Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya. c. Motivasi “Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.” 24 Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. “Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.” 25 Motivasi juga diartikan sebagai “pendorongan”, 26 Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan- kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. d. Minat “Secara sederhana, minat interest berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.” 27 Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya. Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan dengan membuat materi yang akan dipelajarai semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain 24 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001, cet.3, hlm 136 25 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, hlm. 109 26 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000, hlm. 71 27 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001, cet.3, hlm 136 belajar siswa kognitif, afektif, psikomotorik sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. e. Sikap “Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons respon tendensi dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. ” 28 Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performa guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa materi yang dipelajari bermanfaat bagi diri siswa. “Menurut Ngalim Purwanto sikap baik yang harus ada dalam diri seorang guru adalah bersikap adil, percaya dan suka pada murid-muridnya, sabar, memiliki wibawa, baik terhadap murid-muridnya, benar-benar menguasai mata pelajarannya, bersikap baik terhadap guru yang lainnya, bersikap baik terhadap masyarakat, suka pada mata pelajaran yang diberikannya, dan berpengetahuan luas. ” 29 f. Bakat Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses hasil belajar adalah bakat. “Secara umum, bakat aptitude didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang 28 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995, hlm 135 29 Ngalim Purwanto, Strategi Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, hlm.143-148 dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. ” 30 Dengan demikian, Bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang IPS akan lebih mudah mempelajari sejarah-sejarah dan perhitungan ekonomi. Karena belajar juga dipengaruhi oleh potensi yang dimiliki setiap individu, maka para pendidik, orang tua, dan guru perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatar lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih sekolah mana yang akan diambil. b Faktor-faktor Eksternal Dalam hal ini, menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan social dan faktor lingkungan nonsosial. 1. Lingkungan Sosial “Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. ” 31 Hubungan harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. 30 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995, hlm 135 31 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995, hlm 137 Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar. “Selanjutnya yang juga termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga serta teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut.” 32 Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya. “Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.” 33 Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga letak rumah, pengelolaan keluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik. 2. Lingkungan Nonsosial. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah: Menurut pendapat Muhibbin Syah, “faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat- alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. ” 34 “Lingkungan fisikalami termasuk di dalamnya adalah keadaan sushu, kelembaban, kepengapan udara, dan sebagainya. Belajar pada keadaan udara yang segar akan lebih baik dari pada belajar dalam keadaan udara yang panas dan 32 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001, cet.3, hlm 138 33 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995, hlm 138 34 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995, hlm 138 pengap.” 35 Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat. Faktor nonsosial yang dapat mempengaruhi belajar selanjutnya adalah Faktor instrumental. “Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor instrumental ini dapat berwujud faktor-faktor keras hardware, seperti: gedung perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan, dan sebagainya. Maupun faktor-faktor lunak software, seperti: kurikulum, bahanprogram yang harus dipelajari, pedoman-pedoman belajar dan sebagainya.” 36 Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

C. Ilmu Pengetahuan Sosial IPS

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial IPS

“Ilmu sosial merupakan disiplin ilmu yang mengkaji perilaku manusia dalam ragam bentuknya. Disiplin ilimu ini meliputi sejumlah cabang disiplin ilmu seperti: psikologi, geografi, ekonomi, politik, sosiologi dan antropologi. Dari enam ilmu sosial tersebut ada yang menganggap bagian dari disiplin ilmu sosial, ada pula yang memisahkannya. ” 37 “IPS adalah perpaduan dari pilihan konsep-konsep ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, budaya dan sebagainya yang diperuntukan sebagai pembelajaran pada tingkat persekolahan. ” 38 35 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, hlm. 105 36 Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, hlm. 106 37 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung: CV. Alfabeta, 2004, hlm. 189 38 Sapriya dkk, Pembelajaran dan Hasil Evaluasi Hasil Belajar IPS, Bandung: UPI Press, 2006, hlm. 03 Dari berbagai definisi yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa semua disiplin ilmu yang mempelajari tingkah laku kelompok umat manusia dapat dimasukkan kedalam kelompok ilmu-ilmu sosial sosial sciences. “Kemudian, Ilmu Pengetahuan Sosial IPS adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai ke pendidikan menengah. ” 39 “Ilmu Pengetahuan Sosial IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. IPS atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat dan psikologi sosial. ” 40 Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa ilmu-ilmu sosial merupakan dasar dari IPS. Akan tetapi perlu dicamkan bahwa tidak semua ilmu-ilmu sosial secara otomatis dapat menjadi bahanpokok bahasan dalam IPS. Tingkat usia, jenjang pendidikan dan perkembangan pengetahuan anak didik, sangat menentukan materi-materi ilmu-ilmu sosial mana yang tepat menjadi bahan pokok bahasan dalam IPS.

2. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial IPS

IPS Merupakan perpaduan dari beberapa disiplin ilmu sosial antara lain: Sosiologi, Geografi, Ekonomi, dan Sejarah. Mata pelajaran IPS juga terdiri atas beberapa konsep, prinsip dan tema yang berkenaan dengan hakekat kehidupan manusia sebagai mahluk sosial homo socious. Dalam penyampaian pembelajaran IPS ini, seorang guru harus pandai membawa anak didiknya dalam mencapai pemahaman. 39 Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbagai Kompetensi, ciputat: PT. Ciputat Pres, 2005, cet.1, hlm 22 40 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, cet.1, hlm 171 “Karakteristik IPS yaitu bagaimana kita sebagai pendidik memberikan berbagai pengertian yang mendasar yang harus dimiliki oleh peserta didik, melatih berbagai keterampilan yang harus selalu dikembangkan melalu pendidikan IPS ini, serta mengembangkan atau membentuk moral yang dibutuhkan oleh peserta didik. Karakteristik IPS ini ditentukan oleh jenjang pendidikan peserta didik atau usia peserta didik. Adapun pada hakikatnya karakteristik IPS itu dapat dilihat dari dua aspek yaitu Interdisipliner dan Multidisipliner. Dimana interdisipliner dapat ditijau dari rumpun-rumpun IPS seperti ekonomi,sosial, sejarah, geografi, antropologi dll, dalam artian hanya menggunakan satu ilmu saja. Sedangkan multidisipliner itu merupakan penggabungan dari semua disiplin-disiplin ilmu IPS dimana penggabungannya itu saling berkaitan. ” 41

3. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

“Ilmu Pengetahuan Sosial IPS bertujuan untuk “mengembangkan kemampuan berpikir, sikap dan nilai peserta didik sebagai individu maupun sebagai sosial budaya. ” 42 Menurut Nu’man Somantri, pada dasarnya terdapat empat pendapat mengenai tujuan pembelajaran. “Pendapat pertama yang mengemukakan tujuan IPS adalah untuk mendidik para siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya. Pendapat kedua, tujuan pembelajaran IPS ialah untuk menumbuhkan warga Negara yang baik. Pendapat ketiga, merupakan kompromi dari pendapat pertama dan kedua, bahwa pembelajaran IPS harus menampung para siswa untuk lanjut studi lanjutan ke universitas maupun yang akan terjun langsung pada kehidupan masyarakat. Pendapat keempat, tujuan pembelajaran IPS dimaksudkan untuk mempelajari bahan yang sifatnya tertutup, 41 karakteristik IPS. Artikel diakses pada tanggal 30 september 2013 dari http:rizukifarevi.blogspot.com201306hakikat-dan-karakteristik-konsep-dasar.html 42 Syafruddin Nurdin, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa dalam Kurikulum Berbagai Kompetensi, ciputat: PT. Ciputat Pres, 2005, cet.1, hlm 24 maksudnya untuk memecahkan konflik intrapersonal maupun antarpersonal. ” 43 Pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan menembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya, serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

D. Kerangka Berpikir

Untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPS, maka guru perlu melakukan perbaikan atas praktek pembelajaran yang dilakukan. Kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih strategi dan model pembelajaran yang menunjang pencapaian tujuan kurikulum dan sesuai dengan potensi siswa, merupakan bagian kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru, karena tugas guru adalah menciptakan situasi yang kondusif sesuai dengan yang diharapkan dan mendorong siswa untuk mencari dan mengembangkan bakat dan kemampuan. Dengan menjadikan siswa sebagai subjek belajar, maka paradigma yang dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah terciptanya suasana belajar yang lebih demokratis, kolaboratif dan konstruktif. Suasana belajar seperti ini akan menjadikan kelas sebagai miniatur masyarakat yang dinamis, inovatif dan kreatif serta interaksi multi arah antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa semakin intens. Interaksi kelas yang kondusif akan menentukan efektivitas pembelajaran yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas hasil belajar. Bagaimanapun kegiatan proses pembelajaran tidak hanya menekankan kepada apa materi yang harus dipelajari anak didik pemahaman konsep-konsep, akan tetapi lebih menekankan pada bagaimana peserta didik harus belajar belajar mengalami. 43 Sapriya dkk, Pembelajaran dan Hasil Evaluasi Hasil Belajar IPS, Bandung: UPI Press, 2006, hlm. 11-12

Dokumen yang terkait

Hubungan antara sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS dengan hasil belajar IPS kelas X SMK Attaqwa 05 Kebalen

1 17 97

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode diskusi pada mata pelajaran IPS di kelas V MI Ta’lim Mubtadi I Kota Tangerang

0 12 121

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Melalui Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas Vii Di Smp Giri Taruna

0 6 14

Penerapan metode permainan ular tangga (Snakes Ledder) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di MTs. Al Ikhwaniyah Pondok Aren

1 33 161

PENERAPAN MODEL CONTECTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) GUNA MENINGKATKAN ATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV C SD XAVERIUS METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011-2012

0 5 152

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU (Studi Kasus Siswa Kelas VII E SMP Negeri 9 Semarang)

0 15 256

PENERAPAN METODE PROYEK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XI IPS-1 SMAN 1 Sukaresmi.

0 5 46

PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK SILANG DALAM UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA.

0 0 197

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GUIDED NOTE TAKING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII SMP NU Jatibarang) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 30

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JARING LABA-LABA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DI MTs AL-MAIJAH CIREBON (Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan pada kelas VII-E) - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 0 18