Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS adalah surat berharga Pembiayaan Perbankan Syariah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip

tetap diperlukan koordinasi yang bersifat konsultatif dengan Pemerintah, sebab tugas-tugas Bank Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan-kebijakan ekonomi nasional secara keseluruhan. Koordinasi di antara Bank Indonesia dan Pemerintah diperlukan pada sidang kabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan dan keuangan yang berkaitan dengan tugas-tugas Bank Indonesia. Menyadari pentingnya dukungan dari berbagai pihak bagi keberhasilan tugasnya, BI senantiasa bekerja sama dan berkoordinasi dengan berbagai lembaga negara dan unsur masyarakat lainnya. Beberapa kerjasama ini dituangkan dalam nota kesepahaman MoU, keputusan bersama SKB, serta perjanjian-perjanjian, yang ditujukan untuk menciptakan sinergi dan kejelasan pembagian tugas antar lembaga serta mendorong penegakan hukum yang lebih efektif.

B. Perkembangan Sertifikat Bank Indonesia Syariah

Berlakunya UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan syariah akan mendorong derivasi regulasi, derivasi antara lain Peraturan Pemerintah, keputusan Direksi Bank Indonesia dan Peraturan Bank Indonesia. Untuk menunjang kegiatan bank syariah sebelum diterbitkan UU Perbankan syariah, BI telah mengeluarkan beberapa peraturan teknis misalnya giro wajib minimum dalam rupiah dan valuta asing bagi bank umum yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah, serta sertifikat wadiah bank Indonesia SWBI. SWBI digunakan untuk titipan dana bank syariah yang overlikuid dan bersifat sementara. Setelah UU perbankan syariah diberlakukan, BI menindaklanjuti dengan menerbitkan instrument SBI syariah. SBI syariah merupakan pelengkap SWBI. Kondisi pasar finansial saat ini yang masih merasakan dampak krisis lanjutan akibat krisis subprime mortgage tahun 2007 lalu sehingga sejumlah bank konvensional menaikkan tingkat suku bunga karena suku bunga SBI naik. Oleh karena itu dengan sertifikat bank indonesia syariah, bank syariah dapat menitipkan dan menginvestasikan dananya ke instrumen surat berharga BI tersebut. Dengan demikian meskipun overlikuditas dana bank syariah tetap produktif. Pada kwarta II tahun 2008, Bank Indonesia BI untuk pertama kalinya telah melakukan lelang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. Bank Indonesia melaporkan, posisi SBIS pada akhir 2009 tumbuh 54 dibanding akhir 2008 SBI tumbuh 44. Sementara berdasarkan posisi rata-rata, SBIS naik signifikan menjadi Rp3,18 triliun tahun 2008 Rp1,45 triliun. Seperti halnya SBI, kenaikan penempatan dana perbankan syariah pada SBIS mulai terjadi sejak akhir Desember 2008 yang antara lain disebabkan oleh peningkatan belanja pemerintah pada akhir tahun. Berdasarkan data Bank Indonesia per Desember 2008 penempatan dana bank syariah pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah SBIS meningkat menjadi Rp2,55 triliun, meskipun lebih kecil dari posisi periode yang sama tahun lalu sekitar Rp2,36 triliun. Pola yang sama kembali terjadi pada akhir 2009. Pengeluaran pemerintah net selama Desember 2009 mencapai Rp 68,72 triliun sehingga berdampak pada likuidnya kondisi perbankan. Hingga kini tren kenaikan likuiditas di perbankan syariah semakin terasa dengan meningkatnya penempatan dana pada Sertifikat Bank Indonesia Syariah.