Hasil Belajar Belajar dan Hasil Belajar
2 Faktor Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas dalam perolehan pembelajaran siswa. Namun diantara faktor
rohani siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah “kematanganpertumbuhan, kecerdasan siswa, motifasi, minat, sikap dan bakat.”
21
a. KematanganPertumbuhan
“Kita tidak dapat mengajar ilmu pasti kepada anak kelas tiga sekolah dasar, atau mengajar ilmu filsafat kepada anak-anak yang baru duduk di
bangku sekolah menengah pertama. Semua itu disebabkan pertumbuhan mental yang belum matang untuk menerima pelajaran itu. Mengajarkan
sesuatu baru dapat berhasil jika tarap pertumbuhan pribadi telah memungkinkannya, potensi-potensi jasmani atau rohaninya telah
matang untuk itu.
”
22
b. KecerdasanIntelegensi Siswa
“Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas.”
23
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsaganan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya.
Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ
pengendali tertinggi dari hampir seluruh aktivitas manusia. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses
belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam
belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar
dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis
21
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000, hlm. 102
22
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000, hlm. 103
23
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, hlm. 108
yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga
mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya. c.
Motivasi “Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia
ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.”
24
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
“Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.”
25
Motivasi juga diartikan sebagai
“pendorongan”,
26
Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-
kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. d.
Minat “Secara sederhana, minat interest berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.”
27
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena
memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau
pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membangkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan dengan membuat materi yang akan dipelajarai semenarik mungkin dan tidak
membosankan, baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain
24
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001, cet.3, hlm 136
25
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, hlm. 109
26
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2000, hlm. 71
27
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001, cet.3, hlm 136