Fungsi Investasi Dalam Perekonomian Islam

hal tersebut dipaksakan, akibatnya bagi hasil yang diterima pemilik dana justru akan mengecil dan tingkat pembiayaan bermasalah pun akan meningkat. Kehadiran SBIS yang semoga diikuti UU Surat Berharga Syariah Negara SBSN dan pemberlakuan UU Perbankan Syariah, maka akan mendorong optimalisasi pengembangan bisnis treasury lembaga keuangan dan perbankan syariah. Penerbitan SBIS tidak akan mengganggu perekonomian akibat perbankan lebih senang menempatkan dananya di SBIS dibanding menyalurkannya. Di sisi lain, kehadiran instrumen SBI syariah tidak akan membuat bank malas menyalurkan pembiayaan ke sektor riil. Beberapa aturan telah ditetapkan dalam implementasinya, bank syariah yang bisa membeli SBI syariah hanya yang memiliki rasio penyaluran pembiayaan atau financing to deposit ratio FDR sebesar 80 persen. Sehingga fungsi intermediasi bank memainkan peranannya dan tetap melakukan pembiayaan ke sektor riil. Juga, penerbitan SBI Syariah tidak akan mengganggu perekonomian akibat perbankan lebih senang menempatkan dananya di SBI syariah dibanding menyalurkannya. SBI Syariah hanya sebagai wadah atau instrumen alternatif sementara alternatif investasi disaat bank mengalamai kelebihan likuiditas. Meski demikian, menyimak kondisi sekarang dengan share bank syariah masih relatif kecil dibandingkan bank konvensional, tentunya peran ideal bank dan lembaga keuangan syariah untuk mengatasi kelebihan likuiditas belum akan begitu terasa. Dalam kondisi seperti ini, salah satu elemen pokok dalam sistem ekonomi Islam, yaitu pemerintah regulator, perlu mengambil alih dan memegang peranan kunci perekonomian dengan didukung oleh kalangan lembaga keuangan syariah itu sendiri.

1. Imbalan SBIS

a. Bank Indonesia membayar imbalan atas SBIS milik BUS atau UUS pada saat SBIS jatuh waktu. a. Tingkat imbalan yang diberikan mengacu kepada tingkat diskonto hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia SBI berjangka waktu sama yang diterbitkan bersamaan dengan penerbitan SBIS. b. Dalam hal pada saat yang bersamaan tidak terdapat lelang SBI, tingkat imbalan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada angka dua mengacu kepada data terkini antara tingkat imbalan SBIS atau tingkat diskonto SBI berjangka waktu sama. c. Perhitungan imbalan SBIS dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: Nilai Imbalan SBIS = Nilai Nominal SBIS × Jangka Waktu SBIS360 × Tingkat Imbalan SBIS. Dengan begitu bagi hasil yang diterima Perbankan Syariah dari SBIS menjadi setara dengan bunga yang diterima Perbankan Konvesional dari SBI.

2. Lelang SBIS

Bank Indonesia menerbitkan SBIS melalui mekanisme lelang. Penerbitan SBIS menggunakan BI-SSSS. BI-SSSS adalah Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System yang merupakan sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara peserta, penyelenggara dan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement.

3. Repo SBIS

BUS atau UUS dapat mengajukan repo SBIS kepada Bank Indonesia. Repo SBIS berdasarkan prinsip qard yang diikuti dengan rahn. BUS atau UUS yang mengajukan Repo SBIS, harus menandatangani perjanjian pengagungan SBIS dalam rangka Repo SBIS serta menyampaikan dokumen pendukung yang dipersyaratkan kepada Bank Indonesia. Bank Indonesia menetapkan dan mengenakan biaya atas Repo SBIS.

4. Penatausahaan SBIS

Bank Indonesia menatausahakan SBIS dalam suatu sistem penatausahaan secara elektronis dalam BI-SSSS. Sistem penatausahaan yang dikelola Bank Indonesia mencakup sistem penyelesaian transaksi SBIS dan pencatatan kepemilikan SBIS. Sistem pencatatan kepemilikan SBIS dilakukan tanpa warkat. BUS atau UUS yang melakukan transaksi SBIS wajib memiliki rekening giro dan rekening surat berharga untuk penyelesaian transaksi SBIS. BUS atau UUS yang melakukan pembelian SBIS wajib memiliki saldo rekening giro yang cukup untuk memenuhi kewajiban penyelesaian transaksi pembelian SBIS. BUS atau UUS yang mengajukan Repo SBIS wajib memiliki saldo rekening giro dan rekening surat berharga yang cukup memenuhi kewajiban penyelesaian Repo SBIS. Dalam rangka penyelesaian transaksi SBIS Bank Indonesia berwenang untuk mendebet rekening giro atas pembelian SBIS oleh BUS atau UUS , mendebet rekening surat berharga dan rekening giro atas Repo SBIS termasuk pemindahan pencatatan SBIS dalam rangka pengagungan. Bank Indonesia melunasi SBIS pada saat jatuh waktu sebesar nilai nominal. Bank Indonesia membayar imbalan saat jatuh waktu dan sebelum jatuh waktu, dalam hal BUS atau UUS tidak dapat memenuhi kewajiban Repo SBIS.

5. Sanksi SBIS

Transaksi SBIS dinyatakan batal jika BUS atau UUS tidak memenuhi kewajiban. Bank indonesia mengenakan sanksi kepada BUS atau UUS atas transaksi SBIS yang dinyatakan batal berupa teguran tertulis, dan kewajiban membayar sebesar satu per seribu dari nilai transaksi SBIS yang dinyatakan batal atau paling banyak sebesar Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah untuk setiap transaksi SBIS yang dinyatakan batal. Dengan tidak mengurangi sanksi tersebut, dalam hal BUS atau UUS melakukan transaksi SBIS yang dinyatakan batal sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 6 bulan BUS atau UUS dikenakan sanksi berupa pemberhentian sementara mengikuti lelang SBIS minggu berikutnya dan larangan mengajukan Repo SBIS selama 5 lima hari kerja berturut-turut terhitung sejak BUS atau UUS dikenakan teguran tertulis.