Proses Investasi Syariah Investasi Dalam Perspektif Syariah

4. Norma Dalam Investasi Syariah

Prinsip dasar transaksi menurut syariah dalam investasi keuangan yang ditawarkan sebagai berikut: a. Uang sebagai alat pertukaran bukan komuditas perdagangan, dimana fungsi uang adalah sebagai alat pertukaran nilai yang menggambarkan daya beli suatu barang atau harta, sedangkan manfaat atau keuntungan yang ditimbulkannya berdasarkan atas pemakaian barang atau harta yang dibeli dengan uang tersebut. b. Transaksi dilakukan atas harta yang memberikan nilai manfaat dan menghindari setiap transaksi yang zalim. Setiap transaksi yang memberikan manfaat akan dilakukan bagi hasil. c. Setiap transaksi harus transparan, tidak menimbulkan kerugian atau unsur penipuan disalah satu pihak baik secara sengaja maupun tidak sengaja. d. Resiko yang mungkin timbul harus dikelolah agar tidak menimbulkan resiko yang besar atau melebihi kemampuan menanggung resiko. e. Dalam Islam setiap transaksi yang mengharapkan hasil harus bersedia menanggung resiko. f. Manajemen yang diterapkan adalah manajemen Islami yang tidak mengandung unsur spekulatif dan menghormati hak asasi manusia serta menjaga lestariya lingkungan hidup. Islam sebagai aturan hidup nidham al hayat yang mengatur seluruh sisi kehidupan umat manusia, menawarkan berbagai cara dan kiat untuk menjalani kehidupan yang sesuai dengan norma dan aturan Allah SWT. Dalam berinvestasi pun Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan petunjuk dan rambu-rambu pokok yang harus diikuti oleh setiap muslim yang beriman yaitu dalam berinvestasi terbebas dari unsur riba, terhindar dari unsur gharar, terhindar dari unsur judi maysir, terhindar dari unsur haram, dan terhindar dari unsur syubhat.

5. Risiko Dalam Investasi Syariah

Pengumpulan keputusan investasi ibarat berjalan diantara banyak ranjau. Sebagai bagian dari kehidupan investasi tentu saja tidak bersih dari risiko dan ketidakpastian. Kehidupan itu sendiri sebetulnya juga sarat dengan risiko dan ketidakpastian. Setiap keputusan investasi selalu menyangkut dua hal yaitu risiko dan return. Risiko mempunyai hubungan positif dan linear dengan return yang diharapkan dari suatu investasi, sehingga semakin besar return yang diharapkan semakin besar pula risiko yang harus ditanggung oleh seorang investor. Jorion 2000, mengatakan risiko sebagai volatility dari suatu hasil yang tidak diekspektasi, secara general nilai dari aset atau kewajiban dari bunga. Gup 1998, mengemukakan bahwa risiko adalah penyimpangan dari return yang diharapkan expected return, sedangkan menurut Jones 1996, risiko adalah kemungkinan pendapatan yang diterima actual return dalam suatu investasi akan berbeda dengan pendapatan yang diharapkan expected return. Brigham dan Gapenski 1999, berpendapat bahwa risiko merupakan kemungkinan keuntungan yang diterima lebih kecil dari keuntungan yang diharapkan. Dalam teori portofolio, risiko dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan menyimpang dari yang diharapkan. Karenanya risiko mempunyai dua dimensi yaitu menyimpang lebih besar atau lebih kecil dari return yang diharapkan. Menurut Tandelilin 2001, dalam analisis tradisional risiko total dari berbagai aset keuangan bersumber dari: a. Interest Rate Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return akibat perubahan tingkat suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga ini berpengaruh negatif terhadap harga sekuritas. b. Market Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return karena fluktuasi dalam keseluruhan pasar sehingga berpengaruh pada semua sekuritas. c. Inflation Risk. Suatu faktor yang mempengaruhi semua sekuritas adalah purchasing power risk. Jika suku bunga naik, maka inflasi juga meningkat karena lenders membutuhkan tambahan premium inflasi untuk mengganti kerugian purchasing power. d. Business Risk. Risiko yang ada karena melakukan bisnis pada industri tertentu. e. Financial Risk. Risiko yang timbul karena penggunaan leverage finansial oleh perusahaan. f. Liquidity Risk. Risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder tertentu dimana sekuritas diperdagangkan. Suatu investasi jika dapat dibeli dan