertujuan untuk kompetisi yang adil dan seimbang. 3 TGT adalah model pembelajaran yang memerlukan peralatan dan media yang tidak sedikit, sehingga ini menjadi tantangan tersendiri bagi guru untuk mempersiapkan segala peralatan dan media pendukungnya, seperti: kartu bernomor, lembar game, lembar jawaban, lembar skor permainan, dan lembar skor tim. Adapun media pendukungnya adalah manik-manik, kertas manila, peta, dan lainnya. 121 4 Pada saat memulai tournament, masih dijumpai siswa yang terlihat kebingungan dengan aturan permainan dalam tournament ini. Jika demikian, guru perlu menghentikan sejenak aktivitas tournament yang sedang berlangsung dan kembali memberikan instruksi dengan simulasi agar terlihat lebih jelas. Setiap pendekatan, model maupun metode memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran matematika dengan menerapkan model TGT, guru harus menguasai betul model pembelajaran ini. Selain menguasai model TGT guru juga harus cerdas mempersiapkan penggunaan metode yang hendak dikolaborasikan dengan model TGT agar dapat mendukung pengoptimalan penerapan model TGT. 124

BAB 5 PENUTUP

5.1. Simpulan

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SDN Debong Tengah 1, 2, 3 Kota Tegal menunjukkan bahwa: 1 Hasil uji hipotesis motivasi belajar siswa dengan perhitungan menggunakan rumus independent sample t test melalui program SPSS versi 17 menunjukkan bahwa t hitung sebesar 0,046 dan t tabel sebesar 2,000. Mengacu pada ketentuan pengambilan keputusan uji hipotesis, hasil perbandingan 1,741 2,003 t hitung t tabel .Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain, ada perbedaan antara motivasi belajar matematika siswa dengan penerapan model TGT dan motivasi belajar matematika siswa dengan penerapan model pembelajaran konvensional. Kemudian, untuk mengetahui tingkat perbedaan antara motivasi belajar matematika siswa dengan penerapan model TGT dan motivasi belajar matematika siswa dengan penerapan model pembelajaran konvensional, perlu dilakukan uji pihak kanan. Berdasarkan uji pihak kanan, nilai t hitung sebesar 1,792 sedangkan t tabel sebesar 1,673. Dari perhitungan tersebut diperoleh 1,792 1,673 t hitung t tabel . Jadi kesimpulannya adalah Ha diterima dan Ho ditolak, atau

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

KEEFEKTIFAN MODEL NUMBER HEADS TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI DEBONG KIDUL KOTA TEGAL

0 16 287

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL CLIS (CHILDREN LEARNING IN SCIENCE) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG TENGAH 1 KOTA TEGAL

0 15 402

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI KETUREN KOTA TEGAL

1 7 184

Keefektifan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Bangun Ruang pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Pagerbarang 03 Kabupaten Tegal

0 19 373

KEEFEKTIFAN MODEL QUANTUM TEACHING TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI TUNON 2 KOTA TEGAL

0 7 327

KEEFEKTIFAN STRATEGI PRACTICE REHEARSAL PAIRS TERHADAP HASIL BELAJAR SIFAT SIFAT CAHAYA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI DEBONG TENGAH 1 DAN 3 KOTA TEGAL

0 33 256

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN “TEAMS GAMES TOURNAMENT” TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MATERI CAHAYA DAN SIFATNYA DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI PECABEAN KABUPATEN TEGAL

0 11 186

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL TEBAK KATA TERHADAP MINAT DAN HASIL BELAJAR PKn MATERI KOMPONEN PEMERINTAHAN PUSAT DI INDONESIA KELAS IV SD NEGERI DEBONG TENGAH 1, 2 DAN 3 KOTA TEGAL

0 13 230

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR CERPEN KELAS V SD NEGERI EJOBONG KABUPATEN PURBALINGGA

0 0 71