32 bergantung satu sama lain, meskipun beragam budayanya. Sementara itu banyak
anak muda dan orang dewasa yang masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu seringnya terjadi suatu pertikaian kecil antar individu
yang mengakibatkan tindak kekerasan. Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar berupa prestasi akademis, toleransi dan menerima keberagaman, dan keterampilan sosial.
4. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif
Arends 1997 dalam Asma 2006: 26 menyatakan bahwa tidak satupun studi yang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh negatif.
Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa menjadi terangsang dan menjadi lebih aktif. Pada saat berdiskusi, fungsi ingatan dari siswa
menjadi lebih aktif, lebih bersemangat, dan berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan
termotivasi. Selain itu, pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan
komitmen, dan menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya. Menurut Shoimin 2016: 48, kelebihan dari pembelajaran kooperatif
diantaranya adalah sebagai berikut. a.
Meningkatkan harga diri. b.
Penerimaan terhadap perbedaan individu yang lebih besar sehingga konflik antarpribadi berkurang.
33 c.
Sikap apatis cuek atau acuh tak acuh berkurang. d.
Pemahaman yang lebih mendalam dan retensi atau penyimpanan lebih lama. e.
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi. f.
Dapat mencegah sikap agresif dalam sistem kompetisi dan merasa terasingkan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif.
g. Meningkatkan kemajuan belajar.
h. Meningkatkan kehadiran peserta dan sikap yang lebih positif.
i. Menambah motivasi dan percaya diri.
j. Menambah rasa senang berada di tempat belajar serta menyenangi teman-
teman sekelasnya. k.
Mudah diterapkan dan tidak mahal. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pembelajaran kooperatif banyak memiliki kelebihan yang salah satunya adalah meningkatkan motivasi siswa dalam belajar sehingga kemungkinan besar
hal ini juga akan meningkatkan hasil belajar siswa.
5. Jenis-jenis Model Pembelajaran Kooperatif
Terdapat beberapa variasi dari model pembelajaran kooperatif menurut Badar 2014: 118 diantaranya Student Teams Achievement Division STAD, Jigsaw,
Think Pair Share TPS, Group Investigation Investigasi Kelompok, Numbered Head Together NHT, dan Teams Games Tournament TGT. Adapun perbedaan
dari masing-masing jenis model pembelajaran kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut:
34 a.
Student Teams Achievement Division STAD Menurut Badar 2014: 118 pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan
salah satu tipe dengan menggunakan kelompok kecil yang berjumlah 4 – 5 orang
siswa setiap kelompoknya secara heterogen. Dalam buku yang sama, Badar 2014: 122 mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan
pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana. Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan pembelajaran
konvensional. Pendapat tersebut selaras dengan Slavin 2015: 143 yang mengatakan bahwa STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.
b. Jigsaw II
Menurut Badar 2014: 124 dalam Jigsaw secara umum siswa dikelompokkan secara heterogen dalam kemampuan akademik. Siswa diberi materi yang baru atau
pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli expert pada suatu aspek
tertentu dari materi tersebut. setelah membaca dan mempelajari materi, “ahli” dari kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari kelompok
lain sampai mereka mendai “ahli” di konsep yang dipelajari. Kemudian kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman
sekelompoknya. Terakhir diberikan tes yang bersifat individual untuk mengukur kemampuan setiap siswa.
35 Perbedaan dari model pembelajaran Jigsaw tipe II dan tipe I yaitu pada tipe
I, siswa hanya belajar konsep tertentu yang akan menjadi spesialisasinya sementara konsep yang lain akan didapatkan melalui diskusi dengan teman sekelompoknya.
Sedangkan pada tipe II, setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep sebelum mempelajari spesialisasinya untuk menjadi expert.
c. Think Pair Share TPS
Menurut Shoimin 2016: 208 TPS atau berpikir-berpasangan-berbagi adalah suatu model pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berpikir dan
merespon serta saling bantu satu sama lai n. Model ini memperkenalkan ide “waktu
berpikir atau waktu tunggu” yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan.
d. Investigasi Kelompok Group Inverstigation
Investigasi kelompok menurut Badar 2014: 127 merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan.
Shoimin 2016: 80 mengatakan bahwa group investigation adalah suatu model yang lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan
teknik-teknik pengajaran di ruang kelas. Selain itu juga memadukan prinsip belajar demokratis di mana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik
dari tahap awal sampai akhir pembelajaran termasuk di dalamnya siswa mempunyai kebebasan untuk memilih materi yang akan dipelajari sesuai dengan topik yang
sedang dibahas.
36 e.
Numbered Head Together NHT Menurut Badar 2014: 131 NHT atau penomoran berpikir bersama
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.
Shoimin 2016: 109 mengatakan bahwa NHT merupakan suatu model pembelajaran berkelompok yang setiap anggotanya bertanggung jawab atas tugas
kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dan siswa yang lain dalam satu kelompok untuk saling memberi dan menerima satu dengan yang
lainnya. f.
Teams Games Tournament TGT Slavin 2015: 163 mengatakan bahwa secara umum TGT sama saja dengan
STAD kecuali satu hal yaitu TGT menggunakan turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis serta sistem skor kemajuan individu di mana para siswa
berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademiknya setara.
Dari berbagai jenis model pembelajaran kooperatif di atas, tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Model pembelajaran TGT dapat digunakan pada mata pelajaran IPS dengan materi pembelajaran yang dirumuskan secara jelas seperti materi sejarah mengenai
peristiwa sekitar proklamasi. Materi tersebut dirumuskan dengan jelas dari mulai tempat, waktu, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Selain itu, model pembelajaran
kooperatif tipe TGT mengandung games dan turnamen di mana siswa tingkat
37 sekolah dasar akan menyukai hal tersebut dan diharapkan dapat meningkatkan
semangat belajar yang berdampak positif pada hasil belajarnya.
C. Tinjauan tentang Teams Games Tournament TGT