harus dikembangkan dan dibina sama seperti sumber daya lain yang ada dalam perusahaan. Proses pembentukan, pemeliharaan dan pembinaan team work harus
dilakukan atas dasar kesadaran penuh dari tim tersebut sehingga segala sesuatu berjalan secara normal sebagai suatu aktivitas sebuah team work, meskipun pada
kondisi tertentu manajemen dapat melakukan intervensi Mangkuprawira, 2009.
2.2.7.2. Indikator-indikator Kekompakan
Dalam melihat sejauhmana hubungan kekompakan terhadap kerja tim, Dewi 2007 menetapkan indikator-indikator sebagai berikut :
a. Saling ketergantungan tugas, yaitu saling ketergantungan pada tugas
menciptakan kekompakan. b.
Saling ketergantungan hasil, yaitu anggota tim merasa hasil yang dicapai bukanlah hasil secara individu, tetapi hasil kekompakan bersama dalam bekerja.
c. Komitmen yang tinggi, yaitu anggota tim dianggap memiliki komitmen yang
tinggi pada tujuan yang akan dicapai tim.
2.3. Kerangka Konseptual
Kerja tim pegawai sangat diperlukan dalam suatu perusahaan. Menurut Williams 2008 “Kerja tim adalah kemampuan untuk bekerjasama menuju suatu visi
yang sama, kemampuan mengarahkan pencapaian individu ke arah sasaran organisasi”. Setiap anggota tim berkontribusi mengerahkan kemampuannya dalam
mencapai visi yang telah ditetapkan, sehingga prestasi kerja individual dan kelompok dapat terwujud.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya dalam melihat terciptanya kerja tim yang baik, Buhler 2006 menyatakan, ”Kerja tim bergantung pada prestasi kerja sama dan juga prestasi
individu. Anggota tim bekerja sama untuk mengumpulkan sumber daya mereka, biasanya dalam hal ini kecakapan untuk mencapai sasaran-sasarannya”.
Kerja sama dalam tim kerja menjadi sebuah kebutuhan dalam mewujudkan keberhasilan kinerja dan prestasi kerja. Kerja sama dalam tim kerja akan menjadi
suatu daya dorong yang memiliki energi dan sinergisitas bagi individu-individu yang tergabung dalam kerja tim. Tanpa kerja sama yang baik tidak akan memunculkan
ide-ide cemerlang. Keberhasilan suatu tim maupun individu sangat berhubungan erat dengan kerja sama tim yang dibangun dengan kesadaran pencapaian prestasi dan
kinerja. Dalam kerja sama akan muncul berbagai penyelesaian yang secara individu tidak terselesaikan. Keunggulan yang dapat diandalkan dalam kerja sama pada kerja
tim adalah munculnya berbagai penyelesaian secara sinergi dari berbagai individu yang tergabung dalam kerja tim.
Menurut Kreitner dan Kinicki 2005, ”Kerja sama memiliki 3 tiga keunggulan, yaitu: 1 Kerja sama lebih unggul dibandingkan dengan
kompetisi dalam meningkatkan prestasi dan produktivitas, 2 Kerja sama lebih unggul dibandingkan upaya-upaya individualistis dalam meningkatkan
prestasi dan produktivitas, 3 Kerja sama tanpa kompetisi antar kelompok dapat meningkatkan prestasi dan produktivitas lebih tinggi daripada kerjasama
dengan kompetisi antar kelompok”.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya kepercayaan sangat kuat di dalam sebuah perusahaan, orang- orang tidak akan berbuat terbaik jika mereka tidak percaya bahwa mereka akan
diperlakukan secara adil, bahwa tak ada kronisme dan setiap orang memiliki sasaran yang nyata. Satu-satunya cara yang diketahui untuk menciptakan kepercayaan
semacam itu adalah dengan menyusun nilai-nilai dan kemudian melakukan apa yang telah dibicarakan.
Kreitner dan Kinicki 2005 menyatakan bahwa, ”Ada beberapa cara untuk membangun dan menjaga kepercayaan, yaitu: 1 Komunikasi, menjaga agar
anggota tim dan para karyawan mendapatkan informasi dengan menjelaskan kebijakan-kebijakan dan keputusan-keputusan serta memberikan umpan
balik yang akurat, 2 Dukungan, selalu bersedia dan mau didekati, 3 Rasa hormat, delegasi, dalam bentuk kewenangan pembuatan keputusan
yang sebenarnya, merupakan ekspresi terpenting dari penghormatan manajerial, 4 Keadilan, cepatlah dalam memberikan pujian dan pengakuan
kepada individu yang berhak mendapatkannya, 5 Dapat diprediksi, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jadilah konsisten dan dapat diramalkan
dalam masalah sehari-hari, 6 Kompetensi, singkatkan kredibilitas dengan memperlihatkan pemahaman bisnis yang baik, kemampuan teknis, dan
profesionalisme”. Menurut Williams 2008 ”Kepercayaan adalah keyakinan timbal balik pada
niat dan perilaku orang lain. Ketika kita melihat orang lain bertindak dengan cara-cara yang menyatakan bahwa mereka mempercayai kita, kita menjadi
Universitas Sumatera Utara
lebih cenderung ingin bertimbal-balik dengan lebih mempercayai mereka. Sebaliknya, kita menjadi tidak mempercayai mereka yang tindakan-
tindakannya tampak melanggar kepercayaan kita atau tidak mempercayai kita. Sehingga kita lebih memiliki prestasi dalam bekerja”.
Robbins dan Judge 2008 menyatakan bahwa ”Dalam kerja tim, para anggota yang efektif harus saling mempercayai. Kepercayaan antar personal di antara
para anggota tim memudahkan kerja sama, mengurangi kebutuhan untuk mengawasi perilaku satu sama lain. Kepercayaan adalah penting karena
memungkinkan tim tersebut untuk bersedia menerima dan berkomitmen terhadap berbagai tujuan dan keputusan pemimpin mereka”.
Selain kerja sama yang baik dalam tim, memiliki kepercayaan yang kuat di antara pimpinan dan anggota tim, juga antara sesama anggota tim itu sendiri.
Kekompakan merupakan unsur yang tak kalah penting dalam membangun tim. Kekompakan cohesiveness merupakan sebuah proses dimana
rasa kebersamaan muncul untuk mengatasi perbedaan-perbedaan dan motif-motif
individual. Anggota-anggota dari kelompok yang kompak saling mendukung satu sama lain. Kekompakan antar anggota menimbulkan kekuatan dalam sebuah tim
West, 2002. Selanjutnya Kreitner dan Kinicki 2005 menyatakan bahwa ”Terdapat
hubungan antara kekompakan kelompok dengan kinerja dan prestasi kerja, yaitu : 1 Terdapat sebuah dampak kekompakan sehingga kinerja yang kecil,
namun secara statistik signifikan, 2 Dampak kekompakan kepada kinerja
Universitas Sumatera Utara
lebih kuat bagi kelompok-kelompok yang lebih kecil dan kelompok pada dunia nyata dibandingkan dengan kelompok-kelompok yang tersusun
didalam penelitian, 3 Komitmen terhadap tugas yang dihadapi memiliki dampak paling kuat atas hubungan kekompakan dan kinerja, 4 Hubungan
kinerja dengan kekompakan lebih kuat dari pada hubungan kekompakan dengan kinerja”.
Hubungan kerja tim terhadap prestasi kerja diperkuat dengan pendapat Robbins dan Judge 2008 menyatakan, “Kerja tim menghasilkan sinergi yang positif
melalui usaha yang terkoordinasi. Usaha-usaha individual mereka menghasilkan satu tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada jumlah masukan individual.”
Tingkat kinerja yang lebih tinggi dapat diartikan bahwa pegawai yang bekerja dengan kerja tim yang terkoordinasi akan menciptakan prestasi kerja melalui kualitas
dan kuantitas hasil kerjanya. Selain kerja tim, pelatihan dan pengembangan juga sangat penting dalam
meningkatkan prestasi kerja pegawai. Pelatihan dan pengembangan merupakan bagian dari tahapan pengelolaan sumber daya manusia. Dalam sebuah organisasi,
walaupun pegawai telah direkrut melalui seleksi yang baik, namun dalam melaksanakan tugasnya masih selalu menghadapi persoalan seperti terdapat
kekurangan kemampuan dan keterampilan pegawai dalam melakukan pekerjaan sesuai yang diinginkan perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan perlu memberikan
pelatihan dan pengembangan bagi pegawainya untuk meningkatkan prestasi kerjanya.
Universitas Sumatera Utara
Dessler 2006 menyatakan bahwa, “Pelatihan adalah proses terintegrasi yang digunakan oleh pengusaha untuk memastikan agar para pegawai bekerja untuk
mencapai tujuan organisasi”. Selanjutnya Sulistiyani dan Rosidah 2009 menyatakan bahwa “Pelatihan
adalah proses sistemik pengubahan perilaku para pegawai dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan organisasi. Pengembangan didasarkan pada
kenyataan bahwa seorang pegawai akan membutuhkan serangkaian pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang baik dan suksesi posisi yang
ditemuinya selama karirnya. Pelatihan dan pengembangan penting karena keduanya merupakan cara yang digunakan oleh organisasi untuk
mempertahankan, menjaga, dan memelihara pegawai untuk kemudian meningkatkan produktivitasnya”.
Pelatihan dan pengembangan pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi kerja. Hal ini diperkuat pendapat Harianja 2009 yang menyatakan bahwa,
“Pelatihan dan pengembangan adalah usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pegawai. Pelatihan dan
pengembangan merupakan dua konsep yang sama dapat meningkatkan produktivitas dan prestasi kerja pegawai.
Demikian pula Rachmawati 2008 memandang hubungan yang positif pelatihan dan pengembangan terhadap prestasi kerja dengan menyatakan,
“Pelatihan dan pengembangan ditujukan untuk meningkatkan prestasi kerja para pegawai. Pelatihan ditujukan untuk meningkatkan prestasi kerja saat ini,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan pengembangan ditujukan untuk meningkatkan prestasi kerja saat ini dan masa yang akan datang”.
Pengertian pelatihan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai pada saat ini dan prestasi kerja pegawai di
masa mendatang. Sedangkan pengembangan adalah suatu proses bagaimana pegawai mendapatkan pengalaman, keahlian dan sikap yang dapat membantu pegawai untuk
memegang tanggung jawab di masa yang akan datang. Kegiatan pelatihan dan pengembangan memberikan keuntungan kepada pegawai dan perusahaan, berupa
keahlian dan keterampilan yang selanjutnya akan meningkatkan prestasi kerja pegawai.
Selain pelatihan dan pengembangan, terdapat faktor lain yang juga dapat mempengaruhi kinerja pegawai, yaitu fasilitas yang tersedia. Fasilitas ini dapat
berbentuk fisik seperti ruangan kerja, peralatan administrasi, dan sarana transportasi. Selain berbentuk fisik, fasilitas juga dapat berbentuk non fisik seperti kenyamanan,
keamanan, ketentraman dan kesejahteraan. Menurut Mangkunegara 2007 bahwa, “Prestasi kerja pegawai adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Seseorang akan dinyatakan berprestasi bila memiliki pencapaian atau hasil yang lebih baik dari biasanya. Pencapaian ini biasanya diukur dari kualitas dan kuantitas hasil
yang diperoleh.
Universitas Sumatera Utara
Pelatihan dan Pengembangan
Kerja Tim
Fasilitas Kerjasama
Kekompakan Kinerja Pegawai
Kepercayaan Selain kerja tim, pelatihan dan pengembangan, terdapat faktor lain yang juga
dapat mempengaruhi kinerja pegawai, yaitu fasilitas yang tersedia. Fasilitas ini dapat berbentuk fisik seperti ruangan kerja, peralatan administrasi, dan sarana transportasi.
Selain berbentuk fisik, fasilitas juga dapat berbentuk non fisik seperti kenyamanan, keamanan, ketentraman dan kesejahteraan.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa kerja tim, pelatihan dan pengembangan serta fasilitas sangat mendukung kinerja pegawai, sehingga kerangka
berpikir hipotesis dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis Penelitian