Norma Dalam Investasi Syariah

risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan risiko yang lebih besar. Investor dengan karakter tersebut lebih cenderung bersikap agresif dan spekulatif dalam mengambil keputusan investasi. b. Investor yang netral terhadap risiko risk neutrality. Merupakan tipikal investor yang meminta kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko. Investor dengan karakter tersebut lebih cenderung bersikap hati-hati dan fleksibel dalam mengambil keputusan investasi. c. Investor yang tidak suka terhadap risiko risk averter. Merupakan tipikal investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia lebih cenderung mengambil investasi dengan risiko yang lebih kecil.

C. Fungsi Investasi Dalam Perekonomian Islam

Secara lebih spesifik, M.M Metwally 1993 mengembangkan suatu fungsi investasi dalam perekonomian Islami akan sangat berbeda dari perekonomian yang non-Islami konvensional. Model yang dikembangkan mengasumsikan tingkat suku bunga nol. Ia mengganti variabel suku bunga dengan variabel expected rate of profit. Penggantian variabel ini membawa perubahan mendasar karena tingkat suku bunga ditentukan oleh pasar kredit credit market, dan bukan ditentukan oleh tingkat profitabilitas bisnis pengusaha. Sedangkan variabel expected rate of profit ditentukan oleh karakteristik bisnis pengusaha. Asumsi lain yang digunakan antara lain terdapat denda untuk penimbunan asset-aset yang tidak termanfaatkan idle assets, dilarangnya segala bentuk spekulasi dan tindakan perjudian, serta tingkat suku bunga pada semua jenis dana pinjaman adalah nol. Jadi, para investor atau penabung muslim dapat memilih diantara tiga alternatif untuk memanfaatkan dananya a memegang dananya dalam bentuk tunai b memegang dananya dalam bentuk aset-aset yang tidak menghasilkan pendapatan contoh: deposito bank, pinjaman, property, perhiasan atau c menginvestasikan dananya menjadi investor dalam proyek yang dapat menambah persediaan modal negara. Dua alternatif pertama tidak disarankan dalam perekonomian Islami karena seperti kita lihat, Islam mengikutsertakan biaya dalam bentuk zakat pada dana- dana yang tidak termanfaatkan idle assets. Zakat diaplikasikan pada semua bentuk aset-aset yang tidak termanfaatkan uang tunai, perhiasan, pinjaman, deposito bank yang telah memenuhi nisab dan kebutuhan hidup. Menurut beberapa pandangan kontemporer, seorang muslim yang menginvestasikan dana atau tabungannya tidak akan dikenakan pajak pada jumlah yang telah diinvestasikannya, tetapi dikenakan pajak pada keuntungan yang dihasilkan dari investasinya, karena dalam perekonomian Islami semua aset-aset yang tidak termanfaatkan dikenakan pajak, investor muslim akan lebih baik memanfaatkan dananya untuk investasi daripada mempertahankan dananya dalam bentuk yang tidak termanfaatkan.