Filosofi Ekonomi Islam TINJAUAN PUSTAKA
Selain surat al-Baqarah [2]: ayat 208, kata Kaffah juga terdapat dalam surat Saba [34] ayat 28 yang menyatakan 2 hal yaitu “pembawa berita gembira dan
sebagai pemberi peringatan”. Jika dalam System Thinking terdapat causal loop, maka Kaffah Thinking
terdapat keseimbangan yang merupakan resultant dari causal loop positifhal yang baik dan causal loop negativehal yang buruk. Sehingga System Thinking dapat
disandingkan dengan Kaffah Thinking. Jadi, kalau pendekatan barat adalah System Thinking, maka pendekatan Islam adalah Kaffah Thinking.
Pemaparan Kaffah Thinking dalam Ekonomi Kaffah atau Ekonomi Tiga Dimensi atau Ekonomi Dinamis dapat mengambil analogi dari System Thinking.
Fungsi Ekonomi Dinamis di sini, untuk menjadi pilihan konsep bila ternyata Ekonomi Kapitalis sudah terbukti tidak mampu mengatasi masalah yang
kompleks akhir-akhir ini. Sebagian ekonom barat mulai memperbaiki sistem ekonomi kapitalis dengan pendekatan system thinking. Dalam hal ini, Ekonomi
Dinamis merupakan salah satu solusi yang merupakan paradigma baru dari pertumbuhan pesat Ekonomi Islam. Kehadiran Ekonomi Kaffah menjadi entitas
yang berdiri sendiri, memiliki diferensiasi, dan dasar yang kuar dari al-Quran QS. AL-Baqarah [2]: 208, tetapi dalam menjembatani pengembangan Ekonomi
Kaffah dianalogikan bersama System Thinking. Peradaban barat yang memiliki referensi yang terstruktur, metodologi yang mendasar, dan yang paling penting
sudah merasuki setiap lembar pemikiran kaum intelektual dunia. Sehingga dirasakan akan lebih sederhana dan logis bila Ekonomi Kaffah muncul bersama
konsep System Thinking.
Kekhususan yang dimiliki oleh Ekonomi Kaffah adalah penjabaran dari metode Sinlammim. Hal ini sesuai dengan isi Al-Qur’an yang berbunyi ‘silmi
kaffah’, dengan penjelasan bahwa kata ‘silmi’ merupakan derivasi dari huruf sin lam mim.
Metode Sinlammim dalam Ekonomi Kaffah, juga menjadi metode yang baru bagi pengembangan epistemologi system ekonomi Islam secara keseluruhan.
Untuk memudahkan pengertiannya maka metode Sinlammim dipersamakan dengan metode System Dynamics yang sudah lebih dulu exist sejak dekade
terakhir. Metode Sinlammim secara umum merupakan salah satu solusi untuk
menembus kebuntuan kehidupan dalam rangka memecahkan permasalahan yang mendasar. Hal ini dirasakan perlunya suatu metode yang lebih baik untuk menjadi
perimbangan dalam pendekatan metafisika. Hal ini sejalan dengan perkembangan metodologi terakhir yang menyatakan
bahwa dirasakan perlu untuk mencari jalan tengah dari permasalahan ekonomi yang ada dengan beralih ke hal-hal yang berkaitan dengan spiritual. Salah satu
contoh dari bukti metodologi metode Sinlammim adalah pencarian jati diri dari tangan manusia yang semula manusia beranggapan bahwa tangan ini atau jari-jari
ini adalah giffen dari Tuhan, maka dengan semakin kritisnya manusia mulai mencari tahu adakah pola tertentu yang menjadi standar dari penciptaan jari-jari
manusia. Pendekatan yang ada selama ini kurang mampu mengintegrasikan sistem
secara lebih diagonal atau transendental. Pendekatan dapat dilakukan dengan
berbagai cara salah satunya adalah dengan metode sinlammim. Dengan pendekatan ini secara metodologis dapat sedikit membuka tabir konsep bentuk
jari-jari manusia yang terkait erat dengan nilai spiritual yang ada dalam kitab suci. Dengan metode sinlammim ini, manusia mencoba membuktikan bahwa
model sinlammim ini mampu atau tidak menjadi benchmark bagi setiap penciptaan yang ada di alam semesta ini. Jika dianggap bahwa dengan pendekatan
ini dapat dibuat uraian tentang penciptaan jari-jari manusia, maka selanjutnya dapat dilakukan analogy dalam sistem ekonomi.
Gambar Metode Sinlammim Dalam Tangan Manusia
Sumber: Mochamad Aziz, Lukisan, 2006. Pembuktian validsahih dan tidaknya Sinlammim sebagai salah satu metode
pendekatan dapat dilakukan dengan berbagai percobaan, trial and error, pengamatan dan penelitian yang dilakukan selayaknya oleh umat muslim sebagai
pemilik dari model sinlammim ini. Kajian yang dilakukan sebenarnya tidak membatasi sistem tetapi sekiranya metode ini mampu menghadirkan buah karya
dari umat Islam sendiri. Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia
secara komprehensif dan universal baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta
HabluminAllah maupun dalam hubungan sesama manusia Hablumminannas. Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang untuk mensejahterahkan
dirinya, tidak boleh dilakukan dengan mengabaikan dan mengorbankan kepentingan orang lain dan masyarakat secara umum Mustafa Edwin Nasution,
2007. Hal ini merupakan bagian dari muamalah dan harus didasarkan atas akidah yang benar sehingga menghasilkan kegiatan ekonomi yang berakhlak atau
bermoral. Ekonomi Islam bukan hanya merupakan praktik kegiatan ekonomi yang
dilakukan oleh individu dan komunitas muslim yang ada, namun juga merupakan perwujudan perilaku ekonomi didasarkan pada ajaran Islam tidak sekedar
berorientasi untuk pembangunan fisik material dari individu, masyarakat dan negara saja, tetapi juga memerhatikan pembangunan aspek-aspek lain yang juga
merupakan elemen penting bagi kehidupan yang sejahtera dan bahagia mencakup cara memandang permasalahan ekonomi, menganalisis, dan mengajukan alternatif
solusi atas berbagai permasalahan ekonomi. Islam memandang aktivitas ekonomi secara positif. Semakin banyak manusia terlibat dalam aktivitas ekonomi maka
semakin baik sepanjang tujuan dari prosesnya sesuai dengan ajaran Islam. Ketakwaan kepada Tuhan tidak berimplikasi pada penurunan produktivitas
ekonomi, sebaliknya justru membawa seseorang untuk lebih produktif. Kekayaan dapat mendekatkan kepada Tuhan selama diperoleh dengan cara-cara yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam,2008.
Dari kesepakatan para ulama menyebutkan ada tiga pilar pokok dalam Islam antara lain:
1. Aqidah yaitu komponen ajaran Islam yang mengatur tentang keyakinan atas
keberadaan dan kekuasaan Allah sehingga harus menjadi keimanan seorang muslim manakala melakukan berbagai aktivitas dimuka bumi semata-mata
untuk mendapatkan keridlaan Allah sebagai khalifah yang mendapat amanah dari Allah.
2. Syariah yaitu komponen ajaran Islam yang mengatur tentang kehidupan
seorang muslim baik dalam bidang ibadah habluminAllah maupun dalam bidang muamalah hablumminannas yang merupakan aktualisasi dari
akidah yang menjadi keyakinannya. Sedangkan muamalah sendiri meliputi berbagai bidang kehidupan antara lain yang menyangkut ekonomi atau harta
dan perniagaan disebut muamalah maliyah. 3.
Akhlaq yaitu landasan perilaku dan kepribadian yang akan mencirikan dirinya sebagai seorang muslim yang taat berdasarkan syariah dan aqidah
yang menjadi pedoman hidupnya sehingga disebut memiliki akhlaqul karimah sebagaimana hadis nabi yang menyatakan Tidaklah sekiranya Aku
diutus kecuali untuk menjadikan akhlaqul karimah. Sistem ekonomi Islam memastikan bahwa tidak ada transaksi ekonomi yang
bertentangan dengan syariah. Tetapi kinerja bisnis tergantung pada man behind the gun-nya. Karena itu pelaku ekonomi dalam kerangka ini dapat saja dipegang
oleh umat non muslim. Perekonomian umat Islam baru dapat maju bila pola pikir dan pola laku muslimin dan muslimat sudah itqan tekun dan ihsan profesional.
Ini mungkin salah satu rahasia sabda Nabi SAW: ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq”. Karena akhlaq perilaku menjadi indikator baik
buruknya manusia. Baik buruknya perilaku bisnis para pengusaha menentukan sukses-gagalnya bisnis yang dijalankan. Akhlak inilah yang menjadi panduan para
pelaku ekonomi dan bisnis dalam melakukan aktivitasnya. Prinsip-prinsip dasar sistem ekonomi Islam tidak hanya berhenti pada
tataran konsep saja tetapi banyak contoh-contoh kongkrit yang diajarkan oleh Rasul Allah, yang untuk penyesuaiannya dengan kebutuhan saat sekarang cukup
banyak ijtima yang dilakukan oleh para ahli fikih disamping pengembangan praktek operasional oleh para ekonom dan praktisi lembaga keuangan Islam.
Sesuai sifatnya yang universal maka tuntunan Islam diyakini akan selalu relevan dengan kebutuhan zaman.