27
2.1.7.1 Menjelaskan Arti Perbandingan
Menurut Subarinah 2006: 79, pada prinsipnya pecahan digunakan untuk menyatakan beberapa bagian dari sejumlah bagian yang sama. Pecahan
merupakan bagian-bagian yang sama dari keseluruhan. Suatu pecahan dapat ditulis
,
di mana a disebut pembilang dan b disebut penyebut. Penulisan bentuk pecahan tersebut juga dapat diartikan a berbanding b. Dengan demikian besar
bilangan untuk pembilang dan penyebut dapat kita bandingkan. Ini berarti pecahan mempunyai arti perbandingan.
Contoh : Jumlah kelereng A ada 36 butir dan kelereng B ada 20 butir. Bagaimana
perbandingan kelereng A dan B? Jawab:
Kelereng A : B = 36 : 20 = 9 : 5 Perbandingan harus dinyatakan dengan bilangan yang sederhana. Oleh karena itu,
36 : 20 disederhanakan menjadi 9 : 5.
2.1.7.2 Skala sebagai Perbandingan
Skala peta menyatakan perbandingan antara ukuran gambar dan ukuran sebenarnya atau sesungguhnya. Jika skala = S, jarak peta = Jp, dan jarak
sebenarnya = Jb, maka: Jb = Jp x S; S = Jp : Jb; Jp = Jb : S.
Contoh : Skala sebuah peta 1 : 1.500.000. Jarak kota A dan B pada peta 4 cm.
Berapa kilometer jarak sebenarnya antara kota A dan B?
28 Jawab:
Jarak sebenarnya antara kota A dan B= 1.500.00 x 4 cm = 6.000.000 cm = 60 km.
2.1.7.3 Melakukan Operasi Hitung dengan Menggunakan Perbandingan dan
Skala
Contoh : Sebidang tanah kelilingnya 240 m. Lebar tanah itu dari panjangnya.
Berapa meter persegi luas tanah itu? Jawab:
Diketahui: Keliling = 240 m; Lebar = x panjang
Ditanyakan: Berapa luas tanah itu?
Penyelesaian: Panjang + lebar = x 240 m = 120 m
Lebar = x panjang Lebar : panjang = 5 : 7 , jumlah 12 bagian
Lebar = x 120 m = 50 m Panjang = x 120 m = 70 m
Jadi, luas tanah = 70 m x 50 m = 3.500 m
2
. 2.1.8
Model Pembelajaran
Dalam sebuah pembelajaran, pola interaksi yang terjadi didalamnya bergantung pada model pembelajaran yang diterapkan. Joyce Weil 1980
dalam Rusman 2011: 133 menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu
29 rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan
pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas. Sementara itu, menurut Suprijono 2012: 46 model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Dari kedua pengertian tentang model pembelajaran menurut para ahli
diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar
dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. 2.1.9
Model Konvensional dan Model Cooperative Learning
Saat ini, pembelajaran yang dilakukan oleh guru terutama dalam pembelajaran matematika umumnya adalah pembelajaran dengan model
konvensional. Pembelajaran ini memiliki ciri-ciri antara lain: berpusat pada guru teacher centered, menggunakan metode ceramah, drill, dan latihan-latihan.
Seiring dengan berkembangnya strategi pembelajaran dari yang berpusat pada guru teacher centered menjadi berpusat pada peserta didik student centered
maka berkembang pula cara pandang terhadap bagaimana peserta didik belajar memperoleh pengetahuan Muhsetyo 2011: 1.7. Siswa bukan lagi diibaratkan
sebagai botol kosong yang diisi air oleh guru, melainkan siswa membangun sendiri pengetahuannya berdasarkan dari pengalaman yang dilaluinya selama
proses pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran dengan model
30 konvensional perlu digantikan dengan model yang lebih berpusat pada siswa,
salah satunya yaitu dengan model cooperative learning. Cooperative Learning
mengacu pada metode pengajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar Slavin
2013: 32. Sementara itu, Artz dan Newman 1990 dalam Huda 2013: 32 mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai ”small group of learners working
together as a team to solve a problem, complete a task, or accomplish a common goal
” yang artinya kelompok kecil pembelajar siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau
mencapai satu tujuan bersama. Berkaitan dengan pembelajaran kooperatif, McWey, Henderson, dan
Piercy 2006: 252 memberikan definisi pembelajaran kooperatif sebagai berikut: “Cooperative Learning CL has been identified as an effective pedagogical
strategy that promotes a variety of positive cognitive, affective, and social outcomes
”. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pembelajaran kooperatif diidentifikasikan sebagai strategi pedagogis yang efektif yang
mempromosikan berbagai hasil pengetahuan, sikap, dan sosial yang positif. Jadi, pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran yang menuntut
kerjasama siswa di dalam kelompok belajar mereka untuk saling membantu didalam belajar, sehingga siswa dapat menambah wawasan pengetahuannya
sekaligus juga menumbuhkan sikap sosial yang positif. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam
kelompok dalam model konvensional, sebab ada unsur dasar pembelajaran
31 kooperatif yang membedakannya dengan pembelajaran konvensional. Berikut ini
adalah tabel perbedaan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran kooperatif, seperti yang dikutip dari Hamdani 2011: 166.
Tabel 2.1. Perbedaan Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran Kooperatif Memfokuskan pada prestasi individu.
Setiap siswa akan saling berkompetisi dan berprinsip, “Jika aku tidak sukses,
aku akan kalah dan kehilangan”. Penghargaan berupa prestasi individu.
Memfokuskan pada prestasi kelompok. Setiap anggota kelompok
percaya bahwa kesuksesan tidak dapat diraih tanpa kesuksesan
kelompok, “Jika kamu menang, aku menang”. Penghargaan kelompok
sebagai prestasi masing-masing anggota kelompok.
Dalam proses belajar, hanya sedikit terjadi proses diskusi antarsiswa.
Sesama anggota kelompok akan saling membantu, mendorong, dan
saling memotivasi dalam proses belajar.
Tanggung jawab yang ada berupa tanggung jawab individu.
Tanggungjawab yang ada berupa tanggungjawab individu dan
tanggungjawab kelompok. Semua anggota kelompok akan saling
bertanggungjawab demi tercapainya kerja kelompok yang optimal.
Kemampuan sosial diabaikan Kemampuan teamwork adalah suatu
tuntutan. Seorang siswa hanya mengandalkan
dirinya sendiri untuk menyelesaikan semua tugasnya.
Sikap anggota akan mengharapkan adanya suatu kerjasama.
Kepemimpinan menjadi tanggung jawab semua anggota kelompok.
Tidak ada proses tentang cara untuk meningkatkan kualitas kerja.
Setiap anggota akan memberikan prosedur untuk menganalisis cara
terbaik supaya kelompoknya menjadi lebih baik, menggunakan
kemampuan sosial secara tepat, dan memperbaiki kualitas kerja
kelompok mereka.
Pembentukan kelompok tidak diperhatikan tidak ada, yang ada
hanya berupa kelompok besar, yaitu kelas.
Guru membentuk kelompok- kelompok yang heterogen. Setiap
kelompok terdiri atas anggota kelompok kecil. Guru akan
mengobservasi dan melakukan intervensi jika memang diperlukan.
32 Model pembelajaran kooperatif mengandung lima unsur yang harus diterapkan
untuk mencapai hasil maksimal Suprijono 2012: 58. Kelima unsur tersebut, yaitu:
1 Positive Interdependensi saling ketergantungan positif
2 Personal Responbility tanggung jawab perseorangan
3 Face to face promotive interaction interaksi promotif
4 Interpersonal Skill komunikasi antar anggota
5 Group Processing pemrosesan kelompok
Jadi, pembelajaran kooperatif bergantung pada efektivitas kelompok-kelompok siswa tersebut. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab
mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman-teman satu anggota untuk mempelajarinya juga. Konsekuensi positif dari pembelajaran ini adalah siswa
diberi kebebasan untuk terlibat secara aktif dalam kelompok mereka. Dalam lingkungan pembelajaran kooperatif, siswa harus menjadi partisipan aktif dan
melalui kelompoknya dapat membangun komunitas pembelajaran learning comunity
yang saling membantu satu sama lain.
2.1.10 Model Teams Games Tournament TGT