15 keadaan secara lebih bijak. Namun, tidak semua perubahan perilaku ini
merupakan hasil dari belajar seseorang. Perubahan perilaku yang merupakan akibat dari belajar akan cenderung bersifat permanenmenetap.
Sebagai contoh, orang yang telah belajar menulis tentu akan memiliki keterampilan dasar menulis yang tidak mudah untuk hilang dan terus
menetap, atau bahkan menjadi lebih berkembang lagi selama hidupnya. Adapun perubahan perilaku yang tidak termasuk dalam hasil belajar
seseorang antara lain: karena lupa, karena minum minuman keras, karena pengaruh obat-obatan tertentu, dan perubahan perilaku karena faktor
kematangan. 3
Pengalaman Sebagai salah satu unsur belajar, pengalaman merupakan hasil
interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Menurut Slameto 2010: 2, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Interaksi tersebut dapat terjadi baik dalam lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. Lingkungan fisik merupakan lingkungan dimana individu tinggal, misalnya pantai, hutan, dan sebagainya. Adapun contoh
lingkungan lingkungan sosial diantaranya orang tua, teman, guru, tokoh masyarakat, dan sebagainya.
2.1.2 Motivasi Belajar
Belajar tidak akan terjadi tanpa ada kemauan dari individu untuk melakukan tindakan belajar. Kemauan tersebut merupakan manifestasi dari
16 motivasi belajar individu. Hubungan antara kemauan dan motivasi seseorang
tercermin dari tindakan yang dilakukannya. Para ahli telah mengemukakan tentang pengertian tentang motivasi, diantaranya yaitu menurut Hamalik 2012:
50, motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu perbuatan atau tindakan tertentu. Woolfolk Nicolich 1984 dalam Widoyoko 2012: 233
menyatakan bahwa motivasi pada umumnya didefinisikan sebagai sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Sementara, menurut Sardiman
2012: 73, motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakanmendesak. Dari tiga pengertian tentang motivasi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan faktor pendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Pengertian tentang motivasi dapat dikembangkan menjadi
motivasi belajar dengan cara memadukannya dengan definisi belajar. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa motivasi belajar adalah suatu perbuatan
belajar yang terjadi karena adanya motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan belajar.
Hubungan antara motivasi dan belajar dapat dilihat dari beberapa penelitian terdahulu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, motivasi memiliki
pengaruh yang tinggi terhadap prestasi belajar siswa. Di dalam Suprijono 2012: 162, Walberg dkk menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi antara
11 sampai 20 persen terhadap prestasi belajar. Sementara itu, studi yang dilakukan Suciati menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36, sedangkan
17 McClelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi mempunyai kontribusi
sampai 64 terhadap prestasi belajar. Hal ini menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara motivasi dan prestasi belajar.
Untuk mengukur sejauh mana tingkat motivasi belajar siswa, perlu adanya indikator motivasi. Indikator motivasi dapat dilihat dari komponen yang
terkandung didalamnya. Menurut Dimyati dan Mundjiono 2009: 80, ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu i kebutuhan, ii dorongan, dan iii
tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan apa yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental
untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan merupakan inti motivasi. Tujuan adalah hal yang ingin
dicapai oleh seorang individu. Komponen motivasi yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mundjiono
tersebut akan dijadikan sebagai indikator motivasi untuk menilai tingkat motivasi belajar siswa di dalam penelitian ini. Indikator motivasi yang berupa kebutuhan,
dorongan, dan tujuan tersebut selanjutnya dijabarkan lagi menjadi deskriptor yang lebih konkret dan operasional untuk memudahkan peneliti dalam mengukur
tingkat motivasi belajar siswa. Deskriptor tersebut antara lain: kemandirian, percaya diri, pemanfaatan waktu luang, perhatian terhadap tugas, kesungguhan
dalam belajar, semangat, penerimaan terhadap tantangan, kepuasan diri, persaingan, keyakinan dalam diri, rutinitas belajar, materi pelajaran, dan
penghargaan dalam belajar. Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
18 matematika akan dibahas lebih mendalam pada lembar penilaian motivasi belajar
berbentuk rating scale.
2.1.3 Hasil Belajar